Tambah Lagi Jumlah Profesor, UB Kukuhkan 4 Guru Besar Baru

TIMESINDONESIA, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan empat dosen menjadi professor, Minggu (24/9/2023) di Gedung Samantha Krida. Dengan pengukuhan ini, saat ini tercatat sudah ada 342 guru besar yang diproduksi oleh UB.
Empat orang guru besar yang dikukuhkan yaitu, pertama Prof. Dr. Ir. Pudji Purwanti, M.P. Dalam orasi ilmiahnya, Prof Pudji mengatakan perikanan berkelanjutan menjadi kata kunci dalam pembangunan perikanan di masa yang akan datang. Dengan demikian pemanfaatan sumberdaya ikan diarahkan menghasilkan manfaat yang optimum, namun harus tetap berkelanjutan dan stock ikan tetap lestari.
Advertisement
Oleh karena itu, perkembangan armada penangkapan ikan harus dikendalikan secara efektif agar sumberdaya ikan berada pada pemanfaatan yang sesuai.
"Hal ini sesuai fakta bahwa sekitar 6096 dari 250 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir dan lebih dari 7,596
menggantungkan hidupnya wilayah pesisir," ucapnya.
Sehingga, untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya perikanan, diperlukan komitmen dari semua pihak (stakeholders) dalam menjaga dan mengelola kualitas serta daya dukung sumberdaya laut dan pesisir.
Dia menerangkan, terdapat tiga komponen penting dan menjadi kunci dalam pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan yaitu sistim alam/ natural system atau ekologi antara lain ikan, ekosistem dan lingkungan biofisik, kedua system manusia, mencakup seluruh aktifitas dari nelayan, pengolah ikan, pengguna, komunitas perikanan, lingkungan social, ekonomi dan budaya. Dan ketiga system pengelolaan perikanan (fisheries management system), mencakup kegiatan perencanaan dan kebijakan perikanan, manajemen perikanan, dan pembangunan perikanan.
"Laut di masa lalu kerap dipandang sebagai sumber daya yang terbuka bagi siapapun (open access) serta menjadi milik bersama (common property). Tanggung jawab nelayan maupun industri perikanan untuk melakukan pengelolaan sumberdaya menjadi tidak jelas
sehingga menyebabkan tangkap lebih (overfishing)," imbuhnya.
Mata pencaharian alernatif (MPA) mampu menghantarkan rumah tangga perikanan mencapai kondisi tahan pangan, tahan sosial dan sejahtera, serta tercipta lingkungan bioekonomi yang seimbang dan berkelanjutan.
“Pengembangan ilmu saya di masa depan yakni mengembangkan model "Keberlanjutan Ekonomi Rumah Tangga" melalui teknologi tepat guna untuk mengembangkan kegiatan off fishing atau mata pencaharian alternatif yang sesuai dengan ketersediaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya phisikal," kata Prof. Dr. Ir. Pudji Purwanti, M.P.
Dalam mengembangkan MPA pada suatu wilayah diperlukan kajian awal yang mendalam tentang sumberdaya alam, sumberdaya manusia, serta sumberdaya phisikal untuk menentukan kegiatan MPA yang sesuai dengan kondisi dan ketersediaan sumberdaya yang ada. Selain itu juga diperlukan upaya penyadaran dan pendampingan dalam pengembangan mata pencaharian alternatif.
"Peran serta dari pemerintah sangatlah diperlukan untuk mendukung pengembangan mata pencaharian alternatif. Selain itu, dalam upaya untuk mengurangi tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya laut yang terus-menerus diperlukan regulasi dari pemerintah yang dilaksanakan secara tegas dalam pengelolaan sumberdaya perikanan," pungkasnya.
Prof. Dr. Ir. Pudji Purwanti, M.P. sebagai Profesor aktif ke 17 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Profesor aktif ke 180 di UB, serta menjadi Profesor ke 339 dari seluruh Profesor yang dihasilkan UB.
Profesor yang dikukuhkan sebagai guru besar selanjutnya yakni Prof. Dr. Rofiaty, S.E., M.M. sebagai Profesor aktif ke 23 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Profesor aktif ke 181 di UB, serta menjadi Profesor ke 340 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh UB.
Prof Rofiaty dalam orasi ilimiahnya menerangkan penelitiannya tentang persaingan bisnis telah memasuki era digital dan persaingan global. Kondisi ini menuntut para pelaku bisnis beradaptasi terhadap perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Oleh karena itu, mereka harus memperbarui informasi-informasi agar mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut.
"Meski banyak menghadapi tantangan, pelaku usaha harus terus semangat dan berkeinginan tinggi untuk meraih kinerja yang tidak hanya dari segi finansial saja, melainkan juga kepuasan kerja serta prestige jika telah berhasil," ucapnya.
Oleh karena itu, pelaku bisnis perlu melakukan terobosan baru agar tetap survive, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan. Salah satu terobosan baru tersebut menggunakan model entrepreneurial flexible orientation.
"Model entrepreneurial flexible orientation merupakan konsep yang di kembangkan dengan memadukan entrepeneurial orientation, fleksibilitas, kemampuan menyesuaikan terhadap perubahan kondisi lingkungan bisnis, dalam mewujudkan agilitas strategi dan inovasi guna meningkatkan kinerja organisasi," terangnya.
"Entrepreneurial Flexible Orientation digunakan mewujudkan agilitas strategi dan inovasi guna meningkatkan kinerja organisasi," pungkasnya.
Ketiga yakni Prof. Dr. Ir. Kuswati, M.S. sebagai Profesor aktif ke 19 di Fakultas Peternakan (FAPET) dan Profesor aktif ke 182 di UB, serta menjadi Profesor ke 341 dari seluruh Profesoy yang telah dihasilkan oleh UB. Prof Kuswati mempunyai penelitian tentang Pendekatan Model Three in One (MTO) untuk Pengingkatan Produktivitas Sapi Madura.
Dia menerangkan pemeliharaan sapi di Madura dibedakan menjadi dua jenis, yakni untuk produksi daging dan pembiakan, serta sapi Sonok dan kerapan untuk pariwisata dan budaya. Sebagai sapi kontes yang mengedepankan keindahan bentuk tubuh, harga jual tinggi dan keturunan akan menjadi buruan untuk dijadikan sapi Sonok berikutnya.
Namun beberapa penelitian menyebutkan sapi Madura disinyalir terjadi inbreeding atau perkawinan sekerabat, diakibatkan karena tidak ada pemasukan ternak dari luar. Kejadian tersebut akan menurunkan performa sapi Madura. Peningkatan mutu genetik dapat dilakukan dengan teknologi Inseminasi Buatan (1B), namun tingkat keberhasilan masih rendah.
"Langkah strategis diperlukan untuk meningkatkan produktivitas melalui integrasi teknologi dengan Model Three in One (MTO). Model ini merupakan modifikasi dan penerapan dari konsep klasik 3 pilar peternakan yaitu breeding, feeding, dan management," terangnya.
Model dirancang dengan pendekatan 3 pilar yaitu integrasi aspek morfometrik dan molekular, reproduksi dan pemetaan potensi pakan dengan menggunakan citra satelit. MTO menjadi langkah strategis dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas sapi Madura dalam mengawali terbentuknya klaster sumber bibit dan bakalan dipotong.
"Inovasi MTO disinyalir dapat meningkatkan produktivitas sapi Madura secara morfologi untuk meningkatkan performa sapi layak bibit, secara molekular dapat dipilih sapi-sapi yang berpotensi pertumbuhan lebih baik, peningkatan tingkat kebuntingan ternak yang didukung dengan akses pakan sesuai potensi wilayah," pungkasnya.
Terakhir ada Prof. Dr. Dra. Asfi Manzilati, M.E. sebagai Profesor aktif ke 24 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Profesor aktifke 183 di UB, serta menjadi Profesor ke 342 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh UB.
Prof Asfi memiliki penelitian berjudul Kontrak Manunggal (SYIRKAH) sebagai Model untuk Menumbuhkan Ekonomi.
Dia mengatakan, sebuah kontrak terjadi karena adanya dua pihak atau lebih yang bersepakat. Namun demikian, tidak selalu terbentuk kontrak yang sempurna yaitu kesejahteraan bagi para pihak, termasuk di dalamnya kontrak di bidang pertanian maupun kontrak-kontrak lainnya. Hal ini dipicu terutama oleh ketidakseimbangan kapasitas dan daya tawar.
Sebagai gambaran, terdapat berbagai macam kontrak yang disepakati di sektor pertanian, diantaranya yaitu kontrak inti plasma, kontrak principal agent, kontrak kesepakatan otomatis, dan berbagai macam kontrak lainnya. Sedangkan kontrak inti plasma sudah jarang digunakan karena memiliki banyak kelemahan yaitu pemahaman atas hak dan kewajiban yang belum baik, perusahaan inti belum sepenuhnya memenuhi fungsi dan kewajiban sebagaimana diharapkan, serta belum adanya lembaga arbitrase yang mampu menjadi penengah kala terjadi perselisihan.
"Model Kontrak Manunggal (Syirkah) atau MKM mendasarkan pada kontrak syirkah menggunakan mekanisme pembagian manfaat dan/atau biaya/resiko di antara para pelaku bisnis secara proporsional. Dalam mekanisme ini, terdapat linieritas manfaat dan atau biaya/resiko antar pihak. Hal ini akan menumbuhkan rasa memiliki sekaligus bertanggung jawab atas kontrak sehingga menjaga keberlanjutan ekonomi," jelasnya.
Dimensi sosial yang terintegrasi pada MKM menumbuhkan kepedulian diantara para pihak, sehingga manfaat dan resiko tidak hanya secara komersial materi tetapi juga yang bersifat nonmateri.
"Penghargaan atas setiap kontribusi serta rasa memiliki akan menghasilkan kesetaraan dan keadilan antar pihak. Pada gilirannya nilai ketuhanan yang mewujud pada nilai amanah akan menumbuhkan ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan," pungkas Prof Asfi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |