Lima Wisata Religi di Pacitan yang Cocok Diziarahi saat Ramadan

TIMESINDONESIA, PACITAN – Pacitan, yang dikenal dengan julukan Kota Seribu Goa, juga memiliki sejumlah destinasi wisata religi di Pacitan yang menjadi tujuan utama para peziarah, terutama saat Ramadan.
Berbagai makam ulama dan tokoh penyebar Islam di Pacitan selalu ramai dikunjungi, baik oleh santri, alumni pesantren, maupun masyarakat umum yang ingin mencari keberkahan.
Advertisement
Berikut lima tempat ziarah yang paling banyak dikunjungi selama bulan suci Ramadan.
1. Makam Sarean Gede Semanten
Makam ini merupakan peristirahatan terakhir KH Abdul Manan Dipomenggolo, pendiri Perguruan Islam Pondok Tremas. Terletak di perbukitan Desa Semanten, sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Pacitan, makam ini selalu menjadi tujuan utama peziarah, terutama dari kalangan santri dan alumni Pondok Tremas.
Hari Kamis dan Jumat menjadi waktu paling ramai, di mana peziarah datang untuk berdoa dan mengenang jasa besar KH Abdul Manan Dipomenggolo dalam dakwah Islam di Pacitan.
2. Makam Gunung Lembu
Makam Gunung Lembu Tremas Pacitan. (Foto: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Berada di Dusun Pojok, Desa Tremas, Kecamatan Arjosari, Makam Gunung Lembu menjadi tempat peristirahatan sejumlah ulama besar, di antaranya KH Dimyathi bin Abdullah, KH Abdurrozaq, KH Habib Dimyathi, KH Harits Dimyathi, dan beberapa tokoh lainnya.
Makam ini terletak di kawasan perbukitan yang dikenal sebagai Gunung Lembu. Tempat ini tidak pernah sepi dari peziarah, baik pagi maupun sore hari, terutama dari kalangan santri yang ingin mengirimkan doa kepada para ulama. Fasilitas di lokasi ini cukup lengkap, seperti tempat parkir, MCK, serta area istirahat bagi para peziarah.
3. Makam Kanjeng Jimat
Terletak di Dusun Kebonredi, Desa Tanjungsari, Kecamatan Pacitan, Makam Kanjeng Jimat berada di puncak Giri Sampurno. Tempat ini menjadi salah satu situs bersejarah yang menarik banyak peziarah, tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari mancanegara.
Menjelang Ramadan dan Idulfitri, makam ini menjadi tujuan utama bagi masyarakat yang ingin berziarah. Warga setempat biasanya datang setiap malam Jumat untuk berdoa dan mendoakan Kanjeng Jimat.
Selain memiliki suasana yang sejuk dan tenang, makam ini juga berada di kawasan perbukitan dengan kadar oksigen yang tinggi, sehingga menambah kenyamanan peziarah dalam beribadah.
Kanjeng Jimat merupakan Bupati Pacitan ketiga yang menggantikan Setroketipo. Gelar Jogokaryo melekat padanya selama menjabat sebagai bupati. Selain sebagai pemimpin pemerintahan, ia juga dikenal sebagai penyebar agama Islam, berasal dari Arjowinangun, daerah yang kini menjadi lokasi Pondok Pesantren Nahdlatus Suban.
4. Makam Mbah Yahuda
Makam Syekh Yahuda Pacitan. (Foto: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Syekh Abdurrahman, yang lebih dikenal sebagai Eyang Yahuda, merupakan salah satu tokoh penyebar Islam di wilayah Wengker Selatan, Pacitan. Makamnya terletak di Dusun Margodadi, Desa Nogosari, Kecamatan Ngadirojo.
Eyang Yahuda memiliki pertalian nasab dengan Kyai Ageng Muhammad Besari dari Tegalsari, Ponorogo, dan diyakini lahir sekitar tahun 1714 atau 1715. Jejak perjuangannya dalam menyebarkan Islam sangat kuat, termasuk mendirikan Masjid Tegalsari Ponorogo dan Pesantren Gebang Tinatar pada tahun 1742.
Dari ciri makamnya, diperkirakan Eyang Yahuda turut serta dalam Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro (1825-1830). Ia juga hidup sezaman dengan Kanjeng Kyai Kasan Besari (1799-1862), cucu Kyai Ageng Muhammad Besari.
5. Makam KH Umar Tumbu
KH Umar Tumbu, atau Umar Sahid, dikenal sebagai ulama kharismatik yang berdakwah hingga usia lebih dari satu abad. Makamnya terletak di Desa Jajar, Kecamatan Donorojo, dan menjadi salah satu tujuan utama wisata religi di Pacitan.
KH Umar Tumbu wafat pada 4 Januari 2017 dalam usia 114 tahun. Semasa muda, ia menimba ilmu di Pondok Tremas Arjosari Pacitan di bawah asuhan KH Dimyathi Abdullah.
Makamnya yang berada di belakang asrama Pondok Pesantren Nurrohman kini selalu ramai diziarahi, terutama saat Ramadan. Santri, alumni, hingga masyarakat umum datang untuk berdoa dan mengenang kiprah dakwahnya yang begitu besar bagi umat Islam di Pacitan.
Kelima destinasi ziarah di atas menjadi bagian dari kekayaan spiritual Pacitan yang selalu menarik perhatian peziarah, terutama di bulan Ramadan.
Selain berdoa dan mengenang jasa para ulama, ziarah juga menjadi salah satu bentuk refleksi diri dan memperkuat ketakwaan kepada Allah SWT.
Bagi masyarakat yang ingin merasakan ketenangan spiritual, wisata religi di Pacitan ini bisa menjadi pilihan tepat selama bulan suci Ramadan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |