Kesehatan

Awas Glaukoma, Kenali Tanda-Tanda Peringatan Ini

Selasa, 18 Maret 2025 - 03:21 | 14.40k
Contoh mata yang terkena penyakit glaukoma. (Foto : Istimewa)
Contoh mata yang terkena penyakit glaukoma. (Foto : Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PANGANDARANGlaukoma merupakan kondisi neuropati optik progresif yang disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik dan berdampak pada penurunan fungsi penglihatan, bahkan kebutaan.

Kondisi ini dapat dialami oleh usia berapapun, namun seiring peningkatan faktor risiko, kondisi ini banyak dialami oleh kalangan usia 40 tahun ke atas. Hal ini menjadikan glaukoma sebagai penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak.

Advertisement

Nyaris tanpa gejala, glaukoma berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal dibanding katarak karena glaukoma tidak dapat direhabilitasi, namun bisa dicegah dan dampak fatalnya yaitu berupa kebutaan permanen.

 Di negara berkembang, 90 persen kasus glaukoma tidak terdeteksi. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa sekitar 1 miliar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap kesehatan mata karena distribusi yang tidak merata.

Dokter spesialis mata Rumah Sakit Umum Daerah Pandega (RSUD Pandega) Kabupaten Pangandaran dr. Mega Prayoga, Sp.M menjelaskan, glaukoma merupakan penyakit mata yang sering kali berkembang tanpa gejala di tahap awal, sehingga banyak penderita baru menyadari ketika sudah mengalami gangguan penglihatan yang permanen.

“Menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023, dari 39 juta kasus kebutaan di dunia, sebanyak 3,2 juta disebabkan oleh glaukoma dan prevalensi glaukoma mencapai 0,46 persen, atau sekitar 4 hingga 5 orang per 1.000 penduduk,” jelasnya.

Sebanyak 80 persen kasus glaukoma tidak memiliki gejala, kebanyakan pasien terdiagnosa secara tidak sengaja saat tes kesehatan atau di saat skrining. Namun jika muncul gejala sakit kepala hebat, pandangan tiba-tiba kabur, mual, muntah, dan kesakitan hebat, masyarakat perlu waspada.

"Pasien yang menderita glaukoma akut, memiliki waktu 2x24 jam untuk segera menurunkan tekanan bola mata, jika terlambat, kelainannya akan menjadi permanen,” tambahnya.

Beberapa kondisi lain yang dapat meningkatkan resiko seseorang terkena glaukoma selain faktor keturunan adalah sebagai berikut:

1. Usia di atas 40 tahun 

2. Tekanan bola mata tinggi (hipertensi okular) 3. Penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi 

4. Miopi (rabun jauh) atau hipermetropi (rabun dekat) tinggi 

5. Cedera pada mata atau penggunaan obat kortikosteroid dalam jangka panjang.

“Karena glaukoma sering berkembang tanpa gejala di tahap awal, deteksi dini menjadi sangat penting. Periksakan mata secara rutin, terutama bagi individu dengan faktor risiko, hal tersebut akan menjadi langkah utama dalam mencegah dampak glaukoma yang lebih serius,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES