Finish Strong! Akhir Ramadan adalah Momentum Terbaik

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ramadan telah memasuki fase akhir, dan inilah saatnya untuk meningkatkan semangat ibadah. Jangan biarkan kelelahan atau kesibukan duniawi menghalangi kita meraih keberkahan terbesar. Justru di sepuluh malam terakhir ini, Allah SWT menyimpan rahasia kemuliaan yang hanya bisa didapatkan oleh mereka yang bersungguh-sungguh.
Allah SWT berfirman:
Advertisement
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan (ajal)" (QS. Al-Hijr: 99)
Ini adalah ajakan untuk terus beribadah tanpa henti. Terlebih lagi, Rasulullah SAW memberikan teladan terbaik dalam memanfaatkan momentum sepuluh hari terakhir Ramadan.
Kesungguhan Nabi Muhammad SAW dan Salaf di Akhir Ramadan
Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
"Rasulullah SAW apabila memasuki sepuluh hari terakhir Ramadan, beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya" (HR. Bukhari & Muslim)
Dalam hadis ini, terdapat isyarat betapa seriusnya Rasulullah SAW dalam menghidupkan sepuluh malam terakhir. Mengenai hadis ini, para ulama memberikan berbagai penjelasan yang semakin menguatkan pentingnya kesungguhan di akhir Ramadan:
Imam Al-Khattabi berkata:
قولها: " شد مئزره" معناه هجران النساء, ويحتمل أن تكون قد أردت أيضًا الجدّ والانكماش في العبادة.
“Ucapannya: ‘mengencangkan ikat pinggangnya’ bermakna menjauhi wanita (istri), dan bisa juga bermakna bersungguh-sungguh serta tekun dalam ibadah.”
Imam An-Nawawi juga berkata:
في هذا الحديث أنه يستحب أن يزاد من العبادات في العشر الأواخر من رمضان, واستحباب إحياء لياليه بالعبادات.
“Dalam hadis ini terdapat anjuran untuk memperbanyak ibadah di sepuluh malam terakhir Ramadan, serta dianjurkan untuk menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan:
" أحيا ليله " أي سهره فأحياه بالطاعة, وأحي نفسه بسهره فيه, لأن النوم أخو الموت.
“Menghidupkan malamnya’ maksudnya adalah beliau terjaga sepanjang malam dan menghidupkannya dengan ketaatan. Beliau juga menghidupkan dirinya sendiri dengan begadang di dalamnya, karena tidur adalah saudara kematian.”
Tidak hanya Rasulullah SAW, para sahabat dan salafus shalih juga menunjukkan peningkatan ibadah di sepuluh malam terakhir. Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Yang paling aku sukai saat memasuki sepuluh malam terakhir adalah seseorang menghidupkan malam dengan tahajud dan bersungguh-sungguh dalam ibadah.”
Amalan Khusus di Akhir Ramadan
Selain meningkatkan ibadah, para salaf juga memiliki kebiasaan khusus dalam menghadapi malam-malam terakhir Ramadan.
1. Mandi dan Menggunakan Wewangian
Sebagian ulama salaf mengajarkan bahwa bersiap diri dengan mandi dan mengenakan pakaian terbaik adalah bagian dari persiapan menyambut Lailatul Qadar.
Ibnu Jarir berkata:
كانوا يستحبون أن يغتسلوا كل ليلة من ليالي العشر الأواخر.
“Mereka (salaf) menyukai untuk mandi setiap malam dari sepuluh malam terakhir.”
Imam An-Nakha’i juga melakukan hal yang sama, bahkan beliau mandi setiap malam di sepuluh malam terakhir.
2. Menantikan Malam-Malam Kemuliaan dengan Rindu
Bagi para pencinta ibadah, malam-malam terakhir Ramadan adalah momen yang dinantikan sepanjang tahun.
Imam Ibnu Rajab berkata:
المحبون تطول عليهم الليالي فيعدونها لانتظار ليالي العشر في كل عام, فإذا ظفروا بها نالوا مطلوبهم وخدموا محبوبهم.
“Orang-orang yang mencintai (Ramadan) merasa bahwa malam-malam sepanjang tahun terasa panjang karena mereka menghitungnya demi menantikan sepuluh malam terakhir setiap tahun. Ketika mereka akhirnya mendapatkannya, mereka pun meraih apa yang mereka inginkan dan mengabdikan diri kepada yang mereka cintai (Allah).”
Ramadan hampir berlalu, dan kita belum tahu apakah akan bertemu lagi dengannya tahun depan. Saatnya kita semakin giat, bukan malah melemah. Rasulullah SAW dan para salaf telah memberi contoh bagaimana kita seharusnya menghadapi sepuluh malam terakhir ini—dengan semangat penuh, bukan kelelahan dan kemalasan.
Sebagaimana dikatakan oleh Hasan Al-Bashri :
إنَّ اللَّهَ جَعَلَ رَمَضَانَ مِضْمَارًا لِعِبَادِهِ يَتَسَابَقُونَ فِيهِ لِطَاعَتِهِ، فَسَبَقَ قَوْمٌ فَفَازُوا، وَتَخَلَّفَ آخَرُونَ فَخَابُوا
"Sesungguhnya Allah menjadikan Ramadan sebagai arena perlombaan bagi hamba-hamba-Nya agar mereka berlomba-lomba dalam ketaatan kepada-Nya. Maka ada yang menang dan ada yang kalah."
Maka, pastikan kita menjadi pemenang, bukan yang tertinggal. Finish strong! Sebab akhir Ramadan adalah momentum terbaik untuk meraih ridha dan ampunan Allah SAW.
Wallahul Musta'an wailahittuklan
***
*) Penulis adalah Dr KH Halimi Zuhdy, Pengasuh Pondok Pesantren Darun Nun Malang, ketua RMI PCNU Kota Malang, dosen UIN Malang.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |