BMKG: Hujan Berhenti di MotoGP Mandalika Bukan Karena Pawang Hujan

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menyebut hujan berhenti di Sirkuit Mandalika Lombok, bukan hasil kerja dari pawang hujan Rara Istiani Wulandari.
Menurut BMKG, apa yang dilakukan oleh Rara itu kebetulan saja berhasil padahal oleh tim analis BMKG sebelumnya sudah diperkirakan. Oleh karena itu, dia tetap menjunjung hasil penelitian lebih mujarab daripada aksi pawang hujan.
Advertisement
Guswanto menambahkan, pawang hujan hanya kebetulan saja timingnya pas dengan waktu jam hujan berhenti. Oleh karena itu dia menyebut aksi penghentian hujan bukan dari pawang hujan, tapi karena sudah saatnya berhenti. Dia berharap keyakinan ini diterima masyarakat luas.
"Dan buktinya, kan dari awal pawang itu sudah bekerja, tapi kan nggak berhenti juga. Artinya itu jadi sebenarnya kemarin waktu berhentinya itu bukan karena pawang hujan, karena durasi waktunya sudah selesai," kata Guswanto di Jakarta, Selasa (22/3/2022).
"Kalau dilihat prakiraan lengkap di tanggal itu memang selesai di jam itu. Kira-kira jam 16.15 itu sudah selesai, tinggal rintik-rintik itu bisa dilakukan balapan kalau dilihat dari prakiraan nasional analisis dampak yang kita miliki BMKG," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Guswanto menjelaskan hujan yang turun dan kembali reda itu sebelumnya sudah diprediksi oleh BMKG. Dia menunjukkan hasil penelitian dari timnya, dan berbekal dari data itu dia berani menyebut hujan berhenti bukan karena pawang hujan.
"Namun untuk BMKG sendiri sebenarnya memiliki (prakiraan) sendiri. Kalau kami lihat fenomenanya kemarin sejak 3 hari yang lalu tanggal 17, 18, 19 itu sudah diprakirakan BMKG, bahwa di Mandalika itu akan terjadi hujan dengan intensitas ringan sampai lebat," lanjut Guswanto.
Kemudian pada tanggal 20 diperkirakan juga hujan lebat disertai badai petir, kenapa perkiraannya itu? Karena pada waktu itu terjadi bibit siklon tropis 93F yang dampaknya itu memberikan potensi pertumbuhan awan hujan di Mandalika.
"Ya sebenarnya kalau dilihat pawang hujan itu adalah suatu kearifan lokal yang dimiliki masyarakat. Secara saintis itu sulit untuk dijelaskan," pungkas Guswanto. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |