Peristiwa Daerah

Tradisi Unik di Pacitan, Memutar Ayam untuk Membuatnya Betah di Rumah

Jumat, 19 Januari 2024 - 18:34 | 30.35k
Tradisi unik di Pacitan, putar ayam kelilingi rumah agar tidak kabur. (FOTO: Rojihan/TIMES Indonesia)
Tradisi unik di Pacitan, putar ayam kelilingi rumah agar tidak kabur. (FOTO: Rojihan/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PACITAN – Kabupaten Pacitan, Jawa Timur terus memelihara tradisi unik Pacitan yang menjadi bagian dari kepercayaan dan rasa syukur masyarakat setempat. Salah satunya memutar-mutar ayam pada tiang rumah dengan tujuan membuat ayam tersebut merasa nyaman dan betah.

Menurut kepercayaan turun-temurun, ritual ini dilakukan saat ayam baru tiba di rumah setelah dibeli. Caranya, ayam diputar-putar di tiang rumah sebanyak tiga kali untuk membantu ayam beradaptasi dengan lingkungan baru dan mengenali jalan pulang menuju kandang.

Advertisement

Salah satu warga dari Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Sutarmi (56) mengungkapkan bahwa tradisi ini telah dilakukan oleh keluarganya sejak dulu. Ia meyakini bahwa memutar-mutar ayam di tiang rumah akan membuat ayam tersebut betah dan tidak akan pergi jauh.

"Biasanya ayam yang baru beli dari pasar kan belum kenal lingkungan baru, mengelilingi tiang rumah tiga kali biar betah," katanya, Jumat (19/1/2024).

Menurut Sutarmi, tradisi ini juga dipandang sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki berupa ayam yang diberikan. Meskipun tidak semua masyarakat masih mempertahankan tradisi ini.

"Saya masih percaya, sekaligus wujud syukur nikmat Tuhan," ujarnya.

Lain lubuk, lain kepala, lain pula isinya. Begitu pepatah mengatakan. Tradisi memutar ayam di sekeliling rumah juga berlaku di kehidupan masyarakat Desa Ploso, Kecamatan Punung. Hanya saja, jumlah putarannya sebanyak tujuh kali searah jarum jam.

"Buktinya ayam saya tidak ada yang kabur dari kandang. Ya, percaya nggak percaya. Tetapi kenyataannya begitu," jelas Suparman (59) secara terpisah.

Seiring perkembangan zaman, beberapa orang mungkin merasa bahwa tradisi unik Pacitan ini tidak lagi relevan, namun bagi yang masih melestarikannya, ini justru bukan sekadar rutin, melainkan juga simbol kebersamaan, kepercayaan, dan rasa syukur dalam menerima anugerah hidup. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES