Peristiwa Internasional

Bayi Kembar Palestina Berusia 4 Bulan Meninggal Dirudal Jet Israel

Minggu, 03 Maret 2024 - 22:12 | 48.26k
Rania Abu Anza (tengah) ibu si kembar Wissam Abu Anza dan Naeem Abu Anza yang tak kuasa menahan kesedihannya setelah bayi kembarnya dibunuh tentara Israel semalam. (FOTO: AFP)
Rania Abu Anza (tengah) ibu si kembar Wissam Abu Anza dan Naeem Abu Anza yang tak kuasa menahan kesedihannya setelah bayi kembarnya dibunuh tentara Israel semalam. (FOTO: AFP)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Satu lagi cerita pilu terjadi setelah semalam rudal-rudal tentara Israel telah membunuh 14 orang di dalam sebuah rumah di Rafah, termasuk bayi kembar Palestina, Wissam Abu Anza dan Naeem Abu Anza yang masih berumur 4 bulan.

Hati Rania Abu Anza, ibu si kembar menangis menyayat hati, tidak menerima atas kematian bayi kembarnya. “Hatiku hilang,” tangis Rania Abu Anza, yang suaminya juga terbunuh, saat para pelayat menghiburnya. 

Advertisement

Rania Abu Anza juga sempat menolak menyerahkan jenazah satu bayi yang digendongnya untuk dimakamkan di pemakaman di Rafah. "Tinggalkan dia bersamaku," katanya dengan nada pilu.

Waktu itu Rania Abu Anza menggendong salah satu dari si kembar, tubuh mungilnya terbungkus kain kafan putih, pipinya terlihat mungil dan membungkus kepalanya saat pemakaman pada hari Minggu. 

Sedang seorang pelayat menggendong bayi kedua di punggungnya yang mengenakan piyama biru pucat yang terlihat dari balik kain kafan.

Bayi kembar Wissam dan Naeem Abu Anza dimakamkan pada hari Minggu, anak bungsu dari 14 anggota keluarga yang sama yang menurut otoritas kesehatan Gaza, meninggal dunia karena serangan udara Israel di Rafah semalam.

Palestina-2.jpgReaksi seorang pelayat saat pemakaman si kembar Palestina Wisssam dan Naeem Abu Anza, yang lahir selama konflik antara Israel dan Hamas dan kebakaran dalam serangan udara Israel, di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 3 Maret 2024. (FOTO: Reuters)

Bayi Wissam Abu Anza dan Naeem Abu Anza adalah bayi kembar laki-laki dan perempuan. Ada lima anak-anak termasuk si kembar yang meninggal dunia oleh kekejian tentara Israel itu.

"Kami tertidur, kami tidak menembak dan kami tidak berkelahi. Apa salah mereka? Apa salah mereka, apa salahnya? Bagaimana aku bisa terus hidup sekarang,” kata Rania yang suaminya juga meninggal dalam serangan udara Israel itu.

Rania mengatakan, dia melahirkan mereka, anak pertamanya setelah 11 tahun menikah.

Kerabatnya mengatakan, si kembar lahir sekitar empat bulan lalu, sekitar satu bulan setelah perang dimulai pada 7 Oktober, setelah Hamas mencapai Israel dan menurunkan 1.200 orang serta menyandera 253 orang, menurut rekomendasi Israel.

Anggota keluarga Abu Anza yang meninggal dunia dalam serangan itu dibariskan dalam kantong mayat berwarna hitam. Seorang pria menangisi pemakaman salah satu korban, seorang anak yang mengenakan piyama. 

"Tuhan kasihanilah dia, Tuhan kasihanilah dia," kata pria lain menghiburnya.

Abu Anza mengatakan, dia mengharapkan gencatan senjata di Palestina sebelum Ramadan, bulan puasa umat Islam yang dimulai sekitar 10 Maret. “Kami sedang mempersiapkan Ramadan, bagaimana saya harus menjalani hidup saya? Bagaimana?” kata dia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES