Tujuh Masjid di Madinah, Jejak Sejarah yang Menginspirasi dari Tepi Parit
TIMESINDONESIA, MADINAH – Di tengah kemegahan Kota Madinah, berdiri sebuah kompleks yang memiliki kisah penuh makna bagi umat Islam—Tujuh Masjid. Terletak di tepi barat Gunung Sila', kompleks ini bukan sekadar kumpulan masjid, melainkan saksi bisu dari salah satu peristiwa paling menentukan dalam sejarah Islam: Pertempuran Khandaq.
Menghidupkan Kembali Pertempuran Khandaq
Bayangkan suasana Madinah di awal abad ke-7 Masehi. Kota ini terkurung, dikelilingi oleh musuh yang jauh lebih besar dan lebih kuat. Rasulullah Muhammad (SAW) dan para sahabatnya menghadapi ancaman serius dari pasukan Quraisy yang berniat menghancurkan komunitas Muslim yang baru berdiri. Di tengah keadaan yang sangat genting ini, terbayang parit yang menggali dan mengubah nasib umat Islam.
Advertisement
Parit ini—sepanjang tiga kilometer, dalam tiga meter, dan lebar 4,6 meter—adalah sebuah keajaiban strategi militer. Digali dengan kerja keras oleh pasukan Muslim yang terdiri dari ribuan orang, parit ini menciptakan penghalang yang memblokir kavaleri musuh dan memberikan waktu yang berharga bagi umat Islam untuk mempersiapkan pertahanan mereka. Para sahabat bekerja dalam kondisi keras, menggali batu cadas dengan ketekunan dan keberanian yang luar biasa.
Tujuh Masjid: Momen-momen Bersejarah yang Tertanam dalam Arsitektur
Masjid Al-Fat’h (Masjid A’la/Masjid Ahzab)
Masjid terbesar di kompleks ini, Masjid Al-Fat’h, berdiri di atas bukit yang menghadap ke Gunung Sila’. Masjid ini dibangun di lokasi yang merupakan pos komando Rasulullah (SAW) selama Pertempuran Ahzab, dan merupakan saksi dari doa-doa Rasulullah yang memohon bantuan Allah untuk mengalahkan musuh. Bangunan ini, yang awalnya dibangun pada masa kekhalifahan Umar (RA), mengalami renovasi signifikan pada tahun 1154 H dan kemudian oleh Fahad bin Abdul Aziz al-Saud, menjadikannya simbol kemenangan dan kebanggaan umat Islam.
Masjid Salman Farisi
Hanya 20 meter dari Masjid Al-Fat’h, Masjid Salman Farisi menonjol dengan ukurannya yang kecil namun penuh makna. Dinamai menurut Salman Farisi (RA), sahabat yang memimpin penggalian parit, masjid ini menceritakan kisah tentang dedikasi dan keuletan. Meskipun kecil, masjid ini membuktikan bahwa ukuran tidak selalu menentukan kekuatan dan pengaruh. Dibangun pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz dan direnovasi pada 1154 H, masjid ini menyimpan kenangan akan kerja keras dan semangat sahabat Rasulullah (SAW).
Masjid Abu Bakar
Masjid Abu Bakar, terletak barat daya dari Masjid Salman Farisi, adalah tempat di mana Abu Bakar (RA), khalifah pertama, memimpin salat Idul Fitri bersama Rasulullah (SAW). Dengan arsitektur sederhana namun elegan, masjid ini dibangun menggunakan batu basal hitam dan dicat putih di dalamnya. Menara setinggi 15 meter menambah keanggunan masjid ini, yang direnovasi oleh Sultan Mahmoud II pada 1838 M, memperlihatkan betapa pentingnya tempat ini dalam sejarah awal Islam.
Masjid Umar
Berada di selatan Masjid Abu Bakar, Masjid Umar berdiri di pos komando Umar (RA) selama Pertempuran Khandaq. Arsitektur masjid ini mirip dengan Masjid Al-Fat’h, menunjukkan bahwa keduanya dibangun dan direnovasi pada waktu yang bersamaan. Masjid ini adalah simbol doa dan keteguhan Umar (RA) dalam menghadapi kesulitan, memperlihatkan kekuatan kepemimpinan dan iman.
Masjid Ali
Masjid Ali, terletak di puncak bukit, menawarkan pemandangan menakjubkan dari kompleks masjid. Dengan ukuran yang kecil, masjid ini merupakan tempat di mana Ali (RA) berpartisipasi dalam Pertempuran Khandaq dan memimpin shalat Idul Fitri. Masjid ini mencerminkan posisi strategis dan keberanian Ali (RA), yang harus diakses melalui tangga kecil, melambangkan bahwa perjalanan spiritual sering kali memerlukan usaha dan kesabaran.
Masjid Fatima (Masjid Saad bin Muadz)
Masjid Fatima, yang terletak di sebelah barat Masjid Ali, adalah yang terkecil di kompleks ini. Dengan ukuran sekitar 4 x 3 meter, masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Abdul Majid I. Meskipun kecil, masjid ini mengingatkan kita akan peran penting Saad bin Muadz (RA) dalam sejarah Islam, dan bahwa setiap kontribusi, besar atau kecil, memiliki dampak yang mendalam.
Masjid Jami' al-Khandaq
Masjid Jami' al-Khandaq, atau "Masjid Penaklukan," terletak di kaki Gunung Sila'. Ini adalah salah satu masjid yang lebih modern di kompleks, menggantikan lokasi parit yang ikonik. Masjid ini mengingatkan kita pada strategi dan kemenangan yang dicapai dalam Pertempuran Khandaq, dan menjadi tempat perhentian penting bagi peziarah yang ingin merasakan langsung jejak sejarah yang tertinggal di Madinah.
Kunjungan ke Tujuh Masjid bukan hanya perjalanan fisik melintasi situs bersejarah, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam. Setiap masjid membawa kisah tentang keteguhan iman, strategi cerdas, dan pengorbanan besar. Mereka adalah simbol dari kemenangan umat Islam atas segala tantangan, dan mengingatkan kita akan pentingnya keberanian, persatuan, dan doa dalam menghadapi kesulitan. Di tengah kemegahan Madinah, Tujuh Masjid terus berdiri sebagai saksi dari sejarah yang menginspirasi, menawarkan pelajaran berharga bagi generasi umat Islam yang datang untuk merenung dan belajar dari masa lalu.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |