
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Event Eksotika Bromo di kaldera lautan pasir Gunung Bromo, telah dimulai, Jumat (7/7/2017) siang. Event yang digelar untuk meramaikan Ritual Yadnya Kasada Suku Tengger itu mempertemukan aneka seni nusantara.
Dimulai sekitar pukul 14.00 WIB, Seni Jaranan Jetak asal Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menjadi pertunjukan pembuka. Kemudian dilanjutkan dengan seni Daul Sakera dari Kabupaten Pamekasan, Madura.
Advertisement
Dalam event ini, pengunjung tak hanya disuguhi kekayaan seni dan budaya nusantara. Melainkan juga menikmati langsung hangatnya seni-budaya nusantara, di tribun kaldera lautan pasir yang disucikan Suku Tengger.
Suasana event Eksotika Bromo saat hari mulai petang (foto: Iqbal/TIMES Indonesia)
Seni Daul Sakera misalnya, menampilkan pertunjukan interaktif dengan mengajak Kapolres Probolinggo, AKBP Arman Asmara Syarifuddin; Kasdim 0820 Probolinggo, Mayor Inf. Teguh; serta beberapa penonton ikut menari.
Bupati Probolinggo, P. Tantriana Sari, juga terlibat dalam atraksi Musik Jegog Suar Agung dari Kabupaten Jembrana, Bali. Bupati terlibat menjadi konduktor musik dengan alat bambu, khas Bali tersebut.
Jegog merupakan musik khas Jembrana. Musik ini hanya punya empat nada, bukan tujuh (dari do sampai si). Musik ini juga hanya menggunakan alat dari bambu. Mulai bambu kecil, sampai yang besar. Namun, suara musiknya sangat menghibur.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno, diberi ruang membacakan memori Raffles tentang Suku Tengger, yang tertuang dalam Buku The History of Java. Buku ini terbit 200 tahun silam.
Penampilan Daul Sakera, Pamekasan (foto: Iqbal/TIMES Indonesia)
Selain Jaranan Jetak, Daul Sakera dan Musik Jegog, juga ada pertunjukan Tari Mahameru dan Jaranan Slining dari Kabupaten Lumajang. Cerita asal muasal Suku Tengger yang mendiami kaki Gunung Bromo, juga ditampilkan lewat Sendratari Kolosal Kidung Tengger.
Sendratari kolosal diiringi puisi Kidung Tengger oleh artis multitalenta Ayushita dan Proborini. Tampil di kaldera lautan pasir dengan latar belakang Gunung Bromo, membuat sendratari benar-benar menemukan konteksnya.
Pertemuan budaya dan seni nusantara itu, dikuatkan dengan nyanyi bersama lagu nasional: Tanah Air, dengan bergandengan tangan. Penonton seolah diajak menghayati kekayaan nusantara lewat lagu tersebut.
Event Eksotika Bromo ini, merupakan yang pertama kali. "Pelaksana dan tuan rumahnya masyarakat, bukan pemerintah. Semoga mampu berkelanjutan dengan konten beragam," kata Bupati Tantri.
Menurut Tantri, Eksotika Bromo sejalan dengan visi-misi Kabupaten Probolinggo. "Beberapa bulan lalu, kami juga meluncurkan City Branding: Endless Probolinggo," katanya saat membuka acara.
Sejumlah tokoh hadir di hari pertama event ini. Antara lain tokoh pendidikan Indonesia, Wardiman Joyonegoro; Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jhon Kenedy; serta ada pula rombongan dari Kemendikbud.
Makin sore, pertunjukan seni di lautan pasir kian indah. Saat matahari tenggelam (sunset), pertunjukan demi pertunjukan terus berlangsung. Pertunjukan baru diakhiri sekitar pukul 18.00 WIB, saat suhu dingin mulai meresap hingga tulang.
Besok, event Eksotika Bromo akan memasuki hari kedua dengan eneka pertunjukan seni budaya lain, yang tak kalah indah. Ada Tari Pepe' Pepe' Baenea Ri Gowa, Sulawesi Selatan; Topeng Gunungsari Tengger, Puisi Kidung Tengger oleh Ine Febriyanti dan lain-lain. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |