TIMESINDONESIA, JAKARTA – Para peneliti telah menemukan planet diluar tata surya kita (exoplanet) yang sangat panas dengan awan logam planet paling terang yang ditemukan yang dikenal sebagai Planet LTT9779b.
LTT9779b jaraknya sekitar 260 tahun cahaya dari Bumi, adalah planet paling terang yang dikenal di luar tata surya kita.
Advertisement
Para ilmuwan itu mengumumkan pada hari Senin, bahwa telah ditemukan dunia yang terik dengan suhu hingga 2.000 derajat Celcius (lebih dari 3.600 derajat Fahrenheit), di mana silikat dan logam seperti kaca mendidih menjadi awan.
Pengumuman tersebut diterbitkan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) .
Planet paling terang yang ditemukan di luar tata surya kita hingga saat ini, LTT9779b telah digambarkan oleh para peneliti sebagai planet yang seharusnya tidak ada.
Planet seukuran Neptunus ini terletak dekat dengan bintangnya, mengorbitnya setiap 19 jam. Ini adalah sisi planet yang menghadap bintang yang memiliki suhu sekitar 2.000 derajat Celcius.
LTT9779b ini awalnya ditemukan oleh NASA pada tahun 2020, tetapi penemuan terbaru dibuat dalam studi lanjutan oleh teleskop ruang angkasa Cheops bercak ekstrasurya Badan Antariksa Eropa.
Para peneliti menemukan bahwa planet ini merupakan teka-teki sejak awal karena reflektifitasnya yang tinggi, juga disebut albedo dalam terminologi ilmiah.
Sebagian besar planet dan bulan memiliki albedo rendah karena mereka menyerap, bukan memantulkan cahaya, kecuali termasuk dunia es seperti Europa satelit Jupiter atau yang berawan seperti Venus.
Meskipun memantulkan seperti cermin, para peneliti mengatakan, LTT9779b tampaknya terlalu panas untuk awan, meskipun terbuat dari logam atau kaca.
Ternyata atmosfer LTT9779b juga sangat jenuh dengan uap logam dan silikat sehingga tetesan memang terbentuk, termasuk tetesan hujan yang tersusun dari titanium.
"Untuk menguapkan kamar mandi, anda bisa mendinginkan udara hingga uap air mengembun, atau anda bisa membiarkan air panas tetap mengalir hingga terbentuk awan karena udara sudah sangat jenuh dengan uap sehingga tidak dapat menahannya lagi," kata salah satu penulis studi di jurnal Astronomi dan Astrofisika, Vivien Parmentier.
Selain Bulan, objek paling terang di langit malam kita adalah planet Venus, yang lapisan awan tebalnya memantulkan sekitar 75% cahaya Matahari. Sebagai perbandingan, Bumi hanya memantulkan sekitar 30% sinar matahari yang masuk.
Tetapi sekarang untuk kali pertama para astronom menemukan sebuah planet ekstrasurya yang bisa menandingi kemilau Venus, yakni planet LTT9779 b itu.
Pengukuran terperinci baru oleh misi Cheops ESA mengungkapkan bahwa planet ini memantulkan 80% cahaya yang menyinari bintang induknya.
Pengukuran presisi tinggi Cheops adalah tindak lanjut yang ditargetkan dari penemuan dan karakterisasi awal planet ini pada tahun 2020 oleh misi TESS NASA dan instrumen berbasis darat seperti instrumen ESO HARPS di Chile.
Planet ekstrasurya seukuran Neptunus ini menjadikannya "cermin" terbesar di alam semesta yang kita kenal sekarang.
Alasan reflektifitasnya yang tinggi itu karena tertutup oleh awan metalik. Awan metalik ini sebagian besar terbuat dari silikat, bahan yang sama dengan pasir dan kaca, dicampur dengan logam seperti titanium.
"Bayangkan dunia yang terbakar, dekat dengan bintangnya, dengan awan logam berat melayang tinggi, menghujani tetesan titanium,” kata astronom di Universitas Diego Portales dan CATA (Santiago, Chile), James Jenkins.
Menjadi berkilau bukan satu-satunya hal yang mengejutkan tentang LTT9779 b ini.
Ukuran dan suhunya membuat LTT9779b disebut 'Neptunus sangat panas', tetapi tidak ada planet lain dengan ukuran dan massa seperti ini yang ditemukan mengorbit begitu dekat dengan bintangnya. Ini berarti ia hidup di tempat yang dikenal sebagai 'gurun Neptunus yang panas'.
Planet LTT9779b ini memiliki radius 4,7 kali lebih besar dari Bumi, dan satu tahun di planet LTT9779 b ini hanya membutuhkan waktu 19 jam. Semua planet yang ditemukan sebelumnya yang mengorbit bintangnya dalam waktu kurang dari satu hari adalah 'Jupiter panas' - raksasa gas dengan radius setidaknya sepuluh kali lebih besar dari Bumi atau planet berbatu yang lebih kecil dari dua jari-jari Bumi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |