Religi Mozaik Ramadan 2025

Ramadan dan Zakat: Menakar Keimanan, Menebar Kepedulian

Jumat, 21 Maret 2025 - 09:21 | 20.61k
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ramadan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga bulan kepedulian. Di dalamnya, kita tidak hanya melatih diri untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengasah kepekaan sosial. Salah satu bentuk kepedulian yang paling nyata adalah zakat. Sayangnya, di tengah gemerlapnya ibadah Ramadan, banyak yang masih abai terhadap kewajiban ini.  

Mari kita jujur, berapa banyak dari kita yang sibuk menyiapkan menu sahur dan berbuka dengan hidangan lezat, tetapi lupa menyisihkan sebagian harta untuk mereka yang bahkan tidak tahu dari mana makanan berikutnya akan datang? Ramadan bukan hanya soal menahan diri dari makan, tetapi juga soal berbagi agar tidak ada yang kelaparan setelah adzan Maghrib berkumandang.  

Advertisement

Zakat dan Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadan

Ramadan semakin menuju puncaknya, dan di 10 hari terakhir inilah kita diajak untuk memperbanyak amal saleh. Rasulullah SAW bersungguh-sungguh dalam ibadah di penghujung Ramadan lebih dari hari-hari sebelumnya.  

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

"Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki (malam) sepuluh (terakhir) dari Ramadan, beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari dan Muslim)  

Ini bukan hanya tentang shalat malam dan i’tikaf, tetapi juga tentang memperbanyak amal kebaikan, termasuk membayar zakat dan memberi sedekah. Bukankah Rasulullah SAW juga terkenal sebagai manusia paling dermawan, terlebih di bulan Ramadan?  

Dalam 10 hari terakhir ini terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, yakni Lailatul Qadar. Allah berfirman:  

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ 
"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadr: 3)  

Malam ini adalah kesempatan emas untuk beramal sebanyak-banyaknya. Maka, di antara bentuk ibadah yang bisa kita maksimalkan adalah menunaikan zakat, membantu fakir miskin, dan berbagi kepada sesama. Bukankah kita ingin mendapatkan keberkahan layaknya beribadah selama 83 tahun lebih?  

Bayangkan, jika sedekah yang kita keluarkan pada 10 hari terakhir Ramadan bertepatan dengan malam Lailatul Qadar, maka pahalanya akan berlipat-lipat. Ini bukan sekadar hitungan matematika biasa, tetapi janji langsung dari Allah. Dan kewajiban membayar zakat sampai sebelum shalat Idul Fitri, agar terkonstribusi dengan baik di bulan terbaik, kita segerakan membayarnya di 10 terlahir bulan Ramadan ini. 

Zakat: Bukti Nyata Keimanan 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:  

 وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ 
"Dan dirikanlah shalat serta tunaikanlah zakat..." (QS. Al-Baqarah: 110)  

Menariknya, dalam banyak ayat, perintah zakat selalu berdampingan dengan shalat. Ini bukan kebetulan. Shalat adalah bukti hubungan vertikal kita dengan Allah, sedangkan zakat adalah bukti hubungan horizontal kita dengan sesama manusia. Artinya, ibadah kita tidak bisa hanya berkutat di sajadah, tetapi juga harus tercermin dalam kepedulian sosial.  

Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:  

«إِنَّمَا الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ، وَتَدْفَعُ مِيتَةَ السُّوءِ»  
"Sesungguhnya sedekah (termasuk zakat) dapat meredam murka Allah dan mencegah kematian yang buruk." (HR. Tirmidzi)  

Bayangkan, dengan menunaikan zakat, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga menjaga diri dari musibah dan mengundang rahmat Allah.  

Pandangan Ulama tentang Zakat

Imam Ibn Qudamah dalam Al-Mughni menjelaskan:  

"الزكاةُ حَقٌّ واجبٌ في أموالِ الأغنياءِ يُؤخَذُ وَيُدفَعُ إلى مستحقيهَا، فإن مَنَعَهَا فقد ظَلَمَ الفُقَراءَ حَقَّهُم، وَهُوَ مِمَّا يُسْأَلُ عَنْهُ يَوْمَ القِيَامَةِ."

"Zakat adalah hak wajib dalam harta orang kaya yang harus diambil dan diberikan kepada yang berhak. Barang siapa yang menahannya, maka dia telah menzalimi hak orang miskin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat."  

Sementara itu, Imam Asy-Syafi’i dalam Al-Umm menekankan bahwa zakat bukan hanya bentuk kepedulian sosial, tetapi juga ujian keimanan:  

"مَنْ بَخِلَ بِزَكَاتِ مَالِهِ، فَقَدْ قَطَعَ عَنْ نَفْسِهِ سَبَبَ بَرَكَتِهِ، وَهُوَ آثِمٌ فِي الدُّنْيَا وَمُعَذَّبٌ فِي الْآخِرَةِ."

"Barang siapa yang kikir dengan zakat hartanya, maka ia telah memutus keberkahannya sendiri. Ia berdosa di dunia dan akan diazab di akhirat."

Ramadan Ini, Uji Keimanan dengan Zakat  

Mari kita renungkan: apakah Ramadan kali ini hanya akan menjadi rutinitas tahunan yang berlalu begitu saja? Atau kita akan menjadikannya sebagai momentum perubahan? Jangan hanya berlomba menghatamkan Al-Qur’an, tetapi juga berlomba menunaikan zakat. Jangan hanya sibuk memikirkan baju baru untuk lebaran, tetapi juga pastikan ada mereka yang bisa makan dengan layak karena zakat kita.  

Terlebih di 10 hari terakhir ini, saat pahala dilipatgandakan dan peluang meraih Lailatul Qadar terbuka lebar. Inilah waktu terbaik untuk menyempurnakan ibadah kita dengan berbagi.  

Rasulullah SAW bersabda:  
«مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ»
"Sedekah tidak akan mengurangi harta." (HR. Muslim)  

Maka, Ramadan ini, jangan hanya sibuk menahan lapar—tapi juga pastikan kita mengenyangkan yang lapar. Jangan hanya fokus pada diri sendiri—tapi pastikan kita membantu mereka yang membutuhkan.  

Sudahkah kita menunaikan zakat?

Wallahul Musta'an wailahittuklan

***

*) Penulis adalah Dr KH Halimi Zuhdy, Pengasuh Pondok Pesantren Darun Nun Malang, ketua RMI PCNU Kota Malang, dosen UIN Malang.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES