Peristiwa Internasional

Begini Ancaman Hamas Bila Israel Tidak Bebaskan Tahanan Palestina

Selasa, 12 Desember 2023 - 10:12 | 36.36k
Sharon Aloni Cunio, 34, suaminya David Cunio, 34, dan putri kembar mereka, Yuli dan Emma, ​​3. (FOTO: TIMES of Israel)
Sharon Aloni Cunio, 34, suaminya David Cunio, 34, dan putri kembar mereka, Yuli dan Emma, ​​3. (FOTO: TIMES of Israel)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTAHamas menebar ancaman, bahwa para sandera tidak akan meninggalkan Gaza hidup-hidup bila Israel tidak membebaskan para tahanan Palestina.

Dilansir France24, Hamas memperingatkan para sandera akan dihukum jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Sementara Israel terus  meningkatkan serangannya, dan telah membunuh lebih banyak warga sipil

Advertisement

Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu pada hari Minggu menyerukan militan Hamas untuk meletakkan senjata mereka, dan mengatakan bahwa akhir dari kelompok Islam Palestina sudah dekat.

Komentar Netanyahu itu muncul setelah tank-tank Israel bertempur menuju pusat Khan Younis pada hari Minggu dalam sebuah serangan baru yang besar ke jantung kota utama di Jalur Gaza selatan.

Hamas pada hari Minggu juga memperingatkan bahwa tidak ada sandera yang akan meninggalkan Gaza hidup-hidup kecuali tuntutan mereka untuk pembebasan tahanan dipenuhi.

Roulette Rusia

Pengalaman Sharon Alony-Cunio, 34, asal Israel yang sempat menjadi sandera selama 52 hari bersama putri kembarnya adalah salah satu contoh  bukti betapa menakutkannya menjadi sandera.

Sharon Alony-Cunio yang telah dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran Israel-Hamas mengisahkan, bahwa kehidupan di Gaza seperti bermain "roulette Rusia".

"Setiap menit sangatlah penting. Kondisi di sana tidak bagus dan hari-hari terus berjalan," katanya seperti dikutip dari Reuters dalam sebuah wawancara.

"Itu adalah rolet Rusia. Anda tidak tahu apakah besok pagi mereka akan membiarkan anda tetap hidup atau membunuh anda, hanya karena mereka ingin atau hanya karena punggung mereka menempel ke tembok," kata Alony.

Alony kini bisa kembali ke rumah bersama putri kembarnya, kembarnya yang berusia tiga tahun, Julie dan Emma, 3 tahun.

Tapi ia khawatir dengan nasib suaminya, David, yang masih ditawan di daerah kantong Palestina yang dibombardir setiap hari itu, dan dia memohon agar 137 sandera yang tersisa dibebaskan.

"Semua orang memberikan makanan untuk mereka (para gadis). Anda tidak tahu apakah di malam hari akan ada pita (roti) jadi di pagi hari Anda menyimpannya untuk malam hari. Semuanya sangat diperhitungkan, seperempat pita, setengah pita untuk disimpan esok paginya," tambahnya.

Kadang-kadang, lanjut Alony,  para sandera diberi makan kurma dan keju dan kadang-kadang mereka membagi nasi daging dan ransum untuk enam orang di antara 12 orang tersebut.

"Menunggu untuk diperbolehkan pergi ke toilet juga merupakan masalah bagi anak-anak perempuan tersebut, sehingga mereka harus menggunakan wastafel dan tempat sampah," katanya.

"Kadang-kadang saat terjadi pemadaman listrik, mereka membiarkan kami membuka pintu, menutup tirai, lalu kami berbisik-bisik.
Bagaimana caranya menjaga anak bersama selama 12 jam hanya dengan berbisik?," ujarnya.

Kelompok sanderanya ditahan di atas tanah dan dipindahkan beberapa kali, namun dengan kenangan yang masih utuh dan suaminya masih di dalam, Alony-Cunio enggan memberikan rincian lebih lanjut tentang penangkapan dan saat ia menjadi sandera.

Namun salah satu kesulitan terbesar, lanjut dia, adalah tidak mengetahui apa yang dilakukan untuk mengeluarkan mereka.

"Setiap hari ada tangisan, frustrasi dan kecemasan. Berapa lama kita akan berada di sini? Apakah mereka sudah melupakan kita? Apakah mereka sudah menyerah pada kita?”

Gencatan senjata tujuh hari lalu telah menghasilkan lebih dari 100 sandera dibebaskan. Sisanya masih ditahan tanpa komunikasi ketika Israel membombardir Gaza dan bersumpah untuk menghancurkan Hamas. Lebih dari 18.000 orang telah terbunuh di Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat.

Banyak keluarga dari 137 sandera yang masih berada di Gaza, yang nama dan fotonya terpampang di poster di jalan-jalan Israel, merasa takut.

"Anak-anak saya terkoyak. Saya terkoyak tanpa belahan jiwa saya, cinta dalam hidup saya, ayah dari putri saya yang setiap hari bertanya kepada saya, di mana ayah?," katanya.

David dipisahkan dari mereka tiga hari sebelum mereka dibebaskan pada tanggal 27 November, sebelum pertempuran dilanjutkan. Mengeluarkan sandera yang tersisa harus menjadi prioritas utama, katanya.

"Saya takut akan mendapat kabar buruk bahwa dia sudah tidak hidup lagi," kata Alony-Cunio.

"Kami bukan sekedar nama di poster. Kami manusia, daging dan darah. Ayah dari anak perempuan saya ada di sana, pasangan saya, dan banyak ayah, anak, ibu, saudara laki-laki lainnya," tambah Alony lagi.

Dan Hamas pun menebar ancaman, bahwa para sandera tidak akan meninggalkan Gaza hidup-hidup bila Israel tidak membebaskan para tahanan Palestina. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES