Religi

Ekspedisi Batin (23): Sustainablelity Kebaikan Ramadhan

Minggu, 07 April 2024 - 07:38 | 9.24k
Ilustrasi
Ilustrasi
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam kontemplasi yang mendalam, Ramadhan menjadi lebih dari sekedar waktu; ia adalah guru yang mengajarkan tentang ketahanan, kesabaran, dan keutamaan. Melalui kebiasaan yang terbentuk selama bulan suci ini, jiwa dilatih untuk meresapi nilai-nilai yang tidak hanya bertahan selama empat minggu puasa, tetapi juga terpatri dalam serat kehidupan sehari-hari, menciptakan harmoni yang lestari antara tindakan dan keyakinan.

Dalam memetik hikmah Ramadhan, terkandung pelajaran bahwa keberlanjutan spiritual bukanlah tentang momentum sesaat, melainkan tentang perubahan yang berkelanjutan. Sebuah evolusi yang tak terhenti. Algoritma kebaikan yang Ramadhan tanamkan berfungsi layaknya kode yang terus berjalan, mengatur irama dan arah hidup, memastikan bahwa setiap momen dipenuhi dengan kesadaran dan kebermaknaan.

Advertisement

Sementara, Lailatul Qadar menawarkan perspektif bahwa dalam kerendahan hati, kesungguhan, dan keheningan malam, terdapat kekuatan yang dapat mengubah takdir. Kekuatan ini berasal dari kejernihan visi dan keteguhan hati dalam mengejar kebenaran spiritual, menggarap ladang hati agar subur dengan kebaikan. Pencapaian ini tidak sekedar keberuntungan semalam, melainkan hasil dari proses berkelanjutan yang memadukan iman dan amal, pengetahuan dan kebijaksanaan, aspirasi dan aksi.

Proses internalisasi algoritma Ramadhan membutuhkan lebih dari sekadar pemenuhan tuntutan formal agama. Ia menuntut penyerapan nilai-nilai yang mendalam, transendensi dari ritual ke ruh, dari bentuk ke esensi. Ini adalah perjalanan menuju pemurnian diri, di mana setiap langkah, setiap detik, menjadi saksi atas pertumbuhan spiritual yang tak terbatas.

Ramadhan, dengan algoritma kebaikan yang ia sebarkan, mengajarkan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk menjadi sumber kebaikan yang berkelanjutan, meradiasi cahaya dan kebijaksanaan ke dalam dunia yang sering kali dilanda kekacauan dan ketidakpastian. Inilah esensi dari sustainablelity Ramadhan: keberlangsungan spiritual yang melewati batas waktu, yang terintegrasi secara alami dan mulus ke dalam arus kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, pencarian kita di Ramadhan ini bukan hanya untuk menghidupi malam Lailatul Qadar, melainkan untuk menemukan dan mengaktifkan algoritma kebaikan Ramadhan sepanjang hayat. Ini bukan hanya perjalanan sebulan, namun ekspedisi seumur hidup. Menelusuri peta kehidupan dengan kompas yang terkalibrasi oleh nilai-nilai Ramadhan, menjadikan setiap momen sebagai kesempatan untuk memperkaya jiwa, menemukan kejernihan dalam keraguan, dan kekuatan dalam ujian.

Tak ada kata telat untuk meng-install dan mengaktifkan algoritma ini dalam diri dan hati. Karena setiap Ramadhan yang datang adalah undangan untuk mengembangkan dan memperdalam praktik spiritual, menyempurnakan algoritma kebaikan yang telah terbentuk terus menerus, dan lalu mengasahnya agar selaras dengan ritme alam semesta. Ini adalah proses berkelanjutan, pencapaian bertahap menuju kebenaran dan ke-kamilan.

Oleh karena itu, berbekal spirit ini, marilah kita jalani sisa Ramadhan dan setiap momen kehidupan dengan kesadaran dan ketekunan, memelihara algoritma kebaikan yang telah kita tanam dan kita nikmati nanti pasca Ramadhan, sehingga ia terus tumbuh, berbuah, dan memberi manfaat sepanjang masa, menjadikan jiwa kita wadah kebaikan yang tak lekang oleh waktu. Wallahu a'lam bis shawab. (*)

* Penulis adalah Khoirul Anwar, pengurus LTN PBNU, wakil ketua PCNU Kota Malang
 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES