Peristiwa Internasional

Cegah MERS-Cov, Inilah Tips Penting Bagi Jemaah Haji Indonesia

Jumat, 17 Mei 2024 - 15:31 | 24.97k
Jemaah haji asal Indonesia berada di sekitar masjid Nabawi .(Foto: MCH Kemenag RI)
Jemaah haji asal Indonesia berada di sekitar masjid Nabawi .(Foto: MCH Kemenag RI)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menilik potensi penularan MERS-CoV, Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M, menyampaikan agar para jemaah haji Indonesia senantiasa melakukan pencegahan.

Pertama, selalu memakai masker ketika berada di tempat-tempat keramaian. Kedua, selalu menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terutama cuci tangan pakai sabun atau memakai penyanitasi tangan (hand sanitizer). Ketiga, hindari kontak dengan unta.

Advertisement

“Jangan sering jalan-jalan di sana, ke pasar cari oleh-oleh, apalagi kalau jalan-jalannya ke peternakan unta. Fokuslah dengan ibadahnya, ke Masjid Nabawi atau ke Masjidil Haram untuk ibadah,” pesan Farchanny.

“Kemudian hindari mengonsumsi produk-produk unta secara mentah. Susu unta banyak di sana. Boleh minum susu, tapi harus sudah dimasak. Makan daging unta, sate unta ya boleh, tapi sudah dimasak dengan matang.”

Jika terlanjur berkontak dengan unta, misalnya berfoto naik unta dan bersentuhan langsung dengan badan unta, segera bersihkan tangan dengan penyanitasi tangan atau cuci tangan pakai sabun.

“Selain itu, tetap jaga kondisi fisik, karena ibadah haji, ibadah fisik di sana. Jangan lupa istirahat yang cukup, jangan diforsir untuk jalan-jalan. MERS-CoV itu virus, kalau daya tahan tubuh kita bagus, potensi penularannya akan kecil,” ucap Farchanny.

Pencegahan MERS-Cov Pasca Ibadah Haji

Pemantauan MERS-CoV turut dilakukan setibanya jemaah haji Indonesia kembali ke tanah air. Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M, menyampaikan bahwa skrining kesehatan, termasuk deteksi suhu tubuh, akan diawasi oleh petugas karantina kesehatan.

“Saat kepulangan jemaah haji sudah ada Standar Operasional Prosedur (SOP)-nya, sudah ada protapnya (prosedur tetap). Saat dia menginjakkan kaki di Tanah Air, kembali ke Indonesia, dia pertama kali akan diterima atau diawasi oleh petugas karantina kesehatan,” ungkap Farchanny.

“Jemaah haji akan melalui thermal scanner di semua bandara debarkasi haji. Kalau ada yang terindikasi demam, terdeteksi demam, atau ada jemaah begitu turun dari pesawat, kemudian dia batuk, itu pasti akan diperiksa lebih lanjut oleh petugas karantina kesehatan.”

Jika petugas karantina kesehatan menemukan jemaah haji yang menunjukkan gejala yang mengarah ke MERS-CoV, maka jemaah tersebut akan langsung diisolasi dan dirujuk ke rumah sakit rujukan.

Jemaah haji yang sehat dan telah melalui skrining karantina kesehatan juga terus dipantau kesehatannya. Koordinasi pemantauan ini dilakukan oleh petugas karantina kesehatan dengan dinas kesehatan di daerah asal jemaah haji.

“Pemantauan lebih lanjut selama dua kali masa inkubasi, sekitar 14 hari. Ini dilakukan oleh dinas kesehatan, oleh puskesmas, di daerah asal jemaah. Kalau dia menunjukkan gejala sakit, bisa ke puskesmas, ke klinik atau ke fasyankes lainnya. Kami sampaikan pesan juga bahwa dia baru pulang haji,” tutup Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Farchanny.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES