Kisah Anggota PPI Turki: Gagal UTBK, Kini Malah Jadi Mahasiswi S1 di Konya

TIMESINDONESIA, TURKI – Tidak ada yang menyangka bahwa kegagalan bisa menjadi pintu menuju kesuksesan. Seperti hal yang dialami oleh Yessa Ardiana Putri, seorang gadis asal Purbalingga, Jawa Tengah yang kini menjadi anggota PPI Turki.
Yessa kini menempuh pendidikan S1 di jurusan Manajemen Sistem Informasi di Necmettin Erbakan University, yang terletak di Kota Konya, Turki. Cerita hidupnya meempuh jenjang perkuliahan merupakan kisah tentang perjuangan, kegigihan, dan keteguhan hati seorang pejuang gap year yang kini bersinar di negeri orang.
Advertisement
Babak Awal: Gagal UTBK, Memilih Gap Year
Perjalanan Yessa menuju Turki bukanlah cerita yang mulus. Di tahun 2021, gadis tersebut mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk masuk perguruan tinggi negeri di Indonesia.
Sayangnya, hasil yang didapatkan tidak sesuai harapan. Tidak menyerah, Yessa memilih untuk mengambil jeda satu tahun atau yang kini lebih dikenal dengan istilah gap year. Selama masa itu, ia mengisi hari-harinya dengan membantu usaha keluarga di rumah makan milik orang tuanya.
Tahun berikutnya, 2022, Yessa mencoba kembali peruntungannya di UTBK. Namun takdir berkata lain. Lagi-lagi, ia tidak lolos. Alih-alih putus asa, Yessa justru memaknai kegagalannya sebagai proses penghabisan jatah kegagalan di usia muda.
"Aku menganggap gap year di Indonesia sebagai cara aku menghabiskan stock kegagalan aku di masa muda agar nanti ibaratnya kita punya 50% kegagalan di hidup, aku setidaknya sudah menghabiskan 45%-nya dulu di tahun lalu," ujarnya.
Beralih Haluan: Menembus Negeri Ottoman
Daripada terus berkutat dalam kegagalan yang sama, Yessa memutuskan untuk mencoba jalur baru yakni studi ke luar negeri. Dengan tekad dan doa, ia pun akhirnya diterima di sebuah universitas di Turki, negeri yang selama ini hanya ia kenal lewat buku sejarah dan cerita-cerita pelancong.
Namun, kehidupan di negeri orang tidaklah mudah. Yessa harus berhadapan dengan bahasa yang asing, budaya yang berbeda, cuaca ekstrem, dan perasaan rindu kampung halaman yang sesekali menyeruak.
Belum lagi, godaan untuk menyerah dari lingkungan sekitar terus berdatangan. Tapi ia punya prinsip yang tak tergoyahkan: "Sekali nyebur harus selesain sampai tuntas, sekali masuk harus cari jalan keluar, jangan sampai putar balik," tekadnya.
Menjadi Mahasiswi Berprestasi
Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Sejak semester pertama, Yessa menunjukkan performa akademik yang luar biasa. Ia lulus semua mata kuliah dengan nilai memuaskan.
Bahkan, di semester ketiga, Yessa meraih nilai tertinggi di empat mata kuliah. Tak hanya unggul secara akademik, Yessa juga aktif dalam berbagai organisasi dan klub di luar perkuliahan, menjadikannya mahasiswa yang seimbang antara prestasi dan kegiatan sosial.
Semangat Yessa tidak berhenti di situ. Ia merencanakan untuk bekerja di Turki setelah lulus S1 dan bercita-cita melanjutkan studi S2, baik di Turki maupun kembali ke tanah air, Indonesia.
Pesan untuk Para Pejuang Kuliah di Perantauan
Menutup ceritanya, Yessa menyampaikan pesan mendalam untuk para calon mahasiswa, khususnya mereka yang akan atau sedang menempuh pendidikan di luar negeri:
"Allah tidak akan memberikan jalan yang kosong. Pasti ada nilai di jalan tersebut," tuturnya bijak.
"Jadikan masa-masa kuliah kalian di tanah perantauan itu untuk bekal kalian membawa ijazah kepada keluarga besar kalian ketika wisuda nanti. Jangan sampai pulang ke keluarga besar dengan membawa tangan kosong," tambahnya.
Kisah Yessa untuk menjadi salah satu anggota PPI Turki ini merupakan cermin bagi banyak anak muda di Indonesia bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Justru bisa menjadi awal dari cerita luar biasa, sejauh kita mau bangkit dan terus melangkah.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khodijah Siti |
Publisher | : Rizal Dani |