Religi

Ramadan: Tajdid (Memulihkan) Jasmani dan Rohani

Jumat, 07 Maret 2025 - 08:34 | 14.45k
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ramadan itu asyik. Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menyambut bulan Ramadan dengan penuh kegembiraan. Bukan sekadar bulan ibadah, Ramadan juga menjadi momentum penyembuhan baik secara fisik maupun spiritual. Pernah ingat ucapan kembali ke Fitri? Lah, Ramadan itu adalah memontum untuk itu. Puasa yang dijalankan selama sebulan penuh bukan hanya melatih kesabaran dan ketakwaan, tetapi juga berperan besar dalam meregenerasi sel-sel tubuh serta membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati. Asyikkan? 

Syekh Al-Manafi, menyinggung tentang Sabda Rasulullah SAW: 

Advertisement

"Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat."(HR. Thabrani). 

Walau derajad hadis ini dhaif, dan beberapa pendapat lainnya. Tapi, kita melihat beberapa hal tentang manfaat puasa, terutama puasa di Bulan Ramadan. 

Kalau kita tilik lebih dapat dan beberapa maraji' (refrensi). Puasa tidak hanya berbicara tentang kesehatan jasmani, tetapi juga kesehatan ruhani. Ilmu pengetahuan modern semakin membuktikan bahwa puasa memberikan manfaat luar biasa bagi tubuh, termasuk dalam proses regenerasi sel dan detoksifikasi.  

Puasa dan Regenerasi Sel (Tajdid khalaya jasadiyah)

Dari berbagai sumber, puasa secara medis, terbukti mampu memperbaiki sel-sel yang rusak melalui mekanisme yang disebut autofagi (الالتهام الذاتي). Autofagi adalah proses alami di mana tubuh mendaur ulang sel-sel yang telah rusak atau tua, kemudian menggantinya dengan sel yang lebih sehat. Penemuan tentang autofagi ini bahkan mengantarkan Yoshinori Ohsumi, seorang ilmuwan Jepang, meraih Nobel di bidang kedokteran pada tahun 2016.  

Selama puasa, tubuh memasuki kondisi metabolisme yang berbeda dari biasanya. Ketika tidak ada asupan makanan selama beberapa jam, tubuh mulai menggunakan cadangan energi dan membersihkan komponen sel yang sudah tidak berfungsi. Proses ini membantu mencegah berbagai penyakit degeneratif, seperti diabetes, Alzheimer, dan kanker.  

Selain itu, puasa juga membantu mengurangi peradangan dalam tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat menurunkan kadar sitokin pro-inflamasi (السيتوكينات الالهابية), yaitu zat yang berperan dalam peradangan kronis. Dengan kata lain, puasa memberikan kesempatan bagi tubuh untuk "beristirahat ('iadatu tasyghil)" dan memperbaiki dirinya sendiri.  

Ramadaan dan Penyembuhan Spiritual (al-Tajdid Al-ruhi)

Tidak hanya jasmani yang mendapatkan manfaat, tetapi juga ruhani. Ramadhan adalah bulan refleksi, di mana manusia diajak untuk menata kembali kehidupannya, mendekatkan diri kepada Allah, serta membersihkan hati dari penyakit seperti iri, dengki, dan kesombongan.  

Secara psikologis, puasa membantu meningkatkan kontrol diri dan kecerdasan emosional. Menahan lapar dan dahaga melatih kesabaran serta kemampuan untuk menunda kepuasan (delayed gratification). Dalam psikologi modern, kemampuan ini sangat berkaitan dengan kesuksesan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan, seperti studi Marshmallow Test yang dilakukan oleh psikolog Walter Mischel.  

Selain itu, puasa juga menurunkan kadar hormon stres kortisol dan meningkatkan produksi endorfin (الاندورفين), hormon yang memberikan perasaan bahagia. Inilah mengapa setelah beberapa hari berpuasa, seseorang akan merasakan ketenangan batin yang luar biasa.  

Dalam konteks spiritual, Ramadan adalah kesempatan emas untuk melakukan perbaikan diri. Rasulullah SAW bersabda:  

من صام رمضان إيمانًا واحتسابًا غُفر له ما تقدم من ذنبه" (رواه البخاري ومسلم).

"Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari dan Muslim).  

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari perbuatan tercela. Inilah bentuk regenerasi ruhani, di mana manusia diajak untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki hubungan dengan sesama.  

Jika dianalisis dari dua perspektif, Ramadhan adalah bulan penyembuhan total: secara fisik, ia membantu memperbaiki sel dan mengurangi risiko penyakit; secara spiritual, ia menjadi ajang introspeksi dan peningkatan kualitas diri.  

Setiap detik dalam bulan ini adalah kesempatan untuk membersihkan tubuh dan jiwa. Maka, jangan sia-siakan Ramadhan hanya dengan rutinitas tanpa makna. Jadikanlah puasa sebagai momentum untuk memperbaiki diri, baik dalam aspek kesehatan maupun keimanan.  Semoga Ramadan kita menjadi moment paling indah dalam kehidupan kita, untuk memperbaiki diri, baik secara jasadi dan ruhani. 

Wallahu a’lam.

***

*) Penulis adalah Dr KH Halimi Zuhdy, Pengasuh Pondok Pesantren Darun Nun Malang, ketua RMI PCNU Kota Malang, dosen UIN Malang.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES