Harmoni Pancasila dan Ideologi Santri: Falsafah Mendalam dari Gus dr Haris, Pengasuh PP Zainul Hasan Genggong

TIMESINDONESIA, SURABAYA – dir="ltr">Gus dr Muhammad Haris MKes, pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, Jatim, punya pandangan menarik tentang falsafah Pancasila dan ideologi santri dalam memperingati Harlah Pancasila 1 Juni hari ini.
Menurutnya, Pancasila dan ideologi santri, dua entitas yang sangat penting dalam menggambarkan identitas Indonesia. "Pancasila dan ideologi santri bukan hanya dua konsep yang terpisah, tetapi mereka saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain dalam berbagai cara," ujarnya.
Advertisement
"Pancasila dan ideologi santri adalah dua sisi dari koin yang sama. Keduanya mewakili nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bangsa kita," tambah Gus Haris.
Pancasila, dengan lima silanya memberikan kerangka moral dan etika untuk bangsa ini. Di sisi lain, ideologi santri, yang merupakan hasil dari pendidikan pesantren, mencerminkan nilai-nilai agama dan spiritualitas, serta menghargai prinsip-prinsip seperti kerendahan hati, kerja keras, dan gotong royong, menjadi pilar moral bangsa.
Pancasila-Santri: Ideologi yang Sejalan
Gus Haris menjelaskan, dalam banyak hal, ideologi santri sangat sejalan dengan Pancasila. Misalnya, prinsip kerja sama dan gotong royong dalam ideologi santri sangat mencerminkan sila keempat Pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Lalu, nilai-nilai kerendahan hati dan hormat pada yang lain dalam ideologi santri sejalan dengan prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila.
Gus Haris pun meyakini bahwa memahami Pancasila dan ideologi santri sebagai dua aspek yang saling melengkapi dalam identitas bangsa Indonesia bukanlah tugas yang mudah, tetapi sangat penting. "Pancasila dan ideologi santri mengajarkan kita tentang pentingnya hidup berdampingan, bekerja sama, saling gotong royong, dan menghargai perbedaan," jelasnya.
Dengan mendalami Pancasila dan ideologi santri, sambung dia, kita bukan hanya memahami diri kita sebagai bangsa, tetapi juga bagaimana kita dapat bekerja bersama untuk membangun Indonesia yang lebih baik dan lebih inklusif. Ini adalah pesan yang sangat relevan dan penting, terutama dalam konteks Indonesia saat ini yang semakin plural dan beragam.
Perjuangan Santri dalam Melahirkan Pancasila
Gus Haris menyampaikan, peran santri di era sebelum kemerdekaan sangat besar pada bangsa ini. Termasuk melahirkan Pancasila.
Para ulama dan kiai dulu menjadi penguat pondasi lahirnya bangsa bersama para tokoh bangsa lainnya. Sebut saja KH Hasyim Asyari, pendiri NU, yang melahirkan resolusi jihad. Lalu sampai ke daerah Jawa Timur, ada Mbah Kiai Hasan Sepuh Genggong, Kiai Asad Syamsul Arifin, Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Romly Tamim, dan para kiai lainnya.
"Mereka adalah santri, santri Kiai Cholil Bangkalan. Jadi para santri itu semuanya turut bersama-sama melahirkan bangsa ini, termasuk falsafahnya, yakni Pancasila," jelas Gus Haris yang juga cucu Kiai Hasan Sepuh Genggong dan Kiai Romly Tamim ini.
Di sinilah sesungguhnya, santri telah berkontribusi besar dalam proses kelahiran Pancasila dan perjuangan kemerdekaan. "Kita perlu mengingat bahwa banyak tokoh pejuang kemerdekaan kita adalah santri yang dibesarkan dengan nilai-nilai yang sama dengan apa yang ada dalam Pancasila," ujarnya.
Pemimpin Santri yang Pancasilais
Gus Haris juga menjelaskan bagaimana perjuangan santri dalam perang kemerdekaan sangat didorong oleh nilai-nilai yang mereka pelajari di pesantren, yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh, konsep tawazun atau keseimbangan dalam agama, yang diajarkan kepada santri, sangat mirip dengan konsep keseimbangan dan toleransi dalam Pancasila.
"Sebagai santri, mereka dipersiapkan untuk menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, berakhlak, dan memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya keadilan, kerukunan, dan kerja sama. Nilai-nilai ini adalah inti dari Pancasila dan membantu membentuk fondasi dari negara kita," tambahnya.
Menurut Gus Haris, pengakuan dan pemahaman tentang kontribusi santri dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan Pancasila adalah penting. Tidak hanya untuk menghargai sejarah, tetapi juga untuk membantu generasi muda memahami pentingnya nilai-nilai ini dalam membangun masa depan Indonesia.
"Dengan memahami sejarah peran santri dalam melahirkan Pancasila, kita dapat lebih menghargai betapa pentingnya nilai-nilai Pancasila dan ideologi santri dalam kehidupan kita sehari-hari," tutur Gus Haris.
"Ini membantu kita memahami betapa pentingnya menjaga dan merawat nilai-nilai ini, terutama di tengah tantangan yang kita hadapi saat ini sebagai bangsa," tegas Gus Haris.
Membumikan Pancasila dengan Gaya Santri
Ketika ditanya tentang bagaimana santri membumikan Pancasila dengan gaya mereka sendiri, Gus Haris memberikan jawaban yang inspiratif dan penuh harapan.
"Santri, dengan pendidikan mereka yang mendalam tentang agama dan moral, serta dedikasi mereka terhadap pelayanan dan kerja keras, sangat siap untuk membumikan Pancasila dalam gaya mereka sendiri," kata Gus Haris.
Gaya santri dalam membumikan Pancasila ditandai dengan pendekatan yang tenang, rendah hati, dan berfokus pada aksi nyata. "Santri tidak hanya berbicara tentang Pancasila, tetapi mereka menunjukkan bagaimana nilai-nilai ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," kata Gus Haris.
Pendekatan ini melibatkan berbagai elemen, termasuk kerja sama, kerendahan hati, dan penghormatan terhadap orang lain, yang semua merupakan aspek penting dari Pancasila dan ideologi santri. Misalnya, santri menerapkan prinsip gotong royong dalam kehidupan sehari-hari mereka. Baik di pesantren maupun di komunitas mereka, sebagai bentuk aplikasi praktis dari sila keempat Pancasila.
"Jadi santri siap dan mampu untuk membumikan Pancasila dengan cara yang sangat otentik dan efektif, karena gaya mereka yang khas dan nilai-nilai yang mereka pegang," kata Gus Haris.
"Saya yakin bahwa dengan semangat dan dedikasi mereka, santri dapat menjadi pemimpin dan pelopor dalam membumikan Pancasila di era modern ini," tambahnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |