Deklarasi Pagar NKRI: Moura Sandrina Baca Puisi: Hebatnya Pejuang Kita, Hebatnya Pemilu Kita

TIMESINDONESIA, MALANG – style="text-align:start">Politik identitas dan SARA merupakan tantangan besar bagi demokrasi Indonesia di Pemilu 2024, untuk itu, dubutuhkan kerja bersama semua pihak, termasuk kalangan melenial.
Hal ini yang coba disuarakan oleh Maura Eka Sandrina (18) melalui puisi yang dibacakan saat deklarasi Pagar NKRI di Malang, Sabtu (19/5/2023).
Advertisement
Puisi yang berjudul Hebatnya Pejuang Kita, Hebatnya Pemilu Kita berisi harapan terciptanya pemilu yang adil, jujur sekaligus menjadi momen pemersatu bangsa.
Maura mengawali puisinya dengan menceritakan perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan dan mempertahankannya.
Perjuangan mereka solid dan berhasil karena dilandasi semangat yang sama, mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Tekad dan semangat itu mengesampingan perbedaan yang ada, seperti agama, budaya dan suku.
"Mereka tinggalkan keluarga lahirkan sejarah dan budaya. Menghimpun keberagaman dalam satu bangsa, Bhinneka Tunggal Ika," bunyi penggalan puisi yang dibaca Maura.
Remaja yang baru lulus dari bangku SMAN 1 Lawang, Kabupaten Malang ini mengatakan, di era maraknya hoaks dan politik identitas yang berpotensi memecah persatuan bangsa, pemuda harus bisa bersikap.
Menurutnya, pemuda harus meniru sikap pejuang kemerdekaan, yakni menyingkirkan semua perbedaan demi kejayaan Indonesia.
"Pemuda harus memahami keberagaman. Jangan biarkan keberagaman memecah belah bangsa. Jadikanlah itu sebagai kekuatan yang mempersatukan," ucap dara yang akan menempuh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.
Maura juga mengingatkan agar anak muda senantiasa menghargai para pejuang. Karena Indonesia saat ini wujud perjuangan berdarah-darah pejuang.
Terkait pemilu, Maura mengajak golongan muda untuk menyiapkan diri dengan bekal pengetahuan yang cukup. Pemiu 2024 harus disambut dengan kritis agar Indonesia tidak salah memilih pemimpin.
"Glongan muda harus turut serta memilih pemimpin Indonesia. Pilih dengan teliti dan bijaksana dengan memilih presiden yang pro masa depan bangsa agar Indonesia kita lebih maju dan sejahtera," ucapnya.
Putri dari pasangan Takdir Eko September dan Kristin Puji Rahayu ini menekankan, anak muda harus memandang pemilu sebagai ajang kreasi aspirasi. Pemilu harus bisa menjadi perekat bangsa, bukan menghancurkan karena ada perbedaan pilihan.
"Demi Indonesia yang semakin maju dan sejahtera, anak musa harus berjuang dengan semangat yang sama," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pagar NKRI Edy Hayatullah SP MM, mengatakan, politik indentitas dan hoaks semakin marak digunakan dalam pesta demokrasi. Hal ini memunculkan intoleransi dan potensi perpecahan.
Edi melihat hal ini harus dilawan dengan narasi-narasi cerdas terkait kebhinnekaan. Untuk itu dibutuhkan kerja keras semua pihak.
"Pagar NKRI, sebuah organisasi yang memiliki tujuan dan misi yang sangat mulia. Yaitu memperkuat persatuan dan gotong royong dalam rangka mempertahankan keutuhan NKRI. Untuk itu kita perlu semua pihak melindungi dan mempertahankan Pancasila serta NKRI,” paparnya.
Untuk itu, Pagar NKRI akan dijadikan sebagai wadah perkumpulan yang fokus utamanya memperkuat persatuan dan gotong royong.
“Dalam logo dan semboyannya, Pagar NKRI terinspirasi Pergerakan Boedi Utomo sebagai tonggak awal pergerakan untuk merebut kemerdekaanya dan terus mempertahankan. Pagar melambangkan pertahanan, warna hijau melambangkan keseimbangan dan harmoni, peta Indonesia melambangkan kesatuan dan keutuhan wilayah, merah putih melambangkan semangat kebangsaan, dan Pancasila melambangkan ideologi negara,” jelasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |