Sumber Jenon, Mata Air Ratusan Tahun yang Dipercaya Menyehatkan

TIMESINDONESIA, MALANG – Sebuah kolam pemandian alam yang bersumber dari mata air berusia ratusan tahun berada di Desa Gunung Ronggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang. Pemandian alam yang jernih dan asri ini bernama Sumber Jenon.
Di dalam kolam, terdapat puluhan ikan Dewa atau Sengkaring yang dipercaya telah hidup ratusan tahun, seumur pemandian Sumber Jenon. Pun terdapat pohon Jenu yang berada di dasar kolam.
Advertisement
Menurut cerita yang berkembang, keberadaan Pohon Jenu hingga 'menjelma' menjadi Sumber Jenon, bermula pada 1818.
Adalah seorang laskar Kerajaan Majapahit bernama Mbah Wirogati dan istrinya, Iro melarikan diri usai peperangan besar terjadi. Mereka melarikan diri ke hutan dan mendirikan gubug di perbatasan hutan yang dikenal dengan Sumber Salam. Di lokasi ini, terdapat sumber air tapi sangat kecil.
"Sepasang suami istri ini memilih tinggal di Sumber Salam karena dekat dengan air untuk menyokong kehidupan sehari-hari," tutur Sisyandi, tokoh masyarakat setempat kepada MALANGTIMES.
Hidup dengan bercocok tanam padi dan jagung, mereka menggantungkan pada hujan untuk persawahan, atau kini populer disebut tanah tadah hujan. Mereka menyiapkan lumbung untuk cadangan makanan.
Ketika alam berubah karena musim kemarau panjang, lumbung pun kosong. Tak ada lagi bahan untuk diolah. Air yang tak lagi mengalir dari sumber.
Wirogati bersama istrinya pergi mencari air. Mereka "babat alas" berjalan sejauh 4,5 kilometer. Jalan yang dilaluinya, kini menjadi jalan utama Desa Gunung Ronggo.
Mereka berhenti dan bersila di bawa pohon tua, bernama Pohon Jenu. "Pohon Jenu sebesar tiang listrik, masih bisa dilihat bawah air Sumber Jenon," ujar Isyandi.
Konon, saat mereka bertapa, pohon Jenu tersebut tiba-tiba mengeluarkan mata air dan akhirnya membentuk kolam besar yang saat ini dsebut Sumber Jenon.
Masyarakat setempat meyakini bahwa Mbah Wirogati telah moksa, sedangkan istrinya, Mbah Iro meninggal dan dimakamkan di Desa Gunung Ronggo.
Pemandian Sumber Jenon yang telah ada ratusan tahun, menjadi aset yang dikelola pemerintah desa setempat, melalui karang taruna. Berada di area seluas 8 ribu meter persegi, sumber air ini turut menghidupi lahan pertanian dan kebutuhan hidup warga desa.
Memasuki hari libur, pengunjung Sumber Jenon bisa mencapai ratusan. Tidak sedikit yang berasal dari luar wilayah Tajinan.
Seperti Diki (30), pengunjung asal Tumpang. Bersama keluarganya, dia baru pertama kali mengunjungi Sumber Jenon. "Saya tahu tempat ini dari teman. Saya ajak ibu saya," ujar pria yang bekerja di minimarket modern ini.
Air Sumber Jenon yang dingin dan jernih, dipercaya dapat menyembuhkan penyakit sehingga banyak yang datang berendam berlama-lama.
Cukup dengan uang Rp 2 ribu hingga Rp 10 ribu, pengunjung dapat masuk Sumber Jenon plus memarkir kendaraaan dengan aman.
Kondisi yang alami, tidak berarti dibiarkan tanpa sentuhan. Perlu kepedulian pemerintah daerah untuk turut mengembangkan aset wisata bernilai sejarah ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Sumber | : = |