Religi Mozaik Ramadan 2025

Kekuatan Doa dalam Ayat Puasa: Dekatnya Allah dengan Hamba-Nya

Senin, 10 Maret 2025 - 08:14 | 19.07k
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Di tengah rangkaian Ayat tentang puasa dalam Surah Al-Baqarah, ada satu Ayat yang begitu istimewa tentang kekuatan doa.   

Ayat ini hadir di antara penjelasan tentang kewajiban puasa, seolah memberikan pesan mendalam bahwa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momentum untuk memperbanyak doa dan mendekatkan diri kepada Allah. Ada beberapa hal menarik dari struktur bahasa dalam ayat ini yang mengungkap makna lebih dalam tentang doa. Mari kita ulas Ayat tersebut:

Advertisement

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُوا۟ لِى وَلۡيُؤۡمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ  

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. Al-Baqarah: 186)  

Allah Dekat, Tanpa Perantara

Ayat ini diawali dengan pertanyaan, "Jika hamba-Ku bertanya tentang Aku..." Uniknya, dalam ayat ini Allah langsung menjawab sendiri tanpa menggunakan ungkapan "Katakanlah (qul)", sebagaimana biasa terjadi dalam Ayat-ayat lain yang berisi pertanyaan dari manusia. Ini menunjukkan bahwa hubungan antara Allah dan hamba-Nya bersifat langsung tanpa perlu perantara. Allah tidak jauh; Dia dekat dengan setiap doa yang dipanjatkan.  

Doa yang Didahulukan dari Pemohon

Dalam kalimat "أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ", kata دعوة (doa) lebih dahulu disebut sebelum الداع (orang yang berdoa). Susunan ini menegaskan bahwa Allah melihat isi doa itu sendiri, bukan siapa yang memanjatkannya. Artinya, siapa pun yang berdoa baik orang saleh, pendosa, tertindas, atau bahkan orang yang belum beriman doanya tetap memiliki kemungkinan dikabulkan oleh Allah. Rahmat-Nya begitu luas, tidak terbatas pada siapa yang meminta, tetapi pada ketulusan dalam memohon.  

Mengapa Menggunakan "Idza" Bukan "In"?

Satu lagi keindahan bahasa dalam ayat ini terletak pada penggunaan kata إِذَا (idza), bukan إِن (in). Dalam kaidah bahasa Arab, idza menunjukkan sesuatu yang sering terjadi, sedangkan "in" digunakan untuk sesuatu yang jarang atau bahkan mustahil terjadi. Pemilihan "idza" menunjukkan bahwa doa adalah aktivitas yang harus dilakukan berulang kali, terus-menerus, bukan hanya ketika dalam kesulitan. Ini selaras dengan hadis Rasulullah:  

"Barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya." (HR. Tirmidzi)  

Jawaban Allah Didahulukan dari Syaratnya

Menariknya, dalam ayat ini, jawaban Allah atas doa didahulukan:  
"أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ"
"Aku kabulkan doa orang yang berdoa"

sebelum syaratnya disebutkan, yaitu:  

"إِذَا دَعَانِ" 
"apabila ia berdoa kepada-Ku"

Ini menjadi isyarat betapa cepatnya Allah dalam mengabulkan doa, seakan-akan ijabah-Nya mendahului permintaan hamba.  

Tak hanya itu, kata الداعِ (orang yang berdoa) dalam bentuk tunggal juga memberi pesan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk dikabulkan doanya. Tidak perlu menunggu banyak orang berdoa bersama; bahkan satu orang yang bersungguh-sungguh berdoa sudah cukup untuk mendapatkan perhatian Allah.  

Momentum Ramadhan: Menjadikan Doa sebagai Rutinitas

Ayat ini mengingatkan kita bahwa doa bukan sekadar ritual pelengkap, tetapi bagian inti dari keimanan. Ramadhan adalah momen terbaik untuk kembali memperkuat hubungan dengan Allah melalui doa, bukan hanya saat berbuka, tetapi sepanjang hari. Kita tidak pernah tahu doa mana yang akan dikabulkan lebih cepat, doa siapa yang akan membawa keberkahan bagi dunia. Maka, jadikanlah doa sebagai kebiasaan, bukan sekadar pelarian saat terdesak. Sebab, Allah telah berjanji dalam ayat ini: siapa yang berdoa dengan penuh keyakinan, maka Allah akan mengabulkannya.  

Wallahul Musta'an wailahittuklan

***

*) Penulis adalah Dr KH Halimi Zuhdy, Pengasuh Pondok Pesantren Darun Nun Malang, ketua RMI PCNU Kota Malang, dosen UIN Malang.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES