Gaya Hidup TIMES Ramadan

Cara Patrol Ramadan di Indonesia: Bangun Sahur Lebih Efektif

Rabu, 13 Maret 2024 - 13:22 | 44.64k
Seorang Pria memukul Kentongan. (FOTO: adipurnatama/Freepik)
Seorang Pria memukul Kentongan. (FOTO: adipurnatama/Freepik)
FOKUS

TIMES Ramadan

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan tradisi yang beragam. Salah satu aspek yang mencerminkan kekayaan budaya tersebut adalah praktik patrol sahur selama bulan Ramadan yang tersebar di berbagai daerah. (*)

Patrol merupakan kependekan kata dari patroli yang dimakanai sebagai aksi keliling mengamankan lingkungan sekitar. Patrol biasanya dilakukan dengan berjalan kaki atau menggunakan alat transportasi seperti sepeda, sepeda motor, atau bahkan mobil.

Advertisement

Namun, saat bulan puasa, tradisi patrol berubah menjadi kegiatan wajib untuk membangunkan orang sahur. Nah berikut ini beberapa tradisi patrol yang dilakukan penduduk Indonesia saat Ramadan. 

1. Kentongan

Kentongan menjadi salah satu alat komunikasi tradisional yang masih digunakan dalam patroli di beberapa daerah di Indonesia. Kentongan terbuat dari bilah bambu yang dilubangi dan diberi pegangan di atasnya.

Bunyi kentongan digunakan untuk memberi sinyal kepada warga sekitar terkait keberadaan atau peristiwa penting yang terjadi di lingkungan mereka. Untuk patrol sekelompok pemuda akan membawa kentongan dan membunyikannya dengan berirama atau menirukan irama lagu yang sedang trend.

2. Menggunakan Alat Masak 

Patrol seringkali dilakukan dengan membawa alat-alat sederhana seperti alat masak, ember, dan galon. Para penduduk atau mereka yang berpatrol akan memukul alat masak tersebut hingga menyerupai bunyi alat musik. Ember dan galon menyerupai bunyi drumb, bahkan ada yang rela memakai tutup panci besi agar menyerupai bunyi cymbal.

3. Menggunakan Speaker Aktif Berkeliling dengan Mobil

Di tengah perkembangan teknologi, beberapa patrol mengadaptasi penggunaan speaker aktif yang dipasang pada mobil. Musik khas ramadhan atau dangdut koplo dipasang dengan suara keras hingga saat mobil lewat daerah tersebut seluruh warga akan terbangun. Sedikit menjengkelkan karena akan kadang kita terkaget-kaget saat bangun, namun cara tersebut sangat efisien untuk membangunkan warga.

4. Bersama Berjalan Kaki Mengelilingi Desa

Di beberapa daerah, seperti daerah Muharto, Malang, Jawa Timur ada tradisi unik patrol Ramadan. Para penduduk akan berkumpul atau menunggu di depan rumah mereka untuk ikut berjalan kaki lebih dari 10 kilometer berkeliling jalanan dan desa-desa sekitar untuk membangunkan sahur.

Patrol ini bisa diikiuti ratusan hingga ribuan penduduk dari penjuru desa. Saat berkelilingtak jarang mereka berpapasan dengan kelompok dari desa lain. Tak hanya kalangan dewasa, anak-anak pun tampak juga berpartisipasi meramiakan patrol tersebut. Acara ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga.

5. Menggunakan Toa/Speaker Masjid

Sebagai pusat aktivitas sosial dan keagamaan, beberapa masjid turut berperan dalam pelaksanaan patrol di lingkungan sekitarnya. Penduduk akan menggunakan toa dan mengucapakan ajakan sahur dengan nada-nada khas mereka. Tak jarang gaya lucu mereka viral di media sosial dan mencuri perhatian warga se-Indonesia. 

Dengan ragam budaya patrol sahur Ramadan yang dimiliki Indonesia, dapat kita lihat bahwa praktik ini tidak hanya berkembang sebagai aksi merayakan Ramadan, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian tradisi dan solidaritas komunal di tengah masyarakat. Keberagaman cara pelaksanaan patrol ini menjadi cerminan dari kekayaan budaya bangsa Indonesia yang patut dilestarikan dan dihargai. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khodijah Siti
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES