Situs Balekambang, Peninggalan Historis yang Sepi Pengunjung

TIMESINDONESIA, BLITAR – Kabupaten Blitar ternyata menyimpan potensi wisata sejarah yang menarik melalui situs Umpak Balekambang yang terletak di Desa Modangan, Kecamatan Nglegok. Sayangnya, situs yang dibangun era Kerajaan Kediri ini sepi pengunjung karena banyaknya bangunan situs yang hilang sehingga mengurangi kecantikan cagar budaya ini.
Situs yang dibangun era Kerajaan Kediri ini terdiri dari sekitar 36 umpak batu yang berjajar-jajar dengan orientasi ke arah utara.
Advertisement
Situs ini terbagi menjadi tiga teras, dengan teras pertama berupa halaman kosong. Menuju teras ke dua dijumpai adanya stuktur tangga yang menghadap ke selatan. Pada teras tersebut terdapat lima umpak.
Menuju teras ke-tiga tidak dijumpai adanya struktur tangga. Pada teras ini terdapat 10 baris umpak yang setiap barisnya ditempati tiga buah umpak. Sekitar lima meter di depan barisan umpak dijumpai sebuah umpak yang kemungkinan bagian dari teras ke-dua.
Ditilik dari sisa bangunan yang ada, diperkirakan bentuk asli Situs Umpak Balekambang adalah bangunan semacam pendopo. Lokasi situs ini berdekatan dengan Candi Penataran dan Arca Warak.
Menurut cerita dari budayawan Handik Eko Wahyudi, bale kambang dulunya adalah merupakan tempat bersemadi dan istirahat dari raja-raja mulai dari jaman kerajaan Kediri dimasa Dhandang Gendhis sampai Jaman Majapahit diera Rajasa Negara (Hayam Wuruk).
Keberadaan bale kambang mulai tercatat dalam kitab negarakertagama dimasa pemerintahan Ratu Tribuana Tunggadewi.
“Dulunya bangunan dari bale kambang juga masih menganut aturan tiga tingkat, dimana pada tingkat paling akhir atau tingkat ke-tiga yang digunakan olah raja-raja untuk mendekatkan diri pada Sang Hyang Widi Wasa untuk mendapatkan petunjuk demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya," Handik kepada BLITARTIMES, Sabtu (25/12/2015).
“Selain itu di Bale Kambang ini juga para raja-raja juga meminta petunjuk kepada Sang Pencipta ketika bencana Gunung Kelud melanda kawasan ini,” lanjutnya.
Dulunya di pinggiran balekambang merupakan kolam yang dibuat mengelilingi bale. maka dari itu kenapa diberi nama Bale Kambang yang filosofinya berarti bale yang mengambang diatas permukaan air.
Menurut Handik, yang merusak situs ini adalah warga pribumi sekitar tahun 1965. Batu-batu pada bangunan ini diambil warga setempat untuk bahan bangunan.
“Batu-batu itu juga berwujud jalan yang menghubungkan ke Candi Penataran dan Arca Warak, diambil oleh warga setempat untuk bahan bangunan”. Ungkap Handik.
Kambali ke BaleKambang, untuk menemukan situs ini tidaklah sulit. Dari pasar penataran kita mengambil arah ke kiri jika dari Blitar, yaitu arah ke desa Modangan. Dari pasar penataran kira-kira perjalanan sekitar 1,5km.
Kemudian sebelum Kantor Desa modangan ada jalan setapak kita masuk ke utara sekitar 500 meter. Disinilah letak cagar budaya situs Bale Kambang.
Namun Situs ini masih sangat sepi dari pengunjung. Menurut Handik hal ini terjadi dikarenakan bentuk bangunan yang tidak menarik terlebih lokasi berada di tengah lokasi perkebunan.
Secara visual situs ini berupa umpak batu yang berjumlah 36 buah dan diatur secara membujur keutara dan menyamping ke barat ketimur berjajar tiga serta menghadap ke arah Gunung Kelud.
Situs Bale Kambang yang berada di area seluas 25 x 28 meter ini benar-benar terawat dengan bersih, tanaman perdu yang menjadi pembatasnya pun juga tertata rapi. Walaupun masih sepi pengunjung, tapi tempat ini juga perlu dirawat untuk terus ditelusuri kisah kejayaanya di masa lalu.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |