Energi Panas Bumi Disebut Bisa Jadi Solusi Ramah Lingkungan untuk Pusat Data AI

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Energi panas bumi (geotermal) berpotensi menjadi solusi utama dalam memenuhi kebutuhan daya pusat data di tengah pertumbuhan pesat kecerdasan buatan (AI). Laporan terbaru dari Rhodium Group, sebuah lembaga penelitian independen asal Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa teknologi geotermal tingkat lanjut dapat memasok hampir dua pertiga dari total kebutuhan energi pusat data baru pada 2030.
Dengan kapasitas yang bisa meningkat dari 4 gigawatt menjadi 16 gigawatt, penggunaan tenaga geotermal dinilai mampu menekan biaya operasional pusat data tanpa harus mengandalkan pembangkit listrik konvensional.
Advertisement
"Energi geotermal tingkat lanjut memiliki potensi besar untuk menyediakan daya yang andal dan berkelanjutan bagi infrastruktur digital di masa depan," tulis laporan tersebut, seperti dikutip oleh TechCrunch, Selasa (11/3).
Mampu Memenuhi 100 Persen Kebutuhan Energi Pusat Data
Laporan ini secara khusus menyoroti potensi geotermal di AS bagian barat, di mana sumber daya panas bumi lebih melimpah. Jika dikelola dengan baik, wilayah ini bahkan dapat memenuhi 100 persen kebutuhan energi untuk pusat data baru tanpa harus membangun pembangkit listrik tambahan.
Sebagai contoh, Phoenix, Arizona, diproyeksikan mampu menambah kapasitas pusat data hingga 3,8 gigawatt, hanya dengan memanfaatkan tenaga geotermal yang ada, tanpa perlu membangun pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil.
Hal ini menjadi penting mengingat tren ekspansi pusat data yang terus meningkat, terutama dengan semakin besarnya permintaan daya akibat perkembangan AI, cloud computing, dan big data.
Keunggulan Geotermal Dibanding Energi Konvensional
Berbeda dengan sumber energi terbarukan lainnya, seperti tenaga surya dan angin yang bergantung pada kondisi cuaca, panas bumi dapat menghasilkan listrik secara stabil dan berkelanjutan sepanjang waktu.
Secara historis, pemanfaatan energi geotermal terbatas pada wilayah yang berada dekat dengan sumber panas alami. Namun, dengan teknologi panas bumi tingkat lanjut (Enhanced Geothermal Systems/EGS), proses pengeboran dapat menjangkau batuan yang lebih dalam dan lebih panas, sehingga mampu menghasilkan daya yang jauh lebih besar.
"Dengan pendekatan ini, pengelola dapat mengakses lebih banyak energi dan mengoptimalkan jumlah sumur panas bumi di satu lokasi," jelas laporan tersebut.
Bahkan, menurut estimasi Departemen Energi AS, potensi daya bersih yang dapat dihasilkan melalui teknik panas bumi tingkat lanjut ini bisa mencapai 90 gigawatt, jauh lebih besar dari kapasitas saat ini.
Lebih Murah dan Ramah Lingkungan
Selain kapasitas yang besar, geotermal juga lebih ekonomis. Laporan Rhodium Group menegaskan bahwa biaya operasional tenaga panas bumi sangat rendah, sehingga membuatnya kompetitif dibandingkan dengan sumber energi yang saat ini digunakan oleh pusat data.
Dengan biaya yang semakin efisien dan tingkat ketersediaan energi yang tinggi, geotermal berpotensi menjadi alternatif ramah lingkungan bagi industri pusat data yang selama ini dikenal sebagai salah satu sektor dengan konsumsi energi tertinggi di dunia.
Di tengah upaya global untuk menekan emisi karbon dan beralih ke energi bersih, geotermal menawarkan solusi yang tidak hanya stabil dan terjangkau, tetapi juga lebih berkelanjutan bagi masa depan infrastruktur digital.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |