PPP Dukung Ganjar Pranowo, Dinilai Mencederai Kebersamaan KIB

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dinamika politik menjelang Pemilu 2024 kian menghangat setelah PDI Perjuangan mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai calon presidennya pada 21 April 2023.
Pengumuman resmi capres PDI Perjuangan itu mempengaruhi koalisi partai politik yang telah ada. Tiga koalisi besar, yaitu Koalisi Perubahan yang diisi NasDem, PKS dan Demokrat, Koalisi Indonesia Baru (KIB) yakni Golkar, PPP dan PAN serta Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yakni Gerindra dan PKB, kini menghadapi ujian ikatan koalisi diantara mereka.
Advertisement
PDI Perjuangan yang karena perolehan kursi di DPR melebihi 20 persen dapat mengusung capres sendiri, belum memiliki koalisi. Namun telah didukung oleh sejumlah partai dalam mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.
Sikap PDI Perjuangan di bawah Megawati Soekarnoputri yang konsisten mengusung capres dari kader partai sendiri membuat partai berlogo kepala banteng ini unggul di sejumlah survai elektabilitas parpol. Peluang berkoalisi kini terbuka dengan PDI Perjuangan untuk mengisi posisi cawapres.
Koalisi Perubahan hingga kini juga masih konsisten mengusung capres Anies Baswedan. Meski nama cawapresnya belum diumumkan. Sementara Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya berusaha menjaga soliditas dua partai dengan satu formula paket yakni Prabowo sebagai capres dan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres.
Namun koalisi ini dibayangi pengalaman buruk sikap politik Partai Gerindra yang berpindah haluan pasca kalah di pemilu presiden tahun 2019.
Partai Gerindra yang semula menjadi opisisi, berubah menjadi pendukung pemerintah dengan Prabowo duduk sebagai Menteri Pertahanan Kabinet Gotong Royong. Perubahan sikap ini sangat mengecewakan pendukung Prabowo.
Kubu yang mengalami 'guncangan' justru KIB. Karena dua anggotanya, PAN dan PPP, menunjukkan sikap berpaling ke pilihan lain. Padahal lokomotif koalisi ini adalah Partai Golkar yang menjadi partai kedua pemenang pemilu 2019 dan telah menetapkan Ketua Umumnya sebagai calon presiden.
Namun nama Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto belum cukup meyakinkan kolega koalisinya. PPP secara resmi bahkan mengumumkan Capres PDI Perjuangan Ganjar Pranowo sebagai capres mereka. PAN pun melalui ketua umumnya beberapa kali memberikan sinyal memberikan dukungan kepada Ganjar.
Mencederai Semangat Kebersamaan KIB
Sikap PPP yang mendukung Ganjar Pranowo, menurut Founder Al Hassanah Foundation Najib Salim Attamimi, mencederai semangat kebersamaan yang harusnya terbangun dalam koalisi.
"Setidaknya ada komunikasi, jangan bertindak tanpa omong dulu dengan rekan koalisinya," katanya dalam keterangan resminya diterima TIMES Indonesia.
Akibat tidak adanya kekompakan di antara anggota koalisi, partai-partai politik memberikan kesan kuat kepada publik mereka tidak konsisten dalam berpolitik.
"Bukannya memikirkan platform atau program untuk menjadi kekuatan koalisi malah sibuk mencari peluang untuk mengamankan posisi di tahun 2024," lanjut dia.
Najib yang membandingkan sikap partai di negara-negara Eropa dalam berkoalisi. Dalam politik, sikap partai-partai yang tidak konsisten ini berbahaya untuk rekan koalisi, juga bagi pemilih. "Pemilih hanya dijadikan stempel, bukan suara atau kepentingan untuk diperjuangkan," katanya.
Memang banyak pihak menilai relasi internal koalisi saat ini masih cair. Koalisi yang terbentuk bisa berlanjut, bisa bubar atau bahkan muncul koalisi baru dalam perjalanan menuju 2024.
Karenanya penting bagi partai-partai yang konsisten dalam memilih rekan koalisinya dan masyarakat ketika memilih partai yang didukungnya. "Berkoalisi ini harus punya keyakinan dan kebersamaan. Partai Golkar harus berhati-hati memilih rekan koalisi," ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |