Menggali Hikmah dari Gua Hira: Kisah Inspiratif Perjuangan Rasulullah

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Gua Hira bukan hanya tempat bersejarah bagi umat Islam, tetapi juga simbol perjuangan dan ketekunan. Berziarah ke gua ini membawa kita merenung tentang perjuangan Nabi Muhammad SAW yang bermunajat dan menerima wahyu dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Ziarah ini juga mengingatkan kita pada kesetiaan dan dukungan tanpa pamrih dari Sayyidah Khadijah, yang dengan sabar mendaki gunung untuk menyampaikan bekal kepada suaminya.
Perjalanan Menuju Puncak Jabal Nur
Azan Subuh berkumandang saat kami mencapai puncak Jabal Nur, sebuah gunung batu setinggi 634 meter di atas permukaan laut. Kota Makkah yang panas membuat kami memilih mendaki pada dini hari. Butuh waktu lebih dari satu jam dari pos pertama ke puncak gunung, menaklukkan 1.420 anak tangga yang menantang fisik dan mental.
Advertisement
Di tengah pendakian, hanya terlihat kerlip lampu senter yang menandakan adanya pendaki lain. Melihat semangat para pengunjung, termasuk lansia, kami merasa terdorong untuk melanjutkan pendakian hingga ke puncak.
Pesona Gua Hira dari Puncak Jabal Nur
Dari puncak Jabal Nur, Gua Hira sudah terlihat. Kami harus turun meniti tangga batu sekitar 20 meter untuk mencapainya. Di puncak gunung, kami melaksanakan salat Subuh berjamaah dengan menghadap ke arah Ka'bah, yang mudah dikenali berkat keberadaan Menara Zam-Zam yang bercahaya indah.
Mendekati gua, kami harus memilih antara naik ke atas gua atau menyelip di celah batu yang sempit. Banyak yang memilih jalur yang lebih landai melalui celah batu, meskipun ada dua cabang jalan di dalamnya: celah yang lebih sempit atau menaiki batu setinggi satu meter.
Di Dalam Gua Hira
Setelah melewati celah batu, kami sampai di mulut gua. Ruang terbuka di dalam gua cukup luas untuk menampung sekitar 15 orang. Dari sini, kami bisa melihat menara Masjidil Haram yang berjarak sekitar empat kilometer, serta jam besar Makkah yang menjadi penunjuk waktu.
Di utara ruang terbuka itu terdapat ceruk sedalam empat meter dan lebar 1,5 meter, yang menjadi mihrab alami menghadap ke Masjidil Haram. Inilah tempat di mana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT.
Di dalam ceruk, ada sajadah yang disediakan oleh seorang penduduk Pakistan, yang dengan sukarela meminjamkannya untuk orang-orang yang ingin salat di dalam gua. Namun, ada harapan bahwa mereka yang menggunakan sajadah tersebut akan memberikan sedikit tips sebagai tanda terima kasih.
Kesakralan dan Keindahan Gua Hira
Batu hitam prismatik yang menjadi dinding ceruk gua bersinar mengkilat akibat banyaknya jemaah yang menciuminya sebagai tanda penghormatan. Batu-batu ini menjadi saksi bisu saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama. Usai salat, kami bergantian melaksanakan salat sunnah syuruq di dalam gua.
"Bacalah!" itulah firman Allah SWT yang pertama kali diterima Nabi Muhammad SAW, menandakan awal dari cahaya wahyu yang menerangi seluruh alam semesta. Hira, yang berarti berlian, bertengger di puncak Jabal Nur, gunung yang memancarkan cahaya wahyu Al-Qur'an sepanjang zaman.
Menurut Aswadi Syuhada, seorang guru besar dari Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya yang menjadi pembimbing ibadah jemaah haji Indonesia, Gua Hira adalah permata yang memancarkan cahaya wahyu kepada semesta alam.
Kembali ke Bawah dan Nikmati Kenangan
Perjalanan turun dari Gua Hira terasa lebih cepat, hanya memakan waktu 30-45 menit. Menurut pengukuran smart watch, jarak dari pos pertama ke Gua Hira sekitar 2,5 kilometer. Bukit ini, yang berbentuk seperti punuk unta, memiliki ketinggian sekitar 200 meter.
Setelah mengunjungi Gua Hira, pengunjung bisa beristirahat di kafe-kafe yang ada di area Taman Gua Hira. Di sini, terdapat berbagai jenis makanan, termasuk Bakso Onta yang cukup laris. Selain itu, ada juga toko-toko suvenir yang menawarkan berbagai barang kenangan.
Bagi yang berencana mengunjungi Gua Hira, disarankan untuk berangkat dini hari dan membawa bekal air minum yang cukup. "Tidak terbayang perjuangan Nabi SAW ke Gua Hira. Saya sampai bersimbah peluh dan harus beristirahat beberapa kali," kata Heri, seorang jemaah haji asal Riau.
Meneladani Perjuangan Nabi dan Sayyidah Khadijah
Perjalanan ziarah ke Gua Hira bukan hanya tentang menaklukkan ketinggian dan medan yang menantang, tetapi juga tentang menggali hikmah dan meneladani perjuangan Nabi Muhammad SAW dan Sayyidah Khadijah. Kisah mereka memberikan inspirasi tentang ketekunan, kesabaran, dan dukungan tanpa pamrih dalam menjalankan amanah Allah SWT.
Dengan semangat yang sama, kita dapat menghadapi tantangan hidup sehari-hari, dengan keyakinan bahwa setiap langkah yang kita ambil dalam kebaikan akan mendapatkan berkah dan ridha dari Allah SWT.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |