TIMESINDONESIA, SURABAYA – Di sudut Surabaya Selatan, ada satu tempat yang sangat masyhur. Namanya Gang Dolly. Ini dulu terkenal sebagai lokalisasi yang konon terbesar di Asia Tenggara.
Namun kini kawasan itu berubah wajah. Gang Dolly, yang dahulu menjadi simbol gelap, kini perlahan-lahan disulap menjadi lahan untuk kebaikan dan kepositifan.
Advertisement
Para warga Kampung Putat Jaya, melalui inisiatif Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), dalam rangka memperingati 10 tahun (1 dekade) penutupan Gang Dolly, membuat sebuah acara nandur tanaman dan sayur, pada 18 Juni 2024 nanti. Hari Selasa.
Ini, bagi saya, merupakan sebuah langkah simbolis dan nyata untuk menanam kebaikan di tanah yang pernah menjadi saksi bisu banyak kisah kelam.
Gang Dolly, nama yang pernah mengundang berbagai stigma, kini sedang perjalanan panjang menuju transformasi. Di masa lalu, tempat ini menjadi pusat lokalisasi terbesar, menggambarkan sisi gelap kehidupan urban. Namun, dengan usaha keras komunitas lokal dan dukungan berbagai pihak, Gang Dolly kini sedang bertransformasi menjadi simbol perubahan dan harapan.
Transformasi ini tidak mudah. Perubahan sosial dan kultural membutuhkan waktu, usaha, dan dedikasi. Komunitas Pokdarwis Kampung Putat Jaya telah berperan besar dalam merubah citra kawasan ini. Dengan berbagai inisiatif yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan kegiatan positif, mereka berupaya menanam benih-benih kebaikan di tengah-tengah lingkungan yang pernah penuh dengan kepahitan.
Simbolisme Menanam
Menanam tanaman dan sayuran bukan hanya sekadar aktivitas fisik. Ia adalah sebuah metafora yang dalam tentang menanam kebaikan. Di tanah Allah, setiap benih yang ditanam menggambarkan niat baik yang akan berbuah pada waktunya.
Al-Quran mengingatkan kita: "Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261).
Menanam sejak dini bukan hanya tentang mempersiapkan masa depan. Tetapi juga tentang menanam nilai-nilai positif, moral, dan etika. Setiap pohon yang tumbuh dari benih yang ditanam adalah simbol dari kebaikan yang akan terus berkembang, memberikan manfaat bagi banyak orang, menciptakan lingkungan yang lebih baik dan lebih sehat.
Kebaikan Bersama dan Masa Depan
Menanam kebaikan secara bersama-sama memiliki dampak yang luar biasa. Ketika komunitas berkumpul untuk tujuan yang baik, hasilnya adalah lebih dari sekadar jumlah individu yang terlibat. Kebaikan yang dilakukan secara kolektif memperkuat ikatan sosial, meningkatkan rasa saling percaya, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan positif.
Seperti menanam pohon yang kelak memberikan naungan dan buah. Kebaikan yang ditanam sekarang akan memberikan hasil di masa depan. Kebaikan membawa keamanan dan akhlak yang baik, menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan penuh dengan nilai-nilai positif.
Ibnu Qayyim Al-Jawziyya, seorang ulama besar, pernah berkata, "Barangsiapa yang menanam kebaikan, maka ia akan memetik kebaikan. Dan barangsiapa yang menanam kejahatan, maka ia akan memetik penyesalan."
Menanam Masa Depan
Acara "Nandur Bareng" di eks lokalisasi Gang Dolly yang dibuat Pokdarwis Putat Jaya di bawah komando Cak Budhi, bukan hanya sekadar menanam tanaman. Ini adalah simbol dari penanaman masa depan.
Dengan menanam benih-benih kebaikan, keamanan, dan akhlak yang baik, warga sesungguhnya sedang membangun fondasi untuk generasi mendatang. Masa depan yang lebih baik tidak datang begitu saja, tetapi dibangun dari tindakan-tindakan baik yang dilakukan saat ini.
Kebaikan yang ditanam tidak hanya membawa manfaat langsung, tetapi juga menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Seperti sebuah tanaman yang tumbuh subur dan memberikan buah, kebaikan yang dilakukan akan menyebar, memberikan manfaat dan inspirasi bagi banyak orang di sekitar.
Maka, menanam kebaikan di bumi Tuhan adalah sebuah panggilan untuk setiap individu. Di tengah perubahan yang terjadi di Gang Dolly, acara "Nandur Bareng Sayur" ini menjadi simbol harapan dan kebangkitan. Ini adalah langkah nyata untuk menunjukkan bahwa setiap tempat, tidak peduli sekelam apa pun masa lalunya, memiliki potensi untuk berubah dan menjadi sumber kebaikan.
Kebaikan yang ditanam hari ini akan berbuah manis di masa depan. Menanam di tanah Allah adalah menanam harapan, masa depan, dan kebaikan yang tak akan pernah sia-sia. Semoga setiap benih kebaikan yang ditanam, kelak memberikan hasil yang melimpah dan membawa keberkahan bagi seluruh umat. (*)
* Penulis adalah Gus dr Moch Haris, pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |