Tekno

Harvard Modifikasi Ukuran Baterai Kendaraan Listrik

Minggu, 18 Februari 2024 - 09:20 | 30.94k
Seorang pria mengisi ulng daya baterai kendaraan listriknya (EV). (Foto: hryshchyshen/Freepik)
Seorang pria mengisi ulng daya baterai kendaraan listriknya (EV). (Foto: hryshchyshen/Freepik)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menyadari peran kritis baterai dalam kinerja dan keberlanjutan EV, peneliti dari Harvard memodifikasi baterai kendaraan lstrik (EV) menjadi baterai padat. Penelitian ini dilakukan oleh John A. Paulson dari School of Engineering and Applied Sciences (SEAS).

Sudah menjadi rahasia umum bahwa EV menawarkan teknologi yang ramah untuk masa depan. Diketahui, kendaraan listrik berkontribusi pada udara yang lebih bersih dan efisien dibandingkan kendaraan konvensional berbasis mesin pembakaran.

Advertisement

Kendaraan Listrik telah lama dianggap sebagai pionir dalam mengurangi emisi karbon dan melawan perubahan iklim. Namun, potensi penuh EV tergantung pada kemampuan baterai, terutama dalam hal siklus pengisian, efisiensi, dan keamanan.

Sepuluh Kali Lipat Lebih Awet

Harvard dalam hal ini mendukung salah satu mahasiswa mereka dalam melaksanakan penelitian untuk merubah baterai lithium cair menjadi baterai padat. Hal tersebut bertujuan untuk mendorong revolusi mobilitas listrik ke wilayah yang belum dijelajahi.

Hasil penelitian Paulson dipublikasikan dalam dipublikasikan melalui jurnal Nature Materials. Riset tersebut tidak hanya memperkenalkan cara baru pembuatan baterai padat dengan anoda logam litium tetapi juga membuka wawasan baru tentang material-material yang potensial merevolusi industri ini.

Baterai dengan anoda logam litium menjanjikan kapasitas sepuluh kali lipat dari anoda grafit komersial. Peningkatan ini dapat secara drastis meningkatkan jarak tempuh kendaraan listrik, faktor krusial dalam adopsi yang meluas.

"Baterai EV tesla model X atau Audi e-tron mampu menampung daya 90 kWh sekali cas dan dapat menempuh jarak hingga 402 kiometer," ungkap TechnoSpace2 dalam laman mereka. Bayangkan saja jika model baterai terbaru ini memiliki kekuatan 10 kali lipat. 

Salah satu tantangan berkelanjutan dalam desain baterai ini adalah pembentukan dendrit pada permukaan anoda. Dendrit, yang mirip akar, merupakan risiko signifikan karena dapat menembus penghalang yang memisahkan anoda dan katoda, berpotensi menyebabkan korsleting atau kebakaran.

Cangkang Pelindung yang Kuat

Penelitian Harvard mengatasi tantangan ini dengan memperkenalkan partikel silikon berukuran mikron di anoda, menawarkan solusi inovatif untuk menghambat pembentukan dendrit.

Desain unik, sebagaimana dijelaskan oleh Xin Li, Profesor Asosiasi Ilmu Bahan di SEAS dan penulis senior makalah, memastikan bahwa logam litium melingkupi partikel silikon, menciptakan lapisan pelindung mirip "cangkang cokelat keras di sekitar inti hazelnut dalam cokelat truffle."

Ini tidak hanya meningkatkan keamanan tetapi juga berkontribusi pada efisiensi dan umur panjang baterai. "Kami membungkus partikel silikon dengan logam lithium. Seperti cangkang lluar kacang yang kuat," ungkapanya. 

Ukuran Lebih Kecil

Ukuran baterai padat tersebut juga lebih kecil. ukuran baterai EV pada umumnya berukuran 14 mm kli 50 mm. Namun ukuran baterai padat yang dihasilkan oleh Harvard ini hanya sebesar ukuran amplop surat saja.

Bahkan, digadang-gadang, telah ada perusahan yang berhasil menciptakan ukuran baterai kendaraan listrik sebesar layar smartphone saat ini. Pastinya ini menajdi terobosan masa depan yang ditunggu-tunggu. 

Terobosan Harvard dalam baterai padat menandai langkah kritis menuju implementasi praktis dalam berbagai aplikasi industri dan komersial, khususnya dalam konteks Kendaraan Listrik. S

Penelitian ini menjadi lebih signifikan dalam konteks pergeseran global menuju mobilitas listrik. Ketika pemerintah dan industri di seluruh dunia berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon, kontribusi Harvard memiliki potensi untuk mempercepat adopsi Kendaraan Listrik dalam skala yang lebih besar.

Penggabungan siklus pengisian yang meningkat, kemampuan pengisian cepat, dan teknik mitigasi dendrit yang inovatif menempatkan penelitian Harvard sebagai kekuatan pendorong di balik revolusi mobilitas listrik. Tentunya hal ini akan membawa kita ke era di mana transportasi yang lebih bersih dan berkelanjutan bukanlah sekadar konsep tetapi kenyataan yang nyata.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khodijah Siti
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES