Peristiwa Daerah

Resepsi Harlah NU di Jombang, Wujud Syukur Ngalap Berkah Para Ulama

Jumat, 02 Februari 2024 - 20:25 | 33.91k
KH Fahmi Amrullah Hadziq saat memberikan tausiyah kepada Jamaah Nahdliyin yang hadir di Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang, Jumat (2/2/2024). (FOTO: Bambang Cahyono/TIMES Indonesia)
KH Fahmi Amrullah Hadziq saat memberikan tausiyah kepada Jamaah Nahdliyin yang hadir di Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang, Jumat (2/2/2024). (FOTO: Bambang Cahyono/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-101 Nahdlatul Ulama (NU) yang diselenggarakan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang memiliki makna di balik peringatan harlah ke-101 NU. Kegiatan itu diselenggarakan di Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang, Jumat (2/2/2024).

Pantauan TIMES Indonesia, ribuan warga Nahdliyin berbondong-bondong ngalap barokah kyai datang ke masjid agung mulai pukul 03.00 hingga mengikuti rangkaian acara sampai selesai.

Advertisement

"Saya hanya ingin menyampaikan 2 hal saja. Mengapa kita mengadakan harlah? Yang pertama tidak lain karena ungkapan syukur ke hadirat Allah. Barang siapa yang bersyukur pasti nikmatnya bertambah," kata Rais Syuriah, KH. Achmad Hasan kepada TIMES Indonesia, Jum'at (2/2/2024).

Lebih lanjut, yang kedua dengan mengadakan harlah, artinya sama dengan meng-hauli masyayikh dan muassis NU. Dalam peringatan harlah, Nahdliyin sama dengan ngalap berkah ke para ulama. 

Harlah-NU-di-Jombang-2.jpg

Ia melanjutkan, orang alim itu meskipun sudah wafat, tapi aqidahnya masih hidup. Rasulullah pernah bersabda, jangan kira orang yang berilmu itu gugur mati, tapi mereka hidup dengan penuh rahmat di sisi Allah.

Dalam sejarahnya, NU lahir pada 1926 saat itu berawal dari jamiyah yang masih kecil, tapi berkat kegigihan dan riyadhah para ulama, sekarang NU menjadi organisasi keagamaan yang terbesar di dunia. 

Sebagai informasi, survei pada 2005 menunjukkan anggota NU baik struktural maupun kultural di Indonesia sekitar 24 persen. Namun, beberapa tahun kemudian sudah mencapai 52,4 persen.

"Di Jatim sudah 80 persen, di Jombang malah lebih dari itu. Makanya warga Indonesia harus bersyukur karena Allah mengirim NU yang bisa menjaga Indonesia yang multikultural," ungkapnya. 

Dikesempatan yang sama, Ketua PCNU Kabupaten Jombang, KH Fahmi Amrullah Hadziq berkomitmen untuk menjaga muruah NU. Menurutnya NU tidak boleh dijadikan seperti tenda yang dipakai saat hanya dibutuhkan atau disewakan.

Harlah-NU-di-Jombang-3.jpg

Ia kembali menegaskan bahwa kalaupun ada yang menganggap NU laiknya sebagai tenda, dirinya menyatakan tidak akan pernah menyewakan tenda. Analogi tenda yang dinisbatkan kepada NU sangat tidak tepat.

"Maka saya sama Rais PCNU Jombang KH Achmad Hasan punya komitmen tidak menyewakan tenda, apalagi dengan harga murah. Cepat rusak nanti," terangnya.

Untuk mewujudkan hal itu, PCNU Jombang membangun komitmen menjadikan NU layaknya kereta api yang memiliki tujuan dan jalan yang jelas.

"NU ini harus jelas ibaratnya seperti sepur. Relnya jelas, di mana berhenti jelas. Kita mau ke Jakarta nanti berhenti di tempat yang jelas. Kulo ikut Rais syuriyah. Kita harapkan semuanya seperti itu," harapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES