Wejangan KH Moh Zuhri Zaini kepada Santri Jelang Ramadan 2025

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Ramadan 2025 tinggal menunggu hari. Pengasuh Ponpes Nurul Jadid, Kabupaten Probolinggo, Jatim, KH Moh Zuhri Zaini memberikan wejangan kepada para santri mengenai esensi bulan suci tersebut.
Wejangan disampaikan saat Pembukaan Semarak Ramadan di Aula II Ponpes Nurul Jadid, Selasa (25/02) malam. Semarak Ramadan di pesantren yang berada ujung timur Kabupaten Probolinggo ini, diisi dengan kegiatan hataman kitab kuning.
Advertisement
Dalam tausiyahnya, Kiai Zuhri menegaskan, Ramadan adalah bulan penuh kemuliaan karena di dalamnya Al-quran diturunkan sebagai pedoman hidup umat manusia.
Allah memberikan petunjuk melalui Al-quraan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai bekal hidup agar manusia tidak tersesat.
“Al-qur’an bukan sekadar untuk dibaca. Tetapi harus dikaji, dipahami, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,” pesannya.
Sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah besar berupa Al-qur’an, Allah mewajibkan umat Islam untuk berpuasa.
Kiai Zuhri menegaskan, puasa bukan hanya menahan lapar dan haus. Tetapi juga latihan disiplin diri dalam mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan ketakwaan.
“Syukur tidak selalu berarti makan bersama. Justru dengan berpuasa, kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan,” jelas figur dengan penampilan sederhana ini.
KH Zuhri juga menekankan, mengamalkan ajaran Al-quran bukan perkara mudah, karena manusia sering tergoda oleh hawa nafsunya sendiri. Oleh karena itu, puasa menjadi sarana latihan menahan diri, agar lebih mudah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
“Jika kita mampu mengendalikan nafsu, maka menjalankan perintah Allah akan terasa ringan, dan menjauhi larangan-Nya pun tidak akan menjadi beban,” tuturnya.
Selain itu, Kiai Zuhri menegaskan pentingnya membangun kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan, baik atau buruk, lahir dari hal yang dilakukan secara berulang.
“Kebiasaan tidak selalu baik. Ada kebiasaan yang buruk, dan ada yang baik. Maka, jika ingin terbiasa dalam kebaikan, biasakanlah melakukan sesuatu yang baik sejak sekarang,” pesannya.
Sebagai penutup, Kiai Zuhri mengajak para santri untuk menjalani ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan keikhlasan agar mendapatkan manfaat lahir dan batin.
“Puasa bukanlah beban, melainkan jalan menuju kesehatan fisik dan ketenangan batin. Jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, Ramadan akan menjadi momentum peningkatan diri. Sambutlah bulan suci ini dengan kegembiraan dan kesungguhan dalam beribadah,” terangnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Rizal Dani |