Religi Mozaik Ramadan 2025

Mengungkap Makna Ramadan dan Keutamaannya

Kamis, 06 Maret 2025 - 07:34 | 19.26k
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Umat Islam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, bulan kesembilan dalam kalender Hijriah. Bulan ini memiliki keistimewaan di antara bulan-bulan lainnya karena merupakan waktu ibadah yang menjadi salah satu rukun Islam. Selain itu, bulan Ramadan memiliki kedudukan istimewa dalam sejarah dan tradisi umat Islam, karena di dalamnya terdapat Lailatul Qadar, malam yang digambarkan dalam Al-Qur'an sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.  

Namun, dari manakah asal penamaan bulan suci ini? Perlu diketahui bahwa nama Ramadan sudah ada sebelum Islam, dan bulan ini juga pernah disebut sebagai Natiq. Selain itu, praktik berpuasa telah dikenal dalam agama-agama terdahulu, meskipun tidak dikaitkan secara khusus dengan bulan Ramadan.  
  
Menurut Ammar Yahya, editor bahasa di situs Al Jazeera, akar kata ر م ض (R-M-Dh) dalam bahasa Arab mengacu pada makna sesuatu yang sangat panas, baik dalam konteks suhu maupun lainnya. Dalam penjelasannya, الرَّمَضُ berarti panas yang menyengat. Dari akar kata ini juga berasal istilah رمضاء, yang merujuk pada panas yang disebabkan oleh matahari pada batu atau pasir. Di masa lalu, panas ini dimanfaatkan oleh orang-orang Arab untuk berburu kijang. Mereka akan mengejar kijang di siang hari hingga kelelahan akibat panasnya, lalu menangkapnya dengan mudah. Teknik berburu ini disebut التّرمُّض. Dalam hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Shalat awwabin dilakukan ketika anak unta merasakan panas (ramidat) dan duduk karena terik matahari". (HR. Muslim)  

Advertisement

Lalu, apa hubungan antara Ramadan dan panasnya cuaca? Beberapa ulama berpendapat bahwa kata "Ramadan" berasal dari musim panas yang sangat terik, yang terjadi saat bulan ini pertama kali dinamai oleh bangsa Arab. Sebagian lainnya berpendapat bahwa nama ini berasal dari efek berpuasa itu sendiri, yang membuat seseorang merasa panas karena haus dan lapar.  

Asal Penamaan Bulan Ramadan

Dalam tradisi Arab kuno, nama-nama bulan Hijriah diberikan berdasarkan kondisi musim saat itu. Misalnya, bulan Rabiul Awal dinamai demikian karena bertepatan dengan musim semi (Rabi’). Sementara itu, bulan Ramadan jatuh pada musim panas yang menyengat (Ramad), sehingga dinamakan Ramadan.  

Selain itu, orang Arab juga sering menggambarkan perasaan dengan istilah fisik yang nyata. Misalnya, perasaan sangat marah digambarkan sebagai الرَّمَض, seperti panas yang membakar dari dalam. Mereka juga menggunakan kata ini untuk menunjukkan sesuatu yang tajam, seperti pisau yang sangat tajam disebut سكين رميض (pisau yang tajam).  

Menurut Abu Bakar bin Duraid (w. 933 M), seorang ahli bahasa Arab, ketika nama-nama bulan Hijriah diubah dari bahasa Arab kuno, mereka menyesuaikannya dengan kondisi alam saat itu. Bulan Ramadan bertepatan dengan musim panas yang sangat panas, sehingga dinamakan demikian.  

Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa bulan ini dinamakan "Ramadan" karena orang-orang Arab kuno biasa mengasah senjata mereka di bulan ini sebagai persiapan untuk berperang di bulan Syawal, sebelum datangnya bulan-bulan haram (bulan yang dilarang untuk berperang). Selain itu, beberapa ulama seperti Al-Mawardi dan Az-Zamakhsyari menyebut bahwa nama lama Ramadan adalah "Natiq", karena bulan ini membuat orang merasa terganggu dan lelah akibat cuaca panas serta kewajiban berpuasa.  

Pendapat Beragam tentang Asal Usul Ramadan.  Dalam bukunya Mu’jam Ramadan, akademisi Mesir Fuad Mursi (1925–1990) mengumpulkan berbagai pendapat mengenai asal nama Ramadan. Ia menyebutkan tiga kemungkinan utama:  

1). Ramadan adalah salah satu nama Allah– Pendapat ini berasal dari hadis Abu Ma’syar, tetapi hadis tersebut dianggap lemah oleh sebagian besar ulama. Oleh karena itu, pendapat ini tidak kuat.

2). Ramadan berasal dari kata yang berarti hujan di akhir musim panas dan awal musim gugur – Pendapat ini menyatakan bahwa Ramadan dinamakan demikian karena hujan yang datang di musim itu mendinginkan panasnya bumi.

3). Ramadan berasal dari kata "Ramadh" yang berarti panas menyengat – Pendapat ini paling umum diterima karena bulan ini awalnya dinamai berdasarkan musim panas yang terik.  

Dalam kajian sejarah, Mahmoud Hamdi Al-Falaki (1815–1885), seorang ilmuwan Mesir, menyebutkan bahwa orang Mekah kuno menggunakan kalender lunar murni dalam 50 tahun terakhir sebelum hijrah. Namun, mereka juga menyesuaikan kalender ini secara fleksibel untuk kepentingan perang, sehingga mereka bisa mengubah aturan bulan haram sesuai kebutuhan mereka. Islam kemudian melarang praktik ini dalam ayat tentang "nasīʾ" (penundaan bulan haram).  

Nama Ramadan sudah ada sebelum Islam dan terkait dengan kondisi alam saat itu. Kata "Ramadan" berasal dari akar kata yang bermakna panas menyengat, yang sesuai dengan kondisi musim di mana bulan ini pertama kali dinamai. Meskipun demikian, makna Ramadan dalam Islam bukan sekadar musim panas, tetapi sebagai bulan penuh ampunan, keberkahan, dan kesempatan untuk meraih ridha Allah. Semoga Ramadhan kita menjadi yang terbaik di bulan ini, dan dosa-dosa kita dibakar (dihapus) sebagaimana namanya, Ramda'. Amin.

***

*) Penulis adalah Dr KH Halimi Zuhdy, Pengasuh Pondok Pesantren Darun Nun Malang, ketua RMI PCNU Kota Malang, dosen UIN Malang.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES