Religi Mozaik Ramadan 2025

Syekh Abu Bakar bin Salim, Pelopor di Balik Tradisi Sholat Qodlo' Jum'at Akhir Ramadan

Jumat, 28 Maret 2025 - 17:23 | 13.22k
Ratusan jamaah sholat qodlo' Jum'at Akhir Ramadan di salah satu masjid Kabupaten Probolinggo. (Foto: Fafa Harowy/TIMES Indonesia)
Ratusan jamaah sholat qodlo' Jum'at Akhir Ramadan di salah satu masjid Kabupaten Probolinggo. (Foto: Fafa Harowy/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Setiap Jum'at terakhir di bulan Ramadan, sebagian umat muslim melaksanakan salat qodlo' secara berjamaah. Hal ini telah menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu.

Hal itu dikatakan oleh seorang tokoh agama di Probolinggo, Habib Hasan bin Ismail Almuhdor. Tradisi ini memiliki akar sejarah yang kuat dan merujuk pada praktik seorang ulama besar, sufi, dari Hadramaut, Yaman, yakni Syekh Abu Bakar bin Salim.

Advertisement

Syekh Abu Bakar bin Salim adalah seorang wali Allah dan ulama terkemuka yang hidup sekitar 500 tahun lalu. Beliau berasal dari keluarga yang dikenal dengan ketaqwaan dan ilmu agama yang mendalam.

Sejak kecil, ia telah menunjukkan kecerdasan luar biasa dan hafal Al-Qur’an di usia muda. Tidak hanya menguasai ilmu fikih, tafsir, dan hadis, beliau juga dikenal sebagai sosok yang zuhud dan tekun dalam ibadah.

Salah satu kebiasaan luar biasa Syekh Abu Bakar bin Salim adalah mujahadah (latihan spiritual) yang sangat berat. Setiap malam, beliau berjalan kaki sejauh puluhan kilometer untuk mengisi tempat wudu di berbagai masjid di Kota Tarim, sehingga jamaah yang datang untuk salat subuh tidak kesulitan mengambil air. Bahkan, beliau juga menyediakan air minum bagi hewan-hewan yang melintas di jalanan.

Dalam hal ibadah, Syekh Abu Bakar bin Salim sangat menekankan pentingnya menjaga salat fardhu.

Tradisi-12.jpg

Beliau memilih Jum'at terakhir di bulan Ramadan sebagai momen untuk mengingatkan umat akan kewajiban mengganti sholat yang pernah ditinggalkan, baik disengaja maupun tidak.

Di Indonesia, tradisi ini masih dilestarikan, salah satunya di Masjid Nur, Kelurahan Patokan, Kecamatan Kraksaan.

Pada Jumat (28/3/2025), jamaah masjid tersebut melaksanakan salat qodlo' berjamaah, dipimpin langsung oleh Habib Hasan bin Ismail Al Muhdor yang saat itu, juga sebagai khatib Jumat.

Dalam wawancara setelah sholat, Habib Hasan menegaskan bahwa meskipun tidak ada dalil yang mewajibkan pelaksanaan qada salat di waktu tertentu, tradisi ini tetap memiliki nilai spiritual yang tinggi.

Habib Hasan juga mengatakan, bahwa sholat qodlo' merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang pernah meninggalkan sholat fardhu, baik sengaja maupun tidak. Para ulama sepakat bahwa setiap sholat yang ditinggalkan harus diganti sesuai jumlah yang terlewat, tanpa ada ketentuan waktu khusus untuk mengqodlo'nya. Namun, pemilihan Jum'at terakhir Ramadan sebagai waktu pelaksanaan qodlo' sholat berjamaah bertujuan untuk meningkatkan ibadah dan mengingatkan umat akan pentingnya menunaikan kewajiban sholat.

“Jum'at adalah hari yang mulia, dan akhir Ramadan adalah waktu yang penuh berkah. Oleh karena itu, tradisi ini dapat menambah keutamaan ibadah," ujarnya.

Menurutnya praktik ini boleh dilakukan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, berjama'ah ataupun sendirian, di masjid ataupun di rumah.

Dengan meneladani sosok Syekh Abu Bakar bin Salim, diharapkan umat Muslim semakin memahami pentingnya menjaga sholat dan mengganti sholat yang pernah ditinggalkan.

Tradisi ini menjadi bagian dari warisan ulama salaf yang terus dilestarikan. Tradisi yang mengajarkan kedisiplinan, ketaqwaan, dan kecintaan terhadap ibadah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES