Pendidikan

Metode Oral, Cara Guru SLB di Pacitan Atasi Siswa Tunarungu

Selasa, 18 Februari 2025 - 20:45 | 51.68k
Guru SLB Punung Pacitan praktikkan metode oral untuk mempermudah komunikasi siswa tunarungu. (FOTO: Magang STKIP PGRI Pacitan for TIMES Indonesia)
Guru SLB Punung Pacitan praktikkan metode oral untuk mempermudah komunikasi siswa tunarungu. (FOTO: Magang STKIP PGRI Pacitan for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PACITAN – Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Punung, Kabupaten Pacitan, metode oral diterapkan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi siswa tunarungu dalam berkomunikasi. 

Metode ini fokus pada pengembangan kemampuan berbicara dan membaca gerak bibir. Selain itu, siswa juga diajarkan menggunakan bahasa isyarat, sesuai dengan tingkat ketunarunguan mereka.

Advertisement

Guru-SLB-Punung-Pacitan-2.jpg

Kepala Sekolah SLB Punung, Suprihatin, menjelaskan bahwa pendekatan komunikasi yang diberikan sangat bergantung pada tingkat ketunarunguan masing-masing siswa. 

Untuk siswa dengan ketunarunguan total, metode oral lebih sulit diterapkan. Sementara bagi mereka yang masih memiliki sisa pendengaran, belajar berbicara seperti orang biasa menjadi lebih mungkin.

“Anak tuna itu ada kelas tersendiri, ada yang tuli total, ada yang sebagian. Jadi, tergantung tingkat ketunarunguan mereka. Kalau masih ada sisa pendengaran, mereka lebih mudah diajari berbicara secara oral,” ujar Suprihatin saat diwawancarai, Selasa  (18/2/2025).

Guru-SLB-Punung-Pacitan-3.jpg

Di dalam komunitas sekolah, siswa tunarungu berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Namun, saat berinteraksi dengan masyarakat luar, mereka dilatih membaca gerak bibir agar bisa berkomunikasi dengan lebih efektif. 

Keahlian ini sangat penting untuk beradaptasi dalam situasi sosial yang lebih luas.

“Untuk tunarungu, kita menggunakan dua cara: isyarat dan oral. Isyarat untuk sesama mereka, tapi untuk berkomunikasi dengan orang umum, kita ajarkan membaca bibir,” tambahnya.

Selain mengajarkan metode komunikasi, SLB Punung juga membekali siswa tunarungu dengan keterampilan praktis, seperti melukis, tata boga, tata graha, dan kecantikan. 

Melalui keterampilan ini, mereka dibekali kemampuan untuk hidup mandiri, baik untuk berwirausaha maupun bekerja di bidang tertentu, seperti cleaning service atau tata kecantikan.

“Dengan keterampilan sederhana seperti tata graha atau kecantikan, mereka bisa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain setelah lulus,” pungkasnya.

Dengan pendekatan yang terintegrasi antara komunikasi dan keterampilan praktis, SLB Punung berusaha memberikan bekal terbaik bagi siswa tunarungu di Pacitan, agar mereka bisa berinteraksi dengan percaya diri dan siap menghadapi masa depan. (*)

Pewarta: Yazid, Mahasiswa Magang Non Kependidikan STKIP PGRI Pacitan) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES