Peristiwa Nasional

Jejak Eijkman Insitute, Lembaga yang Melebur ke BRIN

Senin, 03 Januari 2022 - 18:23 | 93.05k
Eijkman Insitute. (FOTO: Media Indonesia/ADAM DWI)
Eijkman Insitute. (FOTO: Media Indonesia/ADAM DWI)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME) atau Eijkman Institute melebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Nasib peneliti dan karyawan dari lembaga yang menerima Anugerah TIMES Indonesia (ATI) 2020 itu menjadi perbincangan hangat di media sosial.

"Terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia atas dukungan selama 33 tahun Lembaga Eijkman berkiprah dalam pengembangan penelitian Biologi Molekuler Kesehatan & Obat di Indonesia dan dunia. Mari jaga spirit & etos kerja dimanapun kita berada," demikian cuitan di akun Twitter @eijkman_ins pada 2 Januari 2022. 

Advertisement

Dalam cuitannya, akun twitter Eijkman Institute itu menyertakan foto bersama dibarengi dengan tagar #KAMIPAMIT dan @EIJKMANFORINDONESIA.

Cuitan tersebut disambut dengan respons warganet. Sebagian mengungkapkan keberatan jua kekecewaaan atas kabar dileburnya lembaga yang telah bekerja keras dalam melakukan deteksi covid-19 di Indonesia itu.

Eijkman Institute Beralih ke BRIN
"Mulai tanggal 1 Januari 2022, kegiatan deteksi COVID-19 di PRBM Eijkman akan diambil alih oleh Kedeputian Infrastruktur Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional,” cuitan @eijkman_inst pada Sabtu (1/1/2022).

Eijkman Institute terintegrasi ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Menurut Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, para peneliti di Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman bisa diangkat menjadi peneliti dengan mendapatkan segala hak finansialnya. Pernyataan itu menepis kabar tentang peneliti Eijkman kehilangan pekerjaan.

Selama ini, kata Tri Handoko, LBM Eijkman bukan lembaga resmi pemerintah dan berstatus unit proyek di Kemenristek. Kondisi ini yang menyebabkan para PNS periset di LBM Eijkman tidak dapat diangkat sebagai peneliti penuh, dan berstatus seperti tenaga administrasi.

Sejarah Eijkman Institute
Mengutip profil di laman eijkman.go.id, Eijkman Institute merupakan lembaga penelitian milik Indonesia yang diakui dunia. Lembaga ini melakukan penelitian dasar dalam biologi molekuler medis dan bioteknologi. Eijkman Insitute didirikan sebagai laboratorium riset untuk patologi dan bakteriologi.

Pada 1888 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Central Genneskundig Laboratorium (Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai laboratorium penelitian patologi dan bakteriologi. Laboratorium ini berada di bangunan kompleks Rumah Sakit Militer Hindia Belanda yang kini berdiri RSPAD Gatot Subroto.

Laboratorium ini dipimpin oleh Christiaan Eijkman. Dokter syaraf dan ahli mikrobiologi asal Belanda ini tercatat sebagai direktur pertama pada 15 Januari 1888. Ia memimpin hingga 1896.

Pada 1929 Christiaan Eijkman meraih nobel bidang kedokteran. Hadiah itu didapatkannya atas jasa mengungkap penyakit beri-beri, yang saat itu menyerang negeri tropis, termasuk Hindia Belanda (sebutan sebelum Indonesia).

Pada 1938, nama Eijkman diabadikan sebagai pengganti Central Genneskundig Laboratorium, nama lembaga sebelumnya. Sekaligus pengakuan atas jasa dan keberhasilannya meraih nobel.

Lembaga Eijkman merupakan pusat pengobatan tropis yang terkenal di dunia. Namun pada 1960, Eijkman Institute sempat dihentikan beroperasi karena gejolak ekonomi politik. Sekitar 30 tahun kemudian, BJ Habibie yang saat itu menjabat Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) mengusulkan Eijkman Institute dibuka kembali.

Akhirnya pada Juli 1992, Eijkman Institute berdiri kembali. Lembaga ini berdiri berdasarkan SK Nomor 475/M/Kp/VII/1992 tentang Pendirian Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang ditandatangani BJ Habibie. Namun, Presiden Soeharto baru meresmikannya pada 19 September 1995.

Pendirian kembali Eijkman Institute didasari kebutuhan terhadap kembaga biomedis yang mampu memanfaatkan pertumbuhan substansial pengetahuan, dan perkembangan teknologi yang telah dibuat dalam biologi sel molekuler. 

Kini status Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman atau Eijkman Insitute terintegrasi ke BRIN. Menurut keterangan Tri Handoko, status LBM Eijkman telah dilembagakan menjadi unit kerja resmi yakni Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman di bawah Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati. 

Kiprah Eijkman Insitute
Eijkman Institute disebut sebagai pintu bagi masuknya teknologi biomolekuler mutakhir ke Indonesia. Bahkan sejak hampir tiga dasawarsa, perangkat Real Time Polymerase Chain Reactor (RT-PCR) dan Genom Sequenser sudah berada di lembaga ini.

Eijkman Institute terlibat dalam jejaring dunia riset dan penyelidikan berbagai penyakit seperti HIV-Aids, flu burung (H5N1), SARS-1. dan yang terkini adalah SARS Cov-2 yang menjadi penyebab Covid-19.

Pada masa pandemi Covid-19, lembaga Eijkman membentuk Tim Waspada Covid-19 Lembaga Eijkman atau Wascove. Tim ini memiliki peran dalam mendeteksi dan meneliti SARS-CoV-2, termasuk penelitian mengenai plasma konvalesen dan pengembangan vaksin Merah Putih. 

Tim Wascove juga berhasil mendistribusikan 155.000 lebih Viral Transport Medium ke seluruh provinsi di Indonesia. Tim ini juga memeriksa 95 ribu lebih sampel Covid-19 dari 351 fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES