Peristiwa Daerah

Melihat Kopi Liberika di Banyuwangi, Emas Hitam Penyumbang Oksigen Terbesar 

Selasa, 27 September 2022 - 14:10 | 110.30k
Ilustrasi kopi. (Foto: Dokumentasi TIMES Indonesia)
Ilustrasi kopi. (Foto: Dokumentasi TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dalam sektor perkebunan Indonesia. Kopi Liberika, si emas hitam penyumbang oksigen terbesar dari keseluruhan jenisnya. Di Banyuwangi, Jatim, kopi ini ada di wilayah Songgon dan Kalipurom

Varian ini memiliki banyak keunggulan. Selain rasa yang unik, Liberika mempunyai manfaat dalam pengurangan dampak perubahan iklim di dunia.

Advertisement

Sebagai salah satu negara produsen kopi di dunia, Indonesia terkenal akan jenis kopi Robusta dan Arabika. Kopi Robusta mendominasi pasar kopi lokal sekitar 70 persen hingga banyak dipakai oleh industri-industri kopi instan.

Sementara kopi Arabika, dianggap sebagai kopi mewah dan lebih banyak dihidangkan di cafe atau restoran.

Bagaimana dengan Kopi Liberika ini? Memang sedikit asing di telinga karena Liberika sendiri merupakan hasil komoditas yang termasuk jarang, dan bisa dibilang langka.

Kopi Liberika atau yang sering disebut Excelsa adalah tanaman kopi endemik dari Afrika, tepatnya berasal dari Liberia. Awalnya, tanaman kopi ini digolongkan dalam kelompok kopi Robusta dengan nama ilmiah Coffea canefora var.Liberica. Tetapi pengelompokan paling baru dari para ilmuwan menyatakannya sebagai spesies sendiri dengan nama Coffea liberica

Selain memiliki citarasa yang unik, Liberika memberi dampak positif terhadap lingkungan. Hal itu ditengarai oleh anatomi dari pohonnya yang berbeda dari yang lain.

Ya, pohon dan biji Liberika memiliki ukuran paling besar dibanding jenis lainnya. Bayangkan saja pohonnya bisa tumbuh hingga mencapai ketinggian 9 meter, seukuran dengan pohon nangka.

Sehingga dari sisi lingkungan, pohon ini dapat memproduksi oksigen dan menyerap karbon dioksida dengan intensitas paling tinggi.

"Peran dan potensi kopi Liberika yang merupakan kopi warisan (heritage) sangat menjanjikan. Ini merupakan jenis kopi yang menyumbang oksigen paling banyak diantara jenis lainnya," ucap Ketua Ijen Geopark Banyuwangi Abdillah Baraas. (27/9/22)

Jenis kopi yang termasuk dalam heritage artinya varian ini harus terus dijaga. Karena memang persebaran dari tumbuhan ini sedikit, namun ia memiliki dampak lingkungan yang amat baik.

Di Banyuwangi sendiri, saat ini populasi kebun kopi jenis Liberika hanya terdapat sekitar satu persen yang tersebar di wilayah Songgon dan Kalipuro.

"Jadi kita minum kopi juga dalam rangka sedekah oksigen serta mengkampanyekan pengurangan resiko perubahan iklim," katanya.

Bicara soal rasa, tidak seperti Robusta atau Arabika, jenis kopi Liberika ini memiliki ciri khasnya sendiri. Saat diseduh, kopi ini memiliki aroma seperti buah Nangka dengan memunculkan rasa kopi yang lebih pahit dan pekat sehingga itulah yang menjadi pembeda utama di antara varian lainnya. Orang Banyuwangi lebih sering menyebutnya dengan istilah “Kopi Nongko”.

Peran dan potensi si Emas Hitam ini patu di gaungkan, mengingat jumlah populasinya yang minim, kopi ini sangat layak untuk dijadikan sebagai wisata tematik dengan minat khusus yang berbalut edukasi, tentunya hal ini akan sangat digemari oleh wisatawan mancanegara dan juga domestik. Hingga kembali lagi pada tujuan akhirnya, yaitu untuk meningkatkan nilai kopi Banyuwangi agar bisa mendapatkan indikasi geografis kopi.

Kabarnya peluang kopi Liberika sangat menjanjikan, pangsa pasar kopi Liberika termasuk sangat potensial. Malaysia adalah salah satu pengkonsumsi kopi jenis liberika terbesar di dunia. Kebun kopi jenis Liberika di Malaysia mencapai 80 persen dari total area perkebunan kopi yang ada disana. Pusat perkebunan kopi Liberika di Malaysia ada di daerah Selangor, Melaka, Johor, dan Sabah. 

Tak jarang, untuk memenuhi kebutuhan kopi Liberika, Malaysia mengimpor kopi Liberika dari Indonesia, terutama dari perkebunan kopi di Jambi. Selain Malaysia, Filipina juga termasuk pengkonsumsi kopi Liberika dengan luas perkebunan mencapai 25 persen dari total kebun kopi disana. Masyarakat lokal Filipina menyebutnya sebagai Kapeng Barako (Barako Coffee), dengan sentra perkebunan terdapat di provinsi Batangas dan Cavite.

Tanaman Liberika ini sangat mudah untuk di budidayakan karena  memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya mudah ditanam di dataran rendah dan lebih tahan terhadap kondisi cuaca, hama dan penyakit.

Kopi jenis ini juga memiliki toleransi tinggi terhadap kondisi tanah yang kurang subur. Bahkan pada tanah jenis lempung, tanaman kopi ini masih mampu untuk tumbuh.

Selain itu, tanaman Kopi Liberika juga dapat bertahan pada tanah berpasir, kekeringan dan cuaca basah. Maka dari itu, Banyuwangi sangat cocok dengan iklim tropisnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES