Idul Adha: Inspirasi Pengorbanan dan Nasionalisme Melawan Neoglobalisme

TIMESINDONESIA, MALANG – Di tengah gejolak arus globalisasi yang terus merambah ke berbagai aspek kehidupan, perayaan Idul Adha muncul sebagai jendela inspirasi pengorbanan dan nasionalisme yang mampu menghadapi tantangan neoglobalisme. Idul Adha, juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, bukan hanya merupakan momen keagamaan penting bagi umat Muslim, tetapi juga menawarkan pesan universal tentang pengorbanan yang dapat menginspirasi kita semua, terlepas dari latar belakang agama atau kepercayaan.
Pada hari yang sakral ini, umat Muslim di seluruh dunia mengikuti tradisi kurban dengan menyembelih hewan yang telah dipilih dengan hati-hati. Tindakan ini melambangkan kesediaan untuk berkorban dan berbagi dengan sesama manusia. Namun, pesan di balik kurban tidak hanya terbatas pada tindakan nyata membagikan daging kepada yang membutuhkan. Ia juga mengajarkan kita tentang pentingnya mengorbankan ego dan kepentingan pribadi demi kebaikan bersama.
Advertisement
Saat ini, dunia telah menjadi semakin terhubung melalui kemajuan teknologi dan konektivitas global. Globalisasi telah membawa banyak manfaat, seperti pertukaran budaya dan peluang ekonomi yang lebih luas. Namun, sisi lain dari fenomena ini adalah adanya pengaruh neoglobalisme yang mengancam identitas nasional dan keberagaman budaya suatu bangsa.
Dalam konteks ini, nilai-nilai yang ditekankan oleh Idul Adha menjadi relevan dan penting. Inspirasi pengorbanan yang dapat kita ambil dari perayaan ini membawa kita kembali kepada esensi kemanusiaan. Ketika kita berbagi dengan orang lain, baik itu dalam bentuk materi maupun waktu, kita membangun ikatan yang kuat dan saling melengkapi antara individu dan masyarakat.
Lebih dari itu, inspirasi pengorbanan juga mendorong kita untuk mengesampingkan egoisme dan mencari solusi kolektif atas masalah yang dihadapi umat manusia saat ini. Dalam era neoglobalisme yang serba cepat dan individualistik, melibatkan diri dalam kegiatan sosial dan berkontribusi pada masyarakat menjadi semakin penting.
Dengan saling menguatkan dan berbagi beban, kita mampu melawan pengaruh negatif globalisasi yang mengaburkan nilai-nilai lokal dan tradisi.
Namun, konsep pengorbanan yang terinspirasi dari Idul Adha tidak terbatas pada ranah sosial dan budaya saja. Ia juga memiliki implikasi yang kuat dalam konteks nasionalisme. Nasionalisme yang sehat dan positif adalah jalan tengah antara isolasionisme sempit dan kehilangan identitas budaya dalam arus globalis .
Nasionalisme yang sehat dan positif adalah jalan tengah antara isolasionisme sempit dan kehilangan identitas budaya dalam arus globalisasi. Dalam konteks suksesi kepemimpinan Indonesia pada Pemilu 2024, inspirasi pengorbanan dari Idul Adha dapat menjadi landasan untuk memilih pemimpin yang mampu menghadapi tantangan neoglobalisme dengan mempertahankan jati diri dan kepentingan nasional.
Pemilihan pemimpin negara adalah momen krusial dalam menentukan jalan yang akan ditempuh oleh suatu bangsa. Dalam menghadapi arus globalisasi yang kuat, penting bagi pemimpin yang terpilih untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang identitas nasional, keberagaman budaya, dan kepentingan rakyat. Mereka harus mampu memadukan kepentingan nasional dengan tantangan global, tanpa mengorbankan kedaulatan dan kemandirian negara.
Inspirasi pengorbanan dari Idul Adha mengajarkan kita untuk mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Pemimpin yang terpilih harus memiliki integritas tinggi, mempunyai komitmen yang kuat untuk mengabdi kepada rakyat, dan siap mengorbankan kepentingan pribadi demi kemajuan bangsa. Mereka harus bersedia berkorban waktu, energi, dan sumber daya untuk membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.
Selain itu, pemimpin yang berkualitas juga harus memiliki wawasan global yang luas. Mereka harus mampu mengambil manfaat dari arus globalisasi, seperti peluang ekonomi dan teknologi, sambil tetap menjaga kedaulatan negara dan keunikan budaya.
Dalam konteks neoglobalisme, pemimpin yang baik perlu memiliki kepekaan terhadap dampak negatif yang mungkin timbul, seperti hilangnya lapangan kerja, ketimpangan ekonomi, atau kepunahan budaya lokal. Mereka harus mampu mengambil kebijakan yang melindungi kepentingan nasional dan memastikan bahwa manfaat globalisasi dapat dirasakan oleh seluruh rakyat.
Dalam Pemilu 2024, kita sebagai pemilih memiliki tanggung jawab untuk memilih pemimpin yang memiliki visi jangka panjang, komitmen yang kuat terhadap kepentingan nasional, dan kemampuan untuk menghadapi tantangan global. Inspirasi pengorbanan dari Idul Adha harus menjadi pijakan dalam memilih pemimpin yang tidak hanya berbicara tentang nasionalisme, tetapi juga mampu menerjemahkannya ke dalam tindakan nyata.
Dalam menghadapi era neoglobalisme, penting bagi pemimpin yang terpilih untuk berkolaborasi dengan negara-negara lain dalam skala internasional. Namun, kolaborasi tersebut harus didasarkan pada prinsip-nilai nasionalisme yang kuat dan pengorbanan untuk kepentingan bersama.
Pemimpin yang terpilih harus mampu menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan negara-negara lain, sambil tetap menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional.
Selain itu, pemilihan pemimpin pada Pemilu 2024 juga harus memperhatikan aspek kepemimpinan yang inklusif dan mengedepankan persatuan. Inspirasi pengorbanan dari Idul Adha mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan dan keberagaman dalam masyarakat. Pemimpin yang terpilih harus mampu memimpin dengan adil, menghormati hak asasi manusia, dan memperjuangkan kesetaraan bagi semua warga negara, tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang budaya.
Tantangan neoglobalisme juga menuntut pemimpin yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu global yang kompleks, seperti perubahan iklim, keberlanjutan, dan perdagangan internasional. Pemimpin yang terpilih harus memiliki visi yang jelas tentang bagaimana menghadapi tantangan ini secara berkelanjutan, sambil tetap menjaga keberlanjutan ekonomi dan sosial di tingkat nasional.
Dalam konteks suksesi kepemimpinan Indonesia pada Pemilu 2024, inspirasi pengorbanan dan nasionalisme yang diwujudkan dalam perayaan Idul Adha dapat menjadi landasan penting dalam memilih pemimpin yang mampu melawan pengaruh negatif neoglobalisme. Pemimpin yang terpilih harus memiliki integritas, komitmen terhadap kepentingan nasional, dan mampu menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan negara-negara lain.
Sebagai pemilih, kita memiliki tanggung jawab untuk memilih pemimpin yang memiliki visi yang luas, pemahaman yang mendalam tentang tantangan global, dan kemampuan untuk menghadapinya dengan bijaksana.
Inspirasi dari Idul Adha mengajarkan kita tentang pentingnya pengorbanan, keadilan, dan persatuan dalam membangun bangsa yang kuat dan berdaulat di tengah arus globalisasi. Dengan memilih pemimpin yang memegang nilai-nilai ini, kita dapat melawan neoglobalisme dan membangun masa depan yang berkelanjutan untuk Indonesia yang kita cintai. (*)
* Penulis adalah Gus Edy Hayatullah, ketua Pagar NKRI.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |