Wisata

Larung Sesaji, Ritual Syukur Nelayan yang Menjadi Tradisi

Selasa, 18 Oktober 2016 - 10:49 | 228.40k
Para nelayan saat melepas jolen. Terlihat sejumlah perahu nelayan lainnya yang mengikuti dari belakang. (Foto: Mahrus/TIMES Indonesia)
Para nelayan saat melepas jolen. Terlihat sejumlah perahu nelayan lainnya yang mengikuti dari belakang. (Foto: Mahrus/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JEMBERSejak Selasa (18/10/2016) pagi, ratusan nelayan dan warga Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur, memadati pelabuhan kecamatan setempat. Mereka mengikuti larung sesaji atau petik laut yang dilaksanakan setiap setahun sekali pada Bulan Suro atau Muharram dalam penanggalan Islam. 

Arak-arakan sesaji, yang dalam istilah masyarakat setempat disebut jolen, dipikul bersama-sama dari kantor desa menuju pelabuhan yang berjarak sekitar 500 meter. Sesampainya di pelabuhan, tujuh jolen itu diletakkan di dua perahu yang telah disiapkan untuk kemudian dilarung ditengah lautan secara bersama-sama. 

Advertisement

Jolen adalah sesaji yang berasal dari hasil pertanian dan laut. Hasil alam itu disusun menyerupai gunung. Ada yang berupa nasi kuning yang puncaknya diberi kepala kambing dan buah-buahan serta sayur mayur. Hasil laut seperti ikan juga menjadi salah satu bahan pembuatan jolen itu. 

Dari tujuh jolen itu, ada satu yang akan menjadi rebutan para nelayan saat dilepas di tengah laut. Jolen ini berbentuk perahu mini, dengan panjang sekitar 5 meter. Nelayan percaya, siapa saja yang berhasil mendapatkan jolen perahu akan mendapat keberuntungan selama setahun ke depan dalam mencari ikan.

Menurut Kepala Desa Puger Kulon, Nurhasan, tradisi ini merupakan ritual syukur masyarakat terhadap karunia alam yang melimpah. Harapannya, nelayan dan petani desa setempat mendapat keberkahan sehingga mendapat kemudahan dalam menjalankan aktifitasnya di kemudian hari. 

"Larung sesaji atau petik laut ini juga dibarengkan dengan sedekah desa. Semoga kedepannya masyarakat di Desa Puger Kulon mendapat berkah yang melimpah," ujarnya. 

Menurut dia, dalam petik laut tahun ini, panitia menyediakan 5 perahu. Perahu itu akan digunakan untuk mengusung sekaligus mengawal pelepasan jolen di tengah lautan. 

"Namun biasanya para nelayan sangat antusias. Puluhan perahu juga akan mengikuti proses pelepasan jolen tersebut," katanya. Times Indonesia, berkesempatan mengikuti prosesi larung sesaji itu di perahu utama yang membawa jolen.

Benar saja, sejak perahu berangkat dari pelabuhan, puluhan perahu nelayan lainnya membuntuti dari belakang. Bahkan ada yang berusaha mendahului.  Suasana kian meriah kala berada di tengah laut, sorak sorai nelayan bersahutan dengan suara musik yang berdentum dari sound sistem yang dibawa perahu nelayan. 

Di tengah keriuhan, tiba-tiba suara sound sistem berhenti seketika. Ketika itulah sesepuh desa mulai membaca do'a. Susana berubah hening, hanya kata amin yang mengiringi lantunan doa itu. Sejurus kemudian, satu persatu jolen dilepaskan. Puluhan perahu yang sedari tadi mengikuti, sontak bergerak merapat ke perahu pembawa jolen.

Mereka telah bersiap berebut berkah. Bahkan sebagian diantara mereka, hanya mengenakan cawat dan bersiaga terjun di laut.  Bagi para nelayan yang berebut jolen, lautan tak ubahnya seperti kolam. Mereka terjun bebas dari atas perahu dan berkejaran mengambil jolen. Beberapa menit kompetisi itu terjadi di tengah laut.

Bagi yang tak kuat, ada kawan yang siap melemparkan ban sebagai bantuan. Perebutan ini pun berakhir, setelah salah soerang nelayan berhasil mendapatkan jolen berbentuk perahu tersebut.

Pantauan Times Indonesia, suasana ini menjadi momentum yang dimanfaatkan oleh wisatawan lokal. Mereka menyewa perahu nelayan setempat untuk menyaksikan tradisi tahunan ini. Bahkan sebagian diantaranya adalah anak-anak dan kaum perempuan. 

Sejumlah fotografer juga terlihat mengabadikan ritual budaya ini. Mereka memotret dari perahu-perahu nelayan lainnya. Setiap momen tak luput dari mata kamera mereka. 

"Selain bernuansa budaya, ritual larung sesaji ini juga menarik minat wisatawan. Mereka ada yang menyewa perahu, tetapi ada juga yang menonton dati tepi pantai.

Karena arak-arakan perahu masih terlihat dari pinggir pantai," katanya, menambahkan. Nurhasan pun berharap, acara serupa pada tahun berikutnya bisa menjadi sarana untuk mengembangkan wisata di daerahnya. Sehingga ada manfaat yang dirasakan oleh warga dan nelayan setempat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES