
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi mobil otonom telah menjadi sorotan utama di industri otomotif. Dengan janji untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dan meningkatkan keselamatan di jalan, banyak orang yang bertanya: “apakah mobil otonom benar-benar lebih aman dibandingkan dengan pengemudi manusia?”
Keunggulan Teknologi Mobil Otonom
Mobil otonom dirancang untuk mengurangi kesalahan manusia yang sering kali menjadi penyebab utama kecelakaan. Menurut data dari National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) sekitar 94 persen kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh kesalahan manusia. Dengan mengunakan sensor canggih, kamera, dan algoritma pembelajaran mesin, mobil otonom dapat mendeteksi lingkungan sekitar dengan mengambil keputusan dalam waktu yang sangat singkat.
Advertisement
Elon Musk, pemilik mobil Tesla yang menerapkan teknologi mobil otonom. dalam beberapa kesempatan, telah menyatakan keyakinannya bahwa mobil otonom akan mengubah wajah transportasi.
“Saya percaya bahwa mobil otonom akan mengurangi jumlah kecelakaan secara signifikan,” ujarnya dalam sebuah wawancara. Ia menambahkan bahwa teknologi yang ia kembangkann oleh Tesla mampu belajar dari jutaan kilometer data yang dikumpulkan dari kendaraan mereka di jalan raya. “Setiap kali mobil kami beroperasi, ia belajar dan menjadi lebih baik,” jelasnya.
Statistik Kecelakaan dan Mobil Otonom
Meskipun klaim tersebut menarik, data mengenai keamanan mobil otonom masih terbatas. Beberapa studi menunjukkan bahwa kendaran otonom dapat mengurangi kecelakaan hingga 90%. Namun, ada juga laporan tentang kecelakaan yang melibatkan kendaraan otonom. Misalnya, pada tahun 2018, sebuah mobil Tesla yang sedang dalam mode autopilot terlibat kecelakaan fatal saat menabrak truk. Insiden ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa siap teknologi ini untuk digunakan secara luas.
Tantangan dan Risiko
Selain masalah teknis, ada juga tantangan etis dan hukum yang harus dihadapi. Siapa yang akan bertanggung jawab jika terjadi keceakaan? Apakah itu produsen mobil, pemilik kendaraan, atau bahkan pembuat perangkat lunak? Pertanyaan ini belum sepenuhnya terjawab dan menjadi perhatian serius bagi regulator di seluruh dunia.
Dr. Raj Rajikumar, seorang professor di Carnegie Mellon University dan ahli dalam bidang kendaraan otonom, menyatakan bahwa meskipun teknologi terus berkembang, masih ada risiko yang harus diperhitungkan. “Kendaraan otonom mungkin lebih baik dalam situasi tertentu, tetapi mereka juga bisa menghadapi tantangan yang tidak terduga,” ujarnya. Dia menekankan pentingnya pengujian menyeluruh sebelum teknologi ini diterapkan secara luas.
Saat ini, masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah mobil otonom lebih aman dibandingkan dengan pengemudi manusia. Meskipun teknologi ini menawarkan potensi untuk meningkatkan keselamatan di jalan raya secara signifikan, tantangan teknis dan etis tetap ada. Elon Musk dan para pendukung teknologi ini optimis tentang masa depan kendaraan otonom, namun skeptisme dari kalangan akademisi dan masyarakat umum menunjukkan bahwa perjalanan menuju penyempurnaan teknologi tersebut masih panjang.
Dengan semua faktor ini dipertimbangkan, penting bagi kita untuk terus memantau perkembangan dalam industri otomotif dan kebijakan publik terkait kendaraan otonom. Hanya waktu yang akan memberi tahu apakah kita benar-benar siap untuk mempercayakan nyawa kita kepada mesin atau sebaliknya, pengemudi manusia masih akan menjadi pilihan terbaik di jalan raya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |