Nuzulul Qur’an dan Urgensi Memuliakan Al-Qur’an di Era Digital

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tanggal 17 Ramadan, umat Islam memperingati turunnya Al-Qur'an, terutama masyarakat muslim Indonesia yang sangat antusias memperingatinya dengan berbagai kegiatan. Di masjid-masjid dan lembaga pendidikan Islam, umat Islam mengadakan pengajian, ceramah, dan tausiyah yang membahas makna dan hikmah turunnya Al-Qur’an. Selain itu, banyak tempat menggelar tadarus Al-Qur’an bersama, lomba tilawah, khataman Al-Qur’an, dan kajian tafsir untuk memperdalam pemahaman umat terhadap wahyu Ilahi. Pemerintah dan organisasi Islam juga sering mengadakan peringatan resmi di tingkat nasional dan daerah, yang dihadiri ulama, tokoh masyarakat, serta pejabat negara. Di beberapa daerah, tradisi seperti pawai obor dan doa bersama menjadi bagian dari peringatan Nuzulul Qur’an, menambah semarak ibadah di bulan suci Ramadhan. Kira-kira untuk apa?
Bulan Ramadhan bukan hanya tentang puasa dan ibadah fisik semata, tetapi juga momentum perenungan terhadap salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah Islam: Nuzulul Qur’an, turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini bukan sekadar peringatan historis, melainkan momen untuk memahami kembali fungsi, tujuan, dan tanggung jawab umat Islam dalam menjaga dan mengamalkan Al-Qur’an, terutama di era digital yang penuh tantangan.
Advertisement
Mengapa Al-Qur’an Diturunkan?
Al-Qur’an turun sebagai hudā li al-nās (petunjuk bagi manusia) dan furqān (pembeda antara yang haq dan yang batil), sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ
"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)
Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman utama bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan. Al-Qur’an tidak hanya diturunkan untuk dibaca, tetapi juga untuk dipahami, diamalkan, dan dijadikan pedoman dalam membangun peradaban yang berlandaskan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
Hadis Nabi SAW juga menekankan pentingnya menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam kehidupan. Rasulullah bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari)
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menegaskan bahwa keberkahan Al-Qur’an tidak hanya terletak pada bacaannya, tetapi juga dalam pemahamannya yang mendalam serta pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
Memuliakan Al-Qur’an di Era Digital: Tantangan dan Peluang
Di era digital, akses terhadap Al-Qur’an semakin mudah. Berbagai aplikasi Al-Qur’an, tafsir digital, hingga kajian keislaman tersedia dalam genggaman. Namun, kemudahan ini juga menghadirkan tantangan besar: bagaimana umat Islam tetap menjaga kehormatan dan kesucian Al-Qur’an di tengah arus informasi yang sering kali tidak terkendali?
Beberapa tantangan utama yang dihadapi adalah:
1. Superfisialitas dalam Memahami Al-Qur’an
Kemudahan akses sering kali membuat sebagian orang hanya membaca tanpa memahami secara mendalam. Padahal, ulama terdahulu seperti Imam Asy-Syafi’i dan Ibnu Katsir menekankan bahwa pemahaman Al-Qur’an harus didasarkan pada ilmu yang kuat, bukan sekadar opini pribadi.
2. Penyebaran Informasi yang Salah
Banyak potongan ayat Al-Qur’an yang dikutip di media sosial tanpa konteks yang jelas, bahkan disalahgunakan untuk kepentingan tertentu. Ini menjadi tantangan besar dalam menjaga kemurnian pesan Al-Qur’an.
3. Kurangnya Adab dalam Berinteraksi dengan Al-Qur’an
Di era digital, tidak jarang orang membaca Al-Qur’an sembari melakukan aktivitas lain, seperti mengobrol atau bermain media sosial. Hal ini bertolak belakang dengan ajaran para ulama yang menekankan tawadhu’ (rasa hormat) terhadap Kalamullah.
Namun, era digital juga membawa peluang besar bagi umat Islam untuk memuliakan Al-Qur’an, antara lain:
1. Menghidupkan Kajian Al-Qur’an Secara Online
Banyak ulama dan cendekiawan yang kini memanfaatkan media digital untuk menyebarkan tafsir dan kajian Al-Qur’an. Ini bisa menjadi jalan bagi umat Islam untuk lebih memahami Al-Qur’an secara benar.
2. Memanfaatkan Teknologi untuk Tadabbur Qur’ani
Aplikasi tafsir dan studi Al-Qur’an berbasis digital dapat membantu umat Islam dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an dengan lebih baik.
3. Menggunakan Media Sosial untuk Dakwah Qur’ani
Alih-alih menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya, umat Islam dapat memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tafsir yang benar sesuai pemahaman para ulama.
Momentum Nuzulul Qur’an di bulan Ramadhan harus menjadi titik balik bagi umat Islam untuk semakin dekat dengan Al-Qur’an. Tidak sekadar membaca, tetapi juga memahami, mengamalkan, dan menjaga kesuciannya, termasuk dalam dunia digital.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan merendahkan yang lain dengannya." (HR. Muslim). Maka, di era digital ini, apakah kita ingin menjadi kaum yang diangkat derajatnya karena Al-Qur’an atau justru sebaliknya? Jawabannya ada pada sejauh mana kita memuliakan Al-Qur’an dalam kehidupan kita.
Wallahul Musta'an Wailaihittuqlan
***
*) Penulis adalah Dr KH Halimi Zuhdy, Pengasuh Pondok Pesantren Darun Nun Malang, ketua RMI PCNU Kota Malang, dosen UIN Malang.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |