Religi Mozaik Ramadan 2025

Ramadan Glow Up, Dari Hati yang Bersih ke Jiwa yang Bersinar

Jumat, 14 Maret 2025 - 08:34 | 13.05k
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tidak terasa Ramadan hampir separuh bulan. Ia seperti kilatan cahaya, datang dan kemudian menghilang, tapi sinarnya tetap memberikan terang. Bulan yang selalu dirindu oleh Umat Islam, karena di dalamnya penuh ampunan, keberkahan dan rahmah. Bulan Ramadan itu asyik. Maka, ia bukan sekadar bulan menahan lapar dan dahaga. Ia adalah momen istimewa untuk melakukan "glow up" bukan hanya secara fisik, tetapi lebih dalam lagi, yakni transformasi spiritual dan kepribadian. Ramadan mengajarkan kita bahwa keindahan sejati bukan hanya dari luar, tetapi berasal dari hati yang bersih dan jiwa yang bersinar.  

Ramadan: Pembersih Hati dan Jiwa 

Dalam Islam, kebersihan hati menjadi kunci utama bagi kemuliaan manusia. Allah SWT berfirman:  

Advertisement

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا ۝ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

"Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams: 9-10)  

Ramadan hadir sebagai momentum penyucian ini. Puasa tidak hanya menahan diri dari makanan, tetapi juga dari sifat buruk seperti iri, dengki, amarah, dan kesombongan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin mengatakan bahwa puasa bukan sekadar menahan perut dan kemaluan, tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh dari perbuatan dosa.  

Ketika seseorang berpuasa dengan kesadaran penuh, ia sedang mencuci hatinya dari noda-noda duniawi. Inilah awal dari proses "glow up" dari hati yang bersih lahir perilaku yang bercahaya.  

Transformasi Diri: Ramadan sebagai Cermin Kepribadian  

Bulan Ramadan juga menjadi ajang evaluasi diri. Rasulullah SAW bersabda:  

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ 

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan keji, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari)  

Hadis ini mengingatkan bahwa puasa sejati adalah puasa dari keburukan, bukan sekadar lapar dan haus. Di sinilah Ramadan menjadi cermin bagi kita: apakah kita hanya berubah secara ritual, atau benar-benar mengalami transformasi kepribadian?  

Bulan ini mengajarkan kita untuk berempati kepada yang kurang mampu, memperbaiki hubungan sosial, dan memperhalus tutur kata serta perilaku. Inilah langkah-langkah kecil menuju "inner glow up" di mana kesabaran, ketakwaan, dan akhlak mulia semakin terpancar dari dalam diri.  

Dari Cahaya Hati Menuju Jiwa yang Bersinar 

Setelah sebulan penuh menahan diri, membersihkan hati, dan memperbaiki perilaku, seorang Muslim sejati akan keluar dari Ramadan sebagai pribadi yang bercahaya. Itulah "Ramadan Glow Up" yang sejati menjadi pribadi yang lebih sabar, lebih bersyukur, lebih rendah hati, dan lebih dekat kepada Allah. Cahaya dari dalam diri ini tidak hanya dirasakan oleh kita, tetapi juga menyinari orang-orang di sekitar kita.  

Jika Ramadan kita jalani dengan penuh kesadaran, maka setelahnya kita akan keluar sebagai pribadi yang lebih kuat, lebih tenang, dan lebih bercahaya. Seperti bulan purnama yang sempurna, Ramadan membentuk kita menjadi pribadi yang bersinar bukan karena kecantikan fisik, tetapi karena kebersihan hati dan ketakwaan yang terpancar dari dalam.  

Ramadan bukan akhir dari perjalanan, tetapi awal dari kehidupan yang lebih baik. "Glow up" sejati bukanlah sekadar penampilan luar, tetapi perubahan yang dimulai dari hati. Mari manfaatkan Ramadan untuk membersihkan jiwa, memperbaiki diri, dan menyongsong hari-hari berikutnya dengan cahaya iman yang lebih kuat.  

Sebagaimana doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW:  

اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا وَفِي لِسَانِي نُورًا وَفِي سَمْعِي نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا  

"Ya Allah, jadikanlah cahaya dalam hatiku, cahaya dalam lisanku, cahaya dalam pendengaranku, dan cahaya dalam penglihatanku." (HR. Muslim).

Mari kita jadikan Ramadan sebagai titik balik menuju Ramadan Glow Up yang sesungguhnya: dari hati yang bersih menuju jiwa yang bersinar.  

Wallahul Musta'an Walaihittuklan

***

*) Penulis adalah Dr KH Halimi Zuhdy, Pengasuh Pondok Pesantren Darun Nun Malang, ketua RMI PCNU Kota Malang, dosen UIN Malang.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES