Wisata

Ini Pesona Bukit Trianggulasi Bagi Petualang

Jumat, 05 Mei 2017 - 01:33 | 192.47k
Panorama Gunung Bromo dan Gunung Batok dari bukit Trianggulasi. (Foto: Istimewa)
Panorama Gunung Bromo dan Gunung Batok dari bukit Trianggulasi. (Foto: Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Namanya Bukit Trianggulasi. Tapi ada juga warga yang menyebutnya dengan Tanggulasih. Belakangan, bukit ini cukup ramai diperbincangkan di media sosial seperti instagram dan facebook, setelah sejumlah akun mengunggah keindahan panorama alam di sana.

Tengok dan intiplah akun Yulius X'tian, Hendra Juga Makanasi, Rohman Spn, atau Hendhy T Purnomo. Foto-foto keindahan panorama alam dari bukit ini, terjalnya medan yang harus dilalui dan keramahan penduduk terekam begitu indah.

Advertisement

Bukit ini terletak di Gunung Ringgit, Dusun Pusung Malang, Desa Sapikerep, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Tingginya 2500 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Bukit-Trianggulasi-2ABsp.jpgPanorama Gunung Bromo dan Gunung Batok dari bukit Trianggulasi. (Foto: Istimewa)

Bila melihat ke selatan, dari bukit ini, Gunung Bromo dan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terlihat jelas dari ketinggian. Permukiman Suku Tengger yang mendiami kawasan Bromo, serta kawasan Sukapura lain, juga terlihat jelas di arah timur. Sementara bila melabuhkan pandangan ke utara, kawasan Probolinggo yang akan terlihat.

Tak hanya indah dan mempesona, bukit ini juga memiliki muatan historikal dan legenda. Bahkan di sini, pengunjung akan disuguhi tradisi kuno turun temurun masyarakat Tengger yang bakal membuat selalu rindu ingin kembali mengunjunginya.

Karena itu, tak heran bila Pemerintah Kolonial Belanda dulu, menjadikan puncak ini sebagai titik Trianggulasi. Ini dibuktikan dengan adanya situs patok sebagai penanda di sana. 

Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber, Trianggulasi adalah mencari titik koordinat dan jarak sebuah titik, dengan mengukur sudut antara titik tersebut dan dua referensi lainnya yang sudah diketahui posisi dan jarak antara keduannya. Teknik ini juga dipakai dalam navigasi darat oleh TNI Angkatan Darat. 

Bagi para pemburu panorama matahari terbit (Sunrise), selfi lover dan penggemar seni fotografi bergenre landscape fotografi maupun human interest, bukit ini laksana surga. Sebab, kehidupan penduduk di kawasan Bromo Tengger, selalu terkesan sangat dramatis jika terbingkai dalam sebuah frame foto.

Bukit di Gunung Ringgit ini juga menawarkan aroma legenda Joko Seger dan Roro Anteng, yang dipercaya sebagai asal muasal Suku Tengger. Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, Gunung Ringgit merupakan anugerah yang diberikan Joko Seger dan Roro Anteng, kepada salah satu dari 25 putranya: Joko Temenggung Keliwung.

Bukit-Trianggulasi-3HCdkL.jpgPengunjung bersama penduduk Pusung Malang (Foto: Yulius Christian for TIMES Indonesia)

Dalam beberapa obrolan bersama TIMES Indonesia, Camat Sukapura, Yulius Christian menyatakan, Bukit Trianggulasi secara lengkap menawarkan kemolekan alam dan historisnya, serta kehangatan tradisi penduduknya.

Dan yang tak kalah penting, juga sensasi irama adrenalin yang berbeda dari objek wisata manapun, khususnya di kawasan TNBTS. Ini karena untuk mencapai bukit ini, pengunjung harus mempersiapkan segala perbekalan untuk perjalanan malam, dan peralatan pribadi yang memadai seperti baju hangat, jaket, sleeping bag, wind stoper, sarung tangan, kaca mata sun glass, sepatu tracking, senter/penerangan. 

Wajib hukumnya untuk menggunakan transportasi khusus, yaitu jeep hardtop yang sudah didesain khusus agar mampu melewati jalur ekstreem menuju Dusun Pusung Malang ini. Dari kantor Desa Sapikerep, waktu tempuh yang diperlukan sekitar 2 jam.

Degup jantung dan desiran adrenalin pengunjung, sudah dimulai sejak awal perjalanan ini. Satu-satunya jalur menuju Dusun Pusung Malang yakni melalui jalan desa menembus kawasan hutan lindung milik Perhutani. Bagi yang menyukai petualangan liar, tentu hal ini  akan terasa sangat menantang. 

Jalur bebatuan yang tak rata penuh tanjakan-turunan curam dan kelokan tajam serta iringan ramai suara serangga dan burung malam, adalah sensasi yang tidak akan pernah terlupakan.

Bukit-Trianggulasi-4eIf8g.jpgJeep 'khusus' sebagai kendaraan menjangkau Bukit Trianggulasi (Foto: Yulius Christian)

Tak cukup di situ, masih tersisa  sekitar 5 kilometer lagi yang harus ditempuh dari Dusun Pusung Malang menuju Bukit Trianggulasi. Jalur yang tersedia adalah menyusuri perkebunan lokal milik warga yang terhampar di seluas lereng Gunung Ringgit ini.

Ojek kentang (tukang ojek motor hasil perkebunan) adalah sarana transportasi yang patut dicoba. Dengan modifikasi khusus pada roda belakang dan peredam kejut, para tukang ojek yang sudah berpengalaman medan ini selalu siap untuk mengantarkan para pencari keindahan menuju pemukiman terakhir tepat dibawah Bukit Trianggulasi. 

Adrenalin anda akan terasa terpacu makin kencang mengikuti laju “ojek kentang” bak seorang crosser yang sedang memacu motocrossnya. Hembusan dinginnya hawa Tengger dan indahnya gemerlap lampu suasana Kota Probolinggo yang mukai busa kita lihat seakan bercampur aduk dengan derasnya adrenalin yang sedang terpacu. 

Namun jika tak cukup nyali untuk menggunakan transportasi ini, atau jika memang pencari keindahan ini adalah seorang penghobi hiking, maka jalan kaki mendaki jalur ini adalah pilihan utama, dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam. 

“Kami memang bersepakat tetap mempertahankan kondisi ekstreem jalur perkebunan ini, karena hal ini nantinya tentu akan berimbas pada meningkatnya penghasilan para tukang ojek kentang yang merupakan penduduk asli Dusun Pusung Malang ini,” kata Yulius.

Bukit-Trianggulasi-57aMf.jpgSalah satu medan menuju Pusung Malang (Foto: Yulius Christian)

Setelah terpapar dinginnya terpaan angin malam Tengger, singgah dan istirahatlah sejenak di rumah-rumah penduduk Pusung Malang ini untuk sekedar menyiapkan tenaga ekstra untuk melakukan perjalanan menuju puncak Trianggulasi. 

Keramahan tegur sapa dan hangatnya suasana dapur khas Tengger akan melengkapi cerita seru perjalanan wisata anti mainstream ini. 
Anda akan menjadi bagian dari tradisi “kepawon”. Yaitu tradisi turun temurun menyambut dan menerima tamu di dapur dengan api tumang yang dibiarkan tetap menyala sebagai penghangat. Beda tipis dengan budaya di Eropa bukan?.

Pemerintah kecamatan dan pemerintah desa setempat, telah menyiapkan beberapa rumah penduduk yang bermukim tepat dibawah bukit Trianggulasi, sebagai peristirahatan sementara bagi para pencari keindahan sembari menunggu sunrise tiba.

“Inilah salah satu komoditi yang ingin kami kenalkan, kami telah berkomitmen bersama Pemerintah Desa dan penduduk sekitar bukit Trianggulasi untuk bersama-sama mengenalkan kearifan lokal kami,” ujar Yulius.

Dan sekali bagi para pencari keindahan yang lebih menyukai menghabiskan malam di dalam tenda, puncak Trianggulasi relatif cukup aman untuk giat mounteneering semacam ini. 

Pemandangan taburan lampu spektakuler Kota Probolinggo dan wilayah sekitarnya, terhampar berkilauan bak lautan intan berlian. Jika langit sedang cerah kerlip gugusan bintang seakan berpadu dengan hamparan lampu kota ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES