Sosok

Kisah Inspiratif Nur Chaqiqi: Santri Jombang yang Kini Kuliah S-2 di Universitas Al-Azhar Kairo

Sabtu, 12 April 2025 - 16:00 | 24.52k
Nur Chaqiqi santri Jombang saat wisudah S-1 di Al-Azhar Kairo, Mesir beberapa tahun lalu. (FOTO: Dok. Pribadi for TIMES Indonesia)
Nur Chaqiqi santri Jombang saat wisudah S-1 di Al-Azhar Kairo, Mesir beberapa tahun lalu. (FOTO: Dok. Pribadi for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Dari sebuah dusun kecil di Desa Grogol, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, lahir sosok inspiratif bernama Nur Chaqiqi. Pria kelahiran 11 November 1999 ini bukan hanya sukses menembus bangku kuliah Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, tapi juga kini sedang menempuh pendidikan S-2 di kampus bergengsi itu, jurusan Fikih Syafi’i.

Chaqiqi, anak bungsu dari pasangan Hariyono dan Siti Qibtiyah, mengawali pendidikan dasarnya di MI Nurul Iman Dempok, melanjutkan ke SMPN 1 Diwek, dan kemudian menempuh pendidikan Madrasah Aliyah (MA) di Pesantren Seblak, Diwek, Jombang. Saat nyantri, ia juga mondok di Pesantren Al-Ma’arij Kwaron, Jombang.

Advertisement

Setelah lulus dari MA Seblak tahun 2018, ia sebenarnya sudah diterima di UIN Sunan Ampel Surabaya, jurusan Hukum Keluarga Islam. Namun, tekadnya menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar tak surut. 

Berbekal semangat dan dorongan dari Ainur Rofiq, tetangganya yang juga guru di Tebuireng, Chaqiqi memberanikan diri mengikuti seleksi ke Mesir, dan lolos. Ia mengambil jurusan Syariah Islamiyah di jenjang S-1.

“Seleksi masuk Al-Azhar sangat ketat. Tapi dengan bimbingan dan doa, akhirnya saya bisa berangkat ke Kairo,” ungkapnya saat menjadi pemateri motivasi di almamaternya, Madrasah Aliyah Seblak, Sabtu (12/4/2025). 

Nur-Chaqiqi-2.jpgAktifitas Nur Chaqiqi saat di Kairo, Mesir. (FOTO: Dok. Pribadi for TIMES Indonesia)

Ia bahkan menunda kepulangan ke Mesir demi memenuhi undangan sebagai narasumber inspiratif bagi adik-adik kelasnya.

Sejak 2023, Chaqiqi melanjutkan ke jenjang magister. Bersama beberapa teman, ia juga mengelola Markaz Tahfidz Maqura (Majlis Qur’an Abu Amru) di Kairo, yang kini memiliki empat cabang, tiga untuk santri putri, dan satu cabang khusus santri putra di belakang Masjid Al-Azhar.

Tak hanya itu, Chaqiqi juga dipercaya oleh seorang syaikh Mesir untuk mengajar anak-anak kecil baca tulis Alquran. Sebuah pengalaman yang membuatnya makin mantap meniti jalan sebagai pendidik.

“Kehidupan di Mesir tidak seberat yang dibayangkan. Biaya hidup bahkan lebih murah dibanding di Indonesia. Saya juga tinggal bersama tujuh teman sesama mahasiswa S-2, jadi banyak yang bisa diajak diskusi dan saling bantu,” ceritanya.

Chaqiqi sempat mendapatkan rekomendasi dari KH Luthfi Sahal, guru bahasa Arab di Madrasah Aliyah Seblak, untuk melanjutkan kuliah ke Universitas Madinah di Arab Saudi. Namun, ia lebih memilih fokus ke Al-Azhar sesuai arahan gurunya, Ainur Rofiq.

Cita-citanya sederhana namun bermakna: menjadi pendidik yang menebar manfaat ilmu. Meskipun kini menimba ilmu di negeri para ulama, ia berharap kelak bisa kembali ke tanah air dan berkontribusi di dunia pendidikan.

Kepala Madrasah Aliyah Pesantren Seblak, Budi Santoso, menyampaikan rasa bangganya atas capaian Chaqiqi.

“Ia bisa menjadi teladan dan inspirasi nyata bagi adik-adik kelasnya. Semoga kelak bisa kembali dan berkiprah di Indonesia, karena dunia pendidikan sangat membutuhkan sosok seperti dia,” ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES