Facebook Menjadi Media Sosial Paling Banyak Memberikan Literasi Al-Quran
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Survei "Potensi Literasi Al-Quran Masyarakat Indonesia" yang telah diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Bimas Islam Kemenag RI) menemukan hasil yang cukup menarik.
Melalui survei Bimas Islam Kemenag yang dilakukan di 34 Provinsi dan tiap-tiap Provinsi diambil 2 Kabupaten, 1 Kota dan 1 Ibukota Provinsi dengan total jumlah responden sebanyak 10.347 orang, hasil literasi Al-Quran dari media sosial memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan kompetensi Baca dan Tulis Al-Quran umat muslim di Indonesia.
Advertisement
“Skor literasi Al-Quran responden yang pernah mendapatkan literasi Al-Quran dari media sosial 72,9403, sementara skor responden yang tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut 45,0590,” kata Direktur Penerangan Agama Islam (Penais) Ditjen Bimas Islam Kemenag, Ahmad Zayadi saat menyampaikan hasil survei di Jakarta pada Rabu (11/10/2023).
Mendampingi Direktur Penais Ditjen Bimas Islam Kemenag Ahmad Zayadi, Direktur Riset Lembaga Kajian Kurikulum dan Kebijakan Pendidikan Universitas Indonesia (LK3P UI), Farhan Muntaha mendetailkan, media sosial yang paling banyak memberikan literasi Al-Quran adalah Facebook.
“Dari responden yang menjawab pernah mendapatkan literasi digital dari Media Sosial, Facebook menjadi yang tertinggi dengan persentase mencapai 47.93%. Sedangkan media sosial lainnya seperti YouTube, Instagram dan Twitter berada dibawah Facebook,” kata pria yang akrab disapa Farhan.
Farhan juga mengungkapkan dari enam indikator yaitu mengenali huruf dan harakat, membaca susunan huruf menjadi kata, membaca ayat dengan lancar, membaca Al-Qur'an dengan lancar sesuai dengan kaidah tajwid dasar dan tanpa kesalahan, menulis huruf Al-Quran dan menulis kata dan kalimat Al-Quran, paling banyak konten yang didapatkan dari media sosial adalah membaca Al-Qur'an dengan lancar sesuai dengan kaidah tajwid dasar dan tanpa kesalahan.
“Membaca Al-Qur'an dengan lancar sesuai dengan kaidah tajwid dasar dan tanpa kesalahan itu sebesar 52.50% disusul dengan konten membaca ayat dengan lancar, mengenali huruf dan hararakat, membaca susunan huruf menjadi kata, menulis huruf Al-Quran dan terakhir adalah konten menulis kata dan kalimat Al-Quran,” jelasnya.
Menyikapi tren tersebut, Ahmad Zayadi yang tidak bisa membatasi masyarakat muslim Indonesia untuk mengakses konten di media sosial ini mengingatkan agar tetap belajar Al-Quran dari para pengajar Al-Quran baik di majelis talim maupun tempat pengajian lainnya.
“Kita mendorong agar masyarakat pun mendapatkan guru-guru Al-Quran, sehingga dari mereka akan mendapatkan konfirmasi tentang benar tidaknya bacaannya dan sekaligus ini menjadi penguat bahwa apa yang mereka pelajari itu telah mendapatkan pembenaran dari gurunya,” ungkapnya.
“Dan dengan cara semacam itu maka kemudian masyarakat memiliki sanad keilmuan Al-Quran, ini penting, karena sekali lagi harus ada bimbingan Ustad pada saat kita mempelajari baca tulis Al-Quran ini,” tandas Ahmad Zayadi. (D)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Rizal Dani |