Religi Mozaik Ramadan 2025

Manufacturing Hati (2): Produktif tanpa Scroll Layar

Minggu, 02 Maret 2025 - 14:19 | 13.09k
FOKUS

Mozaik Ramadan 2025

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menelusuri tol Surabaya-Probolinggo jelang sahur puasa hari kedua. Sambil mendengar diskusi di sebuah radio, ada pertanyaan pendengar yang menggelitik. 

"Ustad, bagaimana menghilangkan ketergantungan pada gadget dan medsos selama Ramadan ini."

Advertisement

Ramai pertanyaan serupa itu. Bahkan ada pendengar yang mengabari tak bisa lepas dari gadget itu sejak habis Subuhan hingga jelang Dhuhur. Istirahat sebentar, scroll layar lagi. Hingga Maghrib. Masyalah!

Ramadan, Waktu untuk Menjeda

Ramadan adalah bulan istimewa. Bulan yang selalu dinanti. Waktu terbaik untuk menata jiwa, membersihkan hati, dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan.

Tapi ada satu hal yang sering luput dari perhatian. Satu gangguan yang begitu dekat, tetapi sering dianggap sepele. Layar gadget.

Hari ini, distraksi tidak lagi datang dalam bentuk suara bising atau keramaian pasar. Distraksi datang dalam genggaman. Dalam bentuk notifikasi yang terus berdenting. Dalam timeline yang tak ada ujungnya. Dalam video singkat yang menghibur, tapi membuat lupa waktu.

Bangun tidur, langsung meraih ponsel. Sebelum sahur, sempat memeriksa media sosial. Setelah Subuh, masih menggulir layar tanpa tujuan. Siang hari, tubuh mulai melemah, kantuk menyerang. 

Tapi tangan tetap sibuk mencari hiburan. Sampai akhirnya, sore datang, dan kesadaran muncul: hari ini sudah berjalan, tapi apa yang benar-benar dikerjakan?

Waktu habis. Energi terkuras. Tapi tidak ada yang benar-benar berarti.

Allah berfirman dalam QS. Al-‘Asr: 1-3; "Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman, mengerjakan kebajikan, dan saling menasihati dalam kebenaran serta kesabaran."

Ramadan adalah tentang waktu. Tentang bagaimana memanfaatkannya dengan baik. Tentang bagaimana menjadikannya lebih bermakna. Bukan tentang sekadar melewati hari. Ramadan mesti diisi dengan sesuatu yang bernilai.

Sayangnya, banyak yang tidak sadar. Ramadan datang, tapi hidup berjalan seperti biasa. Tidak ada perubahan, tidak ada peningkatan. Hanya lapar, haus, lalu berbuka.

Salah satu sebabnya: terlalu banyak distraksi. Terlalu banyak waktu yang terbuang untuk hal yang tidak perlu. Terlalu banyak perhatian yang tercecer dalam layar.

Cal Newport dalam bukunya "Deep Work" menyebut bahwa dunia saat ini dipenuhi oleh kerja dangkal (shallow work). Kerja yang terasa sibuk, namun tidak benar-benar berdampak. 

Membalas pesan sepanjang hari, mengecek notifikasi setiap saat, berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lain. Semua terasa produktif, tapi di akhir hari, tak ada yang benar-benar selesai.

Di bulan Ramadan, hal ini semakin terasa. Banyak yang merasa kurang produktif. Padahal bukan karena puasa yang melemahkan. Tapi karena energi yang seharusnya digunakan untuk hal penting, justru tersedot ke dalam hal-hal yang tidak disadari.

Puasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus. Tapi juga menahan diri dari segala sesuatu yang tidak perlu. Termasuk dari distraksi yang mencuri waktu, pikiran, dan perhatian.

Mengendalikan Layar, Menemukan Ketenangan

Rasulullah SAW bersabda; "Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Tirmidzi)

Ramadan adalah momen terbaik untuk melatih ini. Untuk membiasakan diri hanya mengurusi hal-hal yang penting. Untuk kembali fokus pada hal-hal yang benar-benar bernilai.

Cobalah mengurangi waktu di depan layar. Tidak perlu menghapus semua aplikasi, tapi gunakan dengan lebih sadar. Tidak perlu menutup semua akun media sosial, tapi batasi penggunaannya. Tidak perlu berhenti mengikuti berita, tapi pilih yang benar-benar penting.

Gunakan waktu terbaik untuk bekerja dengan fokus penuh. Jika pagi masih segar, manfaatkan untuk menyelesaikan tugas yang membutuhkan konsentrasi. Jika siang mulai melemah, gunakan untuk istirahat dan ibadah. 

Jangan biarkan semuanya bercampur hingga tak ada yang benar-benar tuntas.

Yang paling penting: jauhkan ponsel saat beribadah. Tidak perlu membawa gawai saat shalat. Tidak perlu membuka media sosial setelah membaca Al-Qur'an. Tidak perlu menggulir layar di sela-sela dzikir. Berikan ruang bagi hati untuk benar-benar hadir dalam ibadah.

Menemukan Kembali Makna Ramadan

Di era digital, menjaga diri bukan hanya soal menutup aurat. Tapi juga soal menjaga mata dari layar yang berlebihan. Menjaga hati dari perasaan yang tidak perlu. Menjaga pikiran dari kebisingan yang terus-menerus.

Dulu, godaan datang dalam bentuk dunia nyata. Sekarang, ia hadir dalam bentuk notifikasi dan algoritma. Dulu, waktu terbuang di jalan dan obrolan kosong. Sekarang, ia habis dalam layar kecil yang selalu ada di genggaman.

Padahal, Ramadan bukan tentang menghabiskan waktu. Tapi tentang mengisinya dengan hal yang lebih bermakna.

Imam Al-Ghazali pernah berkata, "Hati adalah cermin. Jika engkau ingin melihat kebenaran, bersihkan ia dari kotoran."

Layar bisa menjadi cermin. Jika terlalu banyak diisi hal-hal yang tidak penting, ia hanya memantulkan kesibukan kosong. Tapi jika digunakan dengan bijak, ia bisa menjadi sarana untuk belajar, mendekat pada Tuhan, dan meningkatkan kualitas hidup.

Ramadan hanya sebulan. Sayang jika terlewat begitu saja.

Lepaskan sejenak layar dari genggaman. Gunakan waktu untuk sesuatu yang lebih berarti. Karena ketika Ramadan berlalu, yang tersisa bukan berapa banyak konten yang ditonton. Tapi seberapa besar perubahan yang terjadi dalam diri.

Ramadan produktif bukan tentang seberapa banyak pekerjaan yang diselesaikan. Tapi tentang seberapa baik waktu dimanfaatkan. Tanpa distraksi. Tanpa scroll tanpa arah. Dengan lebih sadar. Dengan lebih bermakna. (*)

* Penulis adalah Khoirul Anwar, pengurus LTN PBNU, wakil ketua PCNU Kota Malang, pegiat media.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Redaksi
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES