
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Melihat lanskap Jakarta dari ketinggian 280 meter The Westin Hotel, Jakarta, seperti melihat kemudahan hidup. Berada di pinggir jendela room hotel di puncak Menara Gama setinggi 300 lebih meter itu, seperti menggambarkan pada kita betapa beragamnya kehidupan ini.
Ada yang indah-indah. Ada yang susah-susah. Ada pula yang tengah-tengah saja.
Advertisement
Ada yang hanya indah casing-nya saja. Ada pula yang indah beneran. Semuanya menjadi pengetahuan untuk menjadi bagian dari ekspedisi batin kita semua.
Sebuah Ekspedisi Batin
Memang, di balik gemerlap dunia, di mana pun, tak jarang kita jumpai paradoks kehidupan yang membuat kita tertegun. Mereka yang bergelimang harta, mengendarai mobil mewah, tinggal di rumah megah, sering kali menyimpan kepedihan batin yang tersembunyi di balik senyum yang mereka pajang.
Hidup mereka mungkin selamat dari kelaparan, tetapi tetap sambat tak selamat dari kekosongan jiwa yang mencekik.
Seorang sukses dengan kekayaan melimpah mungkin bisa membanggakan koleksi mobil sport dan rumah-rumah mewahnya. Namun, di balik itu, hatinya terbelenggu oleh kesepian. Anaknya terjerumus dalam lingkaran setan narkoba, rumah tangganya tanpa sakinah, diisi oleh pertengkaran yang tiada henti, dan akhirnya berujung pada perceraian. Kekayaan yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan, justru menjadi pemicu derita.
Dalam Islam ini biasa disebut sebagai kondisi istidraj. Sebuah rejeki yang pada hakikatnya adalah cobaan dan tidak membawa keberkahan sejati.
Di sisi lain, ada kisah yang berbeda. Pak Mat, petani sederhana di pedesaan lereng Argopuro, hidup dengan penghasilan yang pas-pasan. Rumahnya mungkin tidak megah, namun dipenuhi cinta dan kebersamaan. Anaknya-anaknya tumbuh dengan nilai-nilai luhur, sukses dalam pendidikan dan kehidupan mereka.
Pak Mat tak memiliki mobil mewah. Namun ia memiliki kedamaian batin yang tak ternilai. Setiap hari, ia bisa tersenyum dengan tulus, tidur dengan tenang, dan bangun dengan semangat baru. Ini adalah rejeki barokah (happiness friendly), rejeki yang membawa keberkahan dan kebahagiaan sejati.
Makna Rejeki dalam Kehidupan
Rejeki bukan hanya soal materi. Ia adalah berkah yang melingkupi segala aspek kehidupan, mulai dari kesehatan, keluarga, hingga kedamaian jiwa. Banyak orang salah kaprah, mengira bahwa rejeki hanya berupa harta benda.
Mereka lupa bahwa kesehatan, anak-anak yang berbakti, dan rumah tangga yang harmonis adalah bagian dari rejeki yang tak ternilai harganya.
Penulis pernah bersilaturahim dengan sahabat lama. Ia seorang karyawan biasa. Hidup dengan sangat sederhana.
Meski begitu, setiap kali penulis berkunjung, suasana hangat dan penuh cinta selalu menyambutnya. Keluarganya selalu kompak, saling mendukung, dan penuh dengan kebahagiaan.
Anak-anaknya tumbuh dengan nilai-nilai luhur. Jauh dari pengaruh buruk pergaulan bebas. Ini adalah bukti nyata bahwa rejeki barokah bukan soal seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa besar kebahagiaan yang kita rasakan.
Kisah lain datang dari seorang kenalan penulis yang memiliki usaha di bidang kuliner. Usahanya berkembang pesat, tetapi ia tetap hidup sederhana. Ia selalu menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk membantu orang lain.
Suatu ketika, seorang sahabatnya yang seorang pengusaha besar datang padanya untuk meminta nasihat. Sahabatnya itu sedang menghadapi masalah besar, anaknya kecanduan narkoba dan usahanya hampir bangkrut. Dengan bijak, ia berkata, "Kebahagiaan bukan soal seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa besar kita bersyukur dan berbagi dengan orang lain."
Kebahagiaan Sejati dan Meniti Jalan Keberkahan
Kebahagiaan sejati tidak datang dari tumpukan harta benda, tetapi dari hati yang bersyukur dan kehidupan yang seimbang. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim: 7).
Syukur adalah kunci dari kebahagiaan sejati. Dan rejeki barokah adalah hasil dari sikap syukur yang tulus.
Di akhir perjalanan hidup, bukan seberapa banyak harta yang kita kumpulkan yang akan dikenang, tetapi seberapa besar dampak positif yang kita tinggalkan bagi orang-orang di sekitar kita. Keluarga yang harmonis, anak-anak yang berbakti, dan sahabat-sahabat yang setia adalah warisan yang tak ternilai harganya. Mereka yang hidup dengan rejeki barokah akan meninggalkan jejak yang dalam, dikenang sebagai sosok yang penuh kasih dan kebijaksanaan.
Untuk meraih rejeki barokah, kita perlu meniti jalan yang penuh dengan kebajikan dan kesederhanaan. Hindari keserakahan dan iri hati, sebab keduanya adalah penghalang dari keberkahan. Belajarlah untuk merasa cukup dengan apa yang kita miliki, dan selalu berusaha untuk berbagi dengan sesama.
Dalam kehidupan ini, kita memang dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Namun, memilih jalan yang membawa kebahagiaan sejati dan keberkahan adalah langkah terbaik yang bisa kita ambil. Rejeki yang happiness friendly bukan hanya memberikan kenyamanan duniawi, tetapi juga kedamaian jiwa dan kebahagiaan abadi.
Hidup adalah tentang pilihan, dan memilih rejeki yang membawa kebahagiaan sejati adalah langkah bijak. Rejeki barokah akan membawa kita pada kehidupan yang penuh makna, dimana cinta, kebersamaan, dan rasa syukur menjadi pilar utama.
Semoga kita semua diberikan rejeki yang penuh berkah, yang tidak hanya menyelamatkan dari kelaparan, tetapi juga dari kekosongan jiwa. Rejeki yang membuat kita mampu tersenyum tulus setiap hari, tidur dengan tenang setiap malam, dan bangun dengan semangat baru setiap pagi.
Dalam setiap langkah kehidupan, ingatlah bahwa kebahagiaan sejati tidak diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, tetapi dari seberapa besar kita mampu mensyukuri dan berbagi. Pilihlah rejeki yang happiness friendly, karena itulah kunci dari kehidupan yang harmonis dan penuh berkah. (*)
***
*) Oleh: Khoirul Anwar, Penulis adalah wakil ketua PCNU Kota Malang, pengurus LTN PBNU, pengajar di Fakultas Humaniora UIN Maliki Malang.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rochmat Shobirin |