Zumenart Ajak Anak-anak House of Hope Jadi Ilustrator Buku Cerita Little Dreamer

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Zumenart menggelar pameran ketiga karya para siswa berupa buku cerita bergambar. Pameran bertajuk Little Dreamer ini berlangsung di Hotel Double Tree by Hilton, Jalan Tunjungan Surabaya mulai 6-13 Agustus 2023.
Kelas menggambar Zumenart menggandeng House of Hope sebagai lembaga pemberdayaan anak berkebutuhan khusus. Total sembilan anak asuh terlibat dalam berkarya.
Advertisement
Sedangkan keseluruhan peserta pameran berjumlah 63 anak. Di mana 12 di antara mereka adalah anak berkebutuhan khusus.
"Perdana bagi kami bekerjasama dengan Zumenart. Anak asuh kami bisa menciptakan karya yang luar biasa," ujar Noel Sinaga, Head House of Hope.
Irene Ridjab selaku Founder dan CEO House of Hope merasa sangat bersyukur dan berterima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Zumenart sehingga anak asuhnya dapat berpartisipasi dan mendukung acara pameran ini.
"Saya berharap kerja sama dengan Zumenart dapat terus berlanjut sehingga dapat memberdayakan anak-anak dengan kebutuhan khusus lebih banyak lagi. Perasaan saya sangat senang," ungkap Irene Ridjab.
Penulis buku cerita anak adalah Arie Saptaji yang telah menulis lebih dari 30 judul buku maupun novel dan Irma Limena seorang dosen bahasa mandarin dari universitas swasta di Surabaya.
Buku ini ditulis dalam 3 bahasa. Yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggis dan Mandarin. Total memuat 6 judul cerita yang ditujukan untuk anak-anak usia balita sampai usia 11 tahun. Cetakan pertama bulan Agustus 2023 sebesar 280 eksemplar harga buku cerita anak Rp135.000 per eksemplar.
Arie Saptaji penulis dari Yogyakarta mengaku antusias karena mendapat penawaran untuk bergabung dalam buku ini sebagai mentor sekaligus penulis naskah. Ia terkejut melihat karya anak-anak hebat tersebut. Sebuah karya luar biasa.
Antara lain ada buku berjudul Konser Musik dengan anak-anak House of Hope sebagai ilustrator dan Naik Bus Kota yang digambar oleh anak-anak balita mulai usia 4 tahun. Seperti Dominic Cedric Wiyata (4 tahun), Helena Susanto (4,5 tahun), Maverich Mars Halim (5 tahun), dan Gareth Joachim Tanjung (5 tahun).
Kesembilan anak asuh House of Hope menampilkan karya dalam buku berjudul Konser Musik yang ditulis oleh Arie Saptaji.
Buku ini berkisah tentang alat-alat musik. Seperti viola, harpa, cello, French horn, flute, konga, piano dan saxofon. Masing-masing alat musik menghasilkan bunyi yang indah dan merdu. Melly, tokoh dalam cerita, memiliki cita-cita menjadi pemusik jagoan. Alat apakah yang akan ia mainkan?
Saxofon mampu mengeluarkan alunan megah dan syahdu. Gambar saxofon merupakan karya Trevor Barclay Wijanya. Atau gambar piano karya Christian Misael Permana turut jadi pilihan tokoh dalam cerita tersebut.
Anak-anak menggunakan sejumlah media gambar atau lukis beragam. Seperti crayon, water color, acrylic, pensil warna dan digital. Anak-anak ini memiliki mimpi yang kemudian tertuang dalam bentuk buku cerita sesuai imajinasi masing-masing. Kemudian karya lain dari siswa Zumenart berjudul Burung Jay Biru berdasarkan kisah Three Pines.
Buku lain berjudul Berani Bertanya di Kelas karya penulis Irma Limena, Menjadi Anak yang Jujur, Tersesat di Hutan yang menampilkan empat karakter karya Leyla Emma Saputra dengan konsep watercolor dan background yang dinilai cukup sulit.
Ada tantangan untuk mewujudkan buku ini, dari teknis maupun kesulitan lain. Project pameran pun dinilai cukup berat karena anak-anak dari beragam umur membuat buku cerita bersama. Mulai dari tingkat playgroup hingga sekolah menengah pertama.
"Memang bukan perkara mudah untuk menggali imajinasi mereka pada awalnya," terang Arie Saptaji yang memulai memberikan teks dua cerita buku saat debut bersama mereka.
Dari teks naskah karya Arie itu, kemudian guru di Zumenart mengajak murid untuk membuat konsep karakter gambar berikut pilihan warna. Setiap judul rata-rata didampingi dua guru.
"Ada enam judul jadi sekitar 12 guru terlibat," ucap CEO Zumenart, Win Fajar Adventa.
Ada sebuah harapan besar dari Zumenart kepada siswa agar mereka mendapat gambaran kelak cita-cita ke depan. Bisa menjadi pelukis, kartunis, maupun ilustrator buku cerita.
Anak-anak juga berkesempatan menjual karya mereka dan mendapat uang hasil penjualan secara penuh. Ini mengajarkan bahwa ketekunan mereka membuahkan hasil. Menggambar sendiri juga membuat anak-anak bisa menyalurkan emosi mereka secara positif melalui menggambar.
Kolaborasi Zumenart dengan House of Hope-tempat pemberdayaan anak kebutuhan khusus sekaligus menjadi jembatan untuk memperkenalkan karya mereka kepada pasar.
Zumenart menggunakan teknik tracing sedang anak-anak membuat latar belakang pada gambar.
Sebagai bentuk apresiasi kepada semua partisipan yang ada, Zumenart akan menyebarkan buku Little Dreamers ke-48 perpustakaan di Jatim bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Acara pameran bertujuan untuk memberikan wadah kepada murid Zumenart (partisipan) untuk berekpresi dan berkarya serta mengenalkan hasil karya anak-anak kepada para pencinta seni dan memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa mereka bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk masyarakat melalui talenta yang Tuhan berikan.
Win Fajar Adventa mengatakan, Zumenart adalah sebuah wadah berkreasi bagi para siswa tanpa batas.
"Saya menjalankan Zumenart ini sebenarnya seperti menemukan tujuan hidup Saya. Saya suka memberi pengertian kepada setiap anak bahwa mereka itu berharga dan sempurna. Di pameran ini saya mau tekankan ke orang tua. Pentingnya peranan orang tua dalam mendampingi anak menemukan tujuan hidupnya. Dan sepertinya orang tua bisa menangkap poin yang mau kami bawa di pameran My Art Journey ini," tambah Win Fajar Adventa.
Zumenart berharap dengan adanya kolaborasi bersama House of Hope ini dapat membangun kepedulian masyarakat terhadap anak-anak berkebutuhan khusus yang selama ini hanya dilihat sebelah mata dan kurang beruntung serta anak-anak lain sehingga dapat terus berekspresi dan berkarya.
Besar harapannya mereka bisa berkarya secara produktif, berdaya, dan diterima oleh masyarakat.
Zumenart sendiri merupakan kelas menggambar yang berdiri sejak 2008 di Surabaya. Tahun 2021
Zumenart memiliki kelas menggambar dengan anggota aktif yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia antara lain: Aceh, Medan, Palembang, Surabaya, Jakarta, Semarang, Bali, Manado, Makasar, Banjarbaru, Kupang, Ambon, Papua dan beberapa kota lainnya.
Kelas menggambar Zumenart menggelar sebuah pameran buku cerita bergambar bertajuk Little Dreamer. Pameran berlangsung di Hotel Double Tree by Hilton Surabaya.
Pada momen ini, Zumenart juga berkolaborasi dengan House of Hope dan Zoleka, tempat pemberdayaan anak kebutuhan khusus sekaligus menjadi jembatan untuk memperkenalkan karya mereka kepada pasar.
Zumenart menginisiasi dan menyelenggarakan pameran seni yang menampilkan karya illustrator buku cerita anak-anak.
Tahun 2023 ini merupakan gelaran yang ke-3 setelah dua pameran sebelumnya diselenggarakan di Galeri Faber Castell Surabaya dan di Lobby Hotel DoubleTree by Hilton Surabaya.
Mei 2022 bekerja sama dengan Faber Castell dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur mengambil tema tokoh favorit buku cerita dimana 50 persen hasil penjualan lukisan di gunakan untuk aksi sosial pembelian buku sekolah TK dan SMA di Kupang NTT.
Pemeran yang ke-2 pada 2022 bekerja sama dengan Zoleka Indonesia dan Hotel DoubleTree by Hilton Surabaya memberikan perhatian khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Pameran seni “Little Dreamer” diselenggarakan oleh Zumenart bekerja sama dengan House of Hope, Zoleka Indonesia, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, Paulina Chan Music Course, Red Nose Indonesia, Badut Surabaya Kumis, UD Sahabat Jaya, Laa Ballons, Gendhis Seserahan, Kulagoods Coffee dan Hotel DoubleTree by Hilton Surabaya.
"Zumenart ingin menjembatani karena juga akan ada talkshow menarik mendatangkan dua bintang tamu," tandasnya.
Dalam opening ceremony Little Dreamer, Zumenart mengundang penulis mili book yang menyalurkan emosi kesedihan akibat kehilangan buah hati dengan menulis buku cerita untuk berbagi dan menguatkan anak-anak korban bullying. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |