Menguak Jejak Sejarah Kerajaan Islam di Museum Plered Bantul

TIMESINDONESIA, BANTUL – Mengunjungi Museum Plered Bantul bagaikan menyusun potongan puzzle yang menyimpan jejak kejayaan Kerajaan Islam di Tanah Jawa. Museum ini menghadirkan serpihan sejarah dari kehancuran Keraton Plered, pusat kekuasaan Kerajaan Mataram Islam yang didirikan di masa pemerintahan Susuhunan Amangkurat Agung atau Amangkurat I.
Minimnya peninggalan Kerajaan Islam ini mencerminkan kebencian mendalam Pasukan Trunojoyo, yang dibantu oleh Pasukan Karaeng Galengsong, terhadap Amangkurat I. Bukti sejarah yang tersisa di antaranya puing-puing benteng dan umpak (landasan tiang penyangga) bermotif besar, yang menjadi simbol megahnya arsitektur masa itu.
Advertisement
Pada tahun 2023, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menemukan puing-puing benteng yang terpendam di dalam tanah. Selain itu, ditemukan pula Plempeng, sebuah pipa tanah liat yang menjadi bagian dari jaringan distribusi air di masa lalu. Temuan-temuan ini kini dapat disaksikan langsung di Museum Plered, yang terletak di Dusun Kedaton, Desa Plered, Kecamatan Plered, Kabupaten Bantul, DIY.
"Tidak banyak yang tersisa dari Keraton Plered. Pasukan Trunojoyo tidak hanya menghancurkannya tetapi juga menimbunnya dengan tanah. Bahkan setelah perang, banyak batu bata bekas keraton yang dihancurkan atau digunakan kembali," ujar Tria, edukator di Museum Plered, kepada para wisatawan.
Saat TIMES Indonesia berkunjung pada akhir tahun 2024, suasana Museum Plered terlihat lengang. Hanya ada sekelompok mahasiswa yang tengah menyusuri peninggalan sejarah, ditemani Tria yang dengan sabar menjelaskan setiap koleksi di museum. Namun, kunjungan kali itu agak kurang beruntung karena listrik sedang padam.
Padahal, Museum Plered Bantul terkenal dengan penataan visual yang menarik. Setiap sudut museum dihiasi dengan pencahayaan dan teknologi digital yang memukau. Salah satu contohnya adalah tampilan Keris dapur sabuk inten pamor wus wutah, yang divisualisasikan dengan efek asap digital dan warangka, meskipun aslinya hanya berupa keris tanpa warangka.
Museum ini juga memiliki ruang pamer audio-visual yang menggambarkan kekayaan seni dan budaya masa lalu. Pengunjung bisa mendengarkan sastra gending, tembang macapat yang menceritakan perjalanan hidup manusia.
Museum Plered buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga pukul 14.00 atau 15.00 WIB. Menariknya, tidak ada tiket masuk yang dikenakan, cukup dengan mencatat identitas di kantor Satpam.
Beragam peninggalan sejarah lainnya juga tersimpan di museum ini, seperti Arca Agastya, Dewan Jambahala, hingga temuan Jobong. Salah satu daya tarik utama adalah sisa benteng yang masih tertanam di dalam tanah, lengkap dengan jaringan pipa air bersih yang dahulu mengalir ke berbagai sudut, termasuk Kedaton Plered dan Masjid Agung.
Bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih dalam sejarah Kerajaan Mataram Islam, Museum Plered Bantul adalah destinasi yang wajib dikunjungi.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |