Pendidikan

Riset: MTO Jaga Kemurnian dan Keunggulan Sapi Lokal Madura

Rabu, 27 September 2023 - 12:16 | 81.22k
Prof. Dr. Ir. Kuswati, M.S, Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Prof. Dr. Ir. Kuswati, M.S, Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGSapi Madura, adalah salah satu sapi lokal yang mempunyai kualitas sangat tinggi. Di samping ketahanan tubuhnya yang kuat, sapi ini juga memiliki bentuk tubuh yang sangat indah. Prof. Dr. Ir. Kuswati, M.S, Guru Besar Fakultas Peternakan (FAPET) Universitas Brawijaya (UB) yang dikukuhkan pada Minggu (24/9/2023) lalu mengibaratkan, sapi Sonok adalah peragawatinya sapi.

"Sapi Sonok ini pragawatinya sapi. Karena bentuk tubuhnya yang sangat indah," ucapnya.

Advertisement

Namun sayangnya, saat ini beberapa penelitian menyebutkan, disinyalir terjadi inbreeding atau perkawinan sekerabat di kalangan Sapi Madura, diakibatkan karena tidak ada pemasukan ternak dari luar. Hal ini berdampak pada penurunan performa sapi Madura.

"Sapi Madura yang biasanya tahan panas, bila disilangkan dengan jenis lain, maka mereka bisa tidak tahan lagi. Dan keunggulan-keunggulan lainya bisa saja menghilang," ucapnya.

Mengatasi hal itu, Prof Kuswati menawarkan solusi agar kemurnian dan kualitas sapi madura ini bisa tetap terjaga. Hal tersebut senada dengan penelitiannya yang berjudul Pendekatan Model Three in One (MTO) untuk Pengingkatan Produktivitas Sapi Madura.

Dia menerangkan, pemeliharaan sapi di Madura dibedakan menjadi dua jenis, yakni untuk produksi daging dan pembiakan, serta sapi Sonok dan Kerapan untuk pariwisata dan budaya. Sebagai sapi kontes yang mengedepankan keindahan bentuk tubuh, harga jual tinggi dan keturunan akan menjadi buruan untuk dijadikan sapi Sonok berikutnya.

Peningkatan mutu genetik dapat dilakukan dengan teknologi Inseminasi Buatan (IB), namun tingkat keberhasilan masih rendah.

"Langkah strategis diperlukan untuk meningkatkan produktivitas melalui integrasi teknologi dengan Model Three in One (MTO). Model ini merupakan modifikasi dan penerapan dari konsep klasik 3 pilar peternakan yaitu breeding, feeding, dan management," terangnya.

Model dirancang dengan pendekatan 3 pilar, yaitu integrasi aspek morfometrik, molekular, dan reproduksi serta pemetaan potensi pakan dengan menggunakan citra satelit. MTO menjadi langkah strategis dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas sapi Madura dalam mengawali terbentuknya klaster sumber bibit dan bakalan dipotong.

"Inovasi MTO disinyalir dapat meningkatkan produktivitas sapi Madura secara morfologi untuk meningkatkan performa sapi layak bibit. Secara molekular dapat dipilih sapi-sapi yang berpotensi pertumbuhan lebih baik, peningkatan tingkat kebuntingan ternak yang didukung dengan akses pakan sesuai potensi wilayah," terang Prof Kuswati.

Dia mengatakan, menindak lanjuti hal itu, di Sumenep Madura, yang populasi sepinya terbesar di Indonesia, dia akan membuat sebuah village breeding center.

"Yang akan saya mulai dengan meilhat morfometriknya, performanya dulu. Kalau selama ini di peternakan rakyat untuk menentukan seekor sapi unggul itu hanya dilihat dari ukuran tubuh. Dengan MTO ini, selain ukuran tubuh saya masuk ke molukulernya. Jadi sapi-sapi yang unggul tadi secara morfometrik saya ambil untuk melihat gen pertumbuhan," ucapnya.

Sehingga nanti pihaknya bisa menemenukan dan mendeteksi bibit unggul sapi mulai dari sapi tersebut dilahirkan.

"Kalau secara konvensional pemilihan bibit unggul ini dilihat dari bobot )ahir, bobot sape, dan lainya. Saya tidak, Sapi mulai lahir sudah bisa di deteksi, oh ini mempunyai pertumbuhan yang baik, bisa kita kembangkan, tapi kalau tidak baik, kita gunakan sebagai sapi potong," terangnya.

Menurutnya banyak wilayah di Indonesia yang mempunyai potensi sapi lokal unggul. Namun mereka tidak bisa berdiri sendiri agar keunggulan tersebut bisa terus terjaga.

"Hanya beberapa desa tertentu yang bisa kita bina. Jadi tidak bisa mereka berdiri sendiri jadi harus kita dampingi," ujarnya.

Prof Kuswati mengatakan, MTO ini sebenarnya bisa dikembangkan di daerah lain yang memiliki sapi lokal unggul, seperti Madura.

"Jadi sebetulnya bisa juga dikembangkan di lain daerah. Tapi kita harus tetap menjaga peternakan kita yang hampir pure blood, arah saya ke sana. karena kalau tidak, sapi-sapi kita disilangkan dengan sapi-sapi luar itu akan berdampak pada reproduksinya," pungkas Prof Kuswati, Guru Besar Fakultas Peternakan UB. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES