TIMESINDONESIA, JAKARTA – Projection mapping atau juga dikenal sebagai Spatial Augmented Reality (SAR), telah menjadi sebuah inovasi unggul dalam dunia teknologi modern dan industri seni.
Melalui kombinasi cahaya geometri yang sesuai dengan permukaan yang komples, projection mapping membawa dunia virtual ke dalam lingkungan yang nyata sehingga menciptakan pengalaman audio dan visual yang tak tertandingi. Namun, apakah projection mapping?
Advertisement
Projection mapping merupakan sebuah teknik di mana gambar diproyeksikan ke permukaan yang memungkinkan munculnya objek tiga dimensi yang berfungsi sebahai layer interaktif. Bukan hanya memproyeksikan suatu gambar, namun projection mapping juga dapat menyelaraskan visual yang diproyeksikan sedemikian rupa untuk menciptakan sebuah efek visual yang spektakuler. Sejak 1990-an, praktik pemetaan proyeksi telah berkembang pesat, terutama di bidang seni visual dengan dukungan teknologi digital.
Projection Mapping Lille Masonic Temple. (Foto: Video Mapping Festival)
Projection mapping sebenarnya telah digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk dukungan visual dala pementasan musik dan promosi pariwisata. Sebagai contoh dalam pementasan musik Dhira Bongs, projection mapping digunakan sebagai bentuk inovasi media.
Sebaliknya, di Kota Eshfan, Irlandia, projection mapping sering kali digunakan dalam meningkatkan informasi terkait sejarah dan topik pariwisata dengan cara menampilkan konten video motion graphic pada bangunan bersejarah. Sama hal nya dengan Irlandia, di Grathem Chapel, Belgia, juga menggunakan projection mapping ini digunakan untuk menigkatkan antusiasme turis dengan menambahkan efek visual dramatis pada bangunan bersejarah.
Tak hanya dalam industri seni dan pariwisata, proyeksi mapping juga memiliki potensi edukatif yang signifikan. Seperti halnya dalam upaya penigkatan kualitas Pendidikan, peneliti telah mengembangkan animasi storytelling berbasis projection mapping untuk mata pelajaran seni budaya di SMP Lab School UPI Cibiru.
Projection Mapping yang digunakan saat malam KTTKe-43 Asean. (Foto: Kemenparekraf/Baparekraf Ri)
Selain itu, di Indonesia juga telah memanfaatkan projection mapping dalam jamuan makan malam saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN di Jakarta.
Projection mapping sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2008-2009 untuk menciptakan sebuah visualisasi sederhana. Seiring berjalannya waktu, tren projection mapping semakin berkembang di Indonesia.
Dr. Huwaidi, Nandiyanto, A.B.D., dan Muhammad N. juga mengungkapkan bahwa dengan menggunakan teknologi digital, kita dapat menciptakan media pembelajaran yang interaktif dan menarik, ujarnya dalam penelitian mereka tentang online learning media selama pandemi COVID-19.
Dalam pelaksanaanya projection mapping telah menunjukkan kemampuan yang samgat unggul dalam penggabungan kreativitas dan inovasi teknologi. Degan pengaplikasiannya yang luas di dalam berbagai industri, termask seni, pariwisata, dan Pendidikan, projection mapping telah menjadi sebuah teknogi yang menarik dan dinamis dalam era digital. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |