Religi

Fiqih Kematian Terindah: Cara Mempersiapkan Meninggal dengab Husnul Khatimah

Jumat, 08 Maret 2024 - 11:11 | 33.03k
Ilustrasi. (Foto: Bing Image Creator)
Ilustrasi. (Foto: Bing Image Creator)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kematian pasti datang. Namun kapan datangnya, itulah yang tidak pasti. Berikut Fiqih Kematian Terindah yang ditulis oleh KH Imaduddin Utsman Al-Bantani, pengasuh Ponpes NU Cempaka Kresek Banten, LBM PBNU. 

***

Advertisement

Sungguh indah Allah ciptakan ajal yang dibalut dalam misteri, sehingga menjadi ujian bagi kita agar setiap saat bersiap penuh seluruh. 

Berbahagialah orang yang diberikan penyakit sebelum datangnya ajal, sehingga ia dapat berpasrah kepada-Nya dengan sedikit demi sedikit organ-organnya tidak berfungsi. Namun lebih berbahagialah ia yang diberikan perasaan kepasrahan penuh seluruh untuk bersiap menghadapi mati kapan pun tanpa harus diberikan sakit terlebih dahulu.

Tulisan Fiqih Kematian Terindah ini mudah-mudahan dihitung amal baik oleh Allah yang Maha Kasih, dan menjadi sebab turunnya cinta-Nya kepada hamba yang lemah ini sehingga hamba mendapatkan husnul khatimah di akhir hidup hamba.

Bagi pembaca yang rela menahan sabar sebentar untuk membaca tulisan ini, doa-doa indah juga penulis panjatkan agar kita semua selalu berada dalam cinta dan kasih sayang Allah SWT. Semoga di sisa hidup kita ini, Ia Yang Maha Perkasa menulis ketentuan bahwa kita akan tetap dalam iman dan Islam sampai ajal tiba dan akan kuat menjalankan seluruh yang diperintah-Nya dan menjauhi seluruh yang dilarang-Nya, aamiin.

Apa yang harus disiapkan menghadapi kematian? Berikut beberapa hal yang bisa disiapkan. 

Niat Taubat dan Mohon Ampun

Pertama, dari detik ini niatkanlah kita bertaubat akan segala dosa yang pernah kita lakukan. Mohon kepada Allah yang Maha Ghofur semoga Ia menghapus catatan dosa itu dari buku amal kita. Lalu kita berazam kuat untuk tidak mau lagi berbuat dosa kepada-Nya.

Introspeksi Diri dan Minta Maaf

Kedua, renungkan-lah, apa kedzaliman yang pernah kita lakukan. Bila berupa hutang dan janji maka segeralah bayarkan. Bila berupa menyakiti hati sesama segera kirim pesan kepadanya mohon dimaafkan atas segala kesalahan. 

Terutama untuk orang-orang yang paling berjasa dalam hidup. Seperti guru, ibu, ayah, adik, kakak, isteri, anak, teman karib, dan sebagainya. 

Wasiat Ketakwaan pada Keluarga

Ketiga, tulislah wasiat ketakwaan untuk orang-orang yang kita sayangi: anak, cucu, murid dan keluarga kita, agar mereka senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT., meneruskan silaturahmi dengan famili, guru, dan sahabat-sahabat kita.

Baca Tahlil dan Wasiat Ataqah

Keempat, mulailah memegang tasbih. Bacalah La ilaaha illallah sebanyak 70.000 kali dengan dicicil ketika waktu senggang. 

Bacaan ini adalah wasiat banyak ulama sebagai ataqah (penebus)  dari neraka kelak. Lalu juga berwasiat kepada keluarga apabila nanti kita wafat, keluarga kita meminta beberapa ulama untuk meng-ataqah-i lagi sebagai kehati-hatian, karena kita tidak tahu ataqah yang mana yang akan diterima. 

Ataqah seperti di atas disebut ataqah sughro. Bila memungkinkan kerjakan juga ataqah kubro yaitu membaca surat al-ikhlas sebanyak 100.000 kali. Cicil dan tulislah hitungannya.

Wasiat Bayar Fidyah dan Sedekah Beras

Kelima, berwasiat pulalah agar setelah wafat nanti, keluarga berkenan menjalankan fidyah, yaitu membagikan beras kepada fuqara dan masakin ukuran satu mud (kira-kira satu liter) setiap shalat dan puasa dari seluruh umur kita dikurangi masa balig. 

Ini sebagai bentuk kehati-hatian, karena kita tidak tahu salat dan puasa kita apakah diterima atau tidak. Satu hari lima waktu solat berarti lima liter beras dikalikan sebulan kemudian kali setahun. Maka per tahun beras yang kita sedekahkan adalah sebanyak 1.825 liter beras, kemudian kalikan dengan umur kita. 

Bagi yang banyak hartanya sedekahkanlah dalam bentuk beras yang sebenarnya kepada fuqoro dan masakin (fakir miskin) . Namun bagi yang kurang mampu bisa dengan cara fidyah biddaur (membayar dengan bertukar) yaitu cara yang dipakai ulama untuk membantu orang-orang miskin dapat membayar fidyah tanpa mengeluarkan uang. 

Untuk lebih jelas, bagi yang ingin menjalankannya bisa meminta kiai setempat untuk menjalankannya cukup memohon dijalankan fidyah untuk ayah kita yang wafat, umpamanya, maka kiai ini akan mengerti.

Amal Jariyah dan Wakaf

Ke-enam, usahakan sebelum wafat, kita mempunyai amal jariyah. Yaitu berupa tanah yang kita wakafkan untuk kebaikan. Misalnya mewakafkan sebidang tanah sawah yang hasilnya untuk para jamaah musala. atau hasilnya untuk para kiai yang mengajar Al-Qur’an atau tanah yang diwakafkan untuk bangun pesantren, masjid, kantor NU, jalan dan sebagainya. Atau mewakafkan tanah sawah yang hasilnya untuk setiap anak di kampung kita yang mau menuntut ilmu di pesantren dan sebagainya. 

Tanah itu akan menjadi wakaf sampai hari kiamat dan pahalanya akan berjariyah (mengalir) kepada kita. Bagi para orang berilmu, ilmu juga termasuk amal yang akan terus berkesinambungan sampai hari kiamat.

Wasiat saat Sakaratul Maut

Ketujuh, wasiatkan pula kepada keluarga, jika memungkinkan, ketika menghadapi sakaratul maut, agar kepala ke arah utara dan posisi wajah menghadap kiblat karena kiblat adalah arah yang paling mulia. Bila tidak memungkinkan maka kepala ke arah selatan dengan wajah ke arah kiblat.

Wasiat Baca Surat Yaasin

Kedelapan, wasiatkan pula kepada keluarga agar dibacakan surat Yaasin di dalam sakit parah. Karena Yaasin banyak menyebut tentang hari kiamat, agar selalu mengingatnya. Juga hendaklah ada dari keluarga seseorang yang mendampingi untuk mengajari kalimat Laa ilaaha illallah. 

Ketika sudah mengucapkan kalimat itu, maka tinggalkan dengan sunyi, agar akhir kata adalah kalimat tauhid. Bila bicara lagi hal yg lain, maka keluarga ajarkan kembali agar mengucapkan kalimat tauhid.

Bersihkan Rumah

Kesembilan, hendaklah rumah yang sedang sakit dibersihkan dari patung-patung, dan ketika sakaratul maut hendaklah perempuan haid menjauh dari jenazah, karena malaikat enggan memasuki kamar yang ada patung, anjing dan orang junub atau haid.

Bersihkan Diri

Kesepuluh, bila sudah terasa dekat waktu kewafatan, maka bersihkanlah diri dengan memotong kuku, kumis yang lebat, bulu ketiak, bulu kemaluan dan mandilah yang bersih dan memakai minyak wangi.

Posisi Tubuh saat Sakaratul Maut

Kesebelas, hendaklah keluarga kita meletakan kita, setelah keluarnya ruh, dengan kaki kita menghadap kiblat, agar wajah kita menghadap kiblat di tempat yang aman  dan nyaman dan ditunggui sampai dimandikan. Kemudian diikatkan kain dari rahang sampai kepala kita. Hendaklah pula seluruh tubuh kita ditutupi kain termasuk wajah kita.

Wasiat Segera Mandikan Jenazah

Keduabelas, hendaklah keluarga segera memandikan walaupun shalat jenazah tidak segera dilakukan. Memandikan hendaklah di tempat yang sunyi dan beratap serta tidak dihadiri kecuali oleh keluarga dekat. Dan yang paling utama memandikan adalah isteri atau suami. Karena ialah yang boleh melihat seluruh awrat kita.

Beli Kain Kafan dari Harta Halal

Ketigabelas, baik sekali jika disiapkan kain kafan yang dibeli dengan yakin dari harta yang halal yang sudah dicuci dan dipakai ibadah. Apalagi bila kain itu diberikan oleh orang yang shalih. Juga tidak dimakruhkan kita menyiapkan tempat yang akan dipakai untuk makam.

Undang Orang Shalih

Keempat belas, hendaklah keluarga mengundang orang-orang yang shalih ketika menshalati jenazah dan memperbanyak undangan kaum muslimin agar banyak doa yang akan dapatkan dari orang-orang yang solih. Kemudian hendaklah penguburan juga dihadiri oleh orang yang alim ahli dalam fikih agar memperhatikan ketika prosesi penguburan itu agar tidak ada yang salah secara hukum agama. Dan kemudian orang salih tersebut membacakan talkin untuk  setelah penguburan selesai.

Memperbanyak Sedekah

Kelima belas, hendaklah keluarga kita, jika mampu, memperbanyak sedekah atas nama di hari wafatnya, dan hendaklah mereka memohon beberapa orang shalih, biasanya di Banten sebanyak tujuh orang,  untuk melaksanakan shalat pakewuh setelah maghrib.

Keluarga Bacakan Tahlil Tujuh Hari

Ke-enam belas, hendaklah keluarga, jika mampu, mentahlili, dan memintakan doa kepada tetangga selama tujuh malam, dan memperbanyak sodaqoh untuk di malam-malam itu. Baik sekali jika memohon beberapa orang ahli membaca Al-Qur’an untuk selama seminggu itu terus membaca Al-Qur’an yang pahalanya ditujukan untuk almarhum.

Perbanyak Amal Ibadah dan Mohon Ampun 

Ketujuh belas, semoga kita yang kurang amal ibadah ini diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. dan amal ibadah yang sedikit yang kita lakukan diterima-Nya. Dan juga semoga kita husnul khotimah dan mendapatkan syafaat baginda Nabi Muhammad SAW.

Tujuh belas jal di atas mudah-mudahan bisa dijalankan dan menjadi Fiqih Kematian Terindah dalam kehidupan manusia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES