Wisata Kabupaten Malang Emas

Listrik Sempurna Masuk Pantai Ngliyep,  Aku Melihat Indonesia

Selasa, 07 November 2017 - 10:27 | 171.71k
Pantai Ngliyep dari berbagai sudut (FOTO-FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesoa)
Pantai Ngliyep dari berbagai sudut (FOTO-FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesoa)
FOKUS

Kabupaten Malang Emas

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sejak zaman Presiden Soekarno, baru sekarang kawasan pantai wisata Ngliyep, di desa Kedungsalam, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur itu mendapat aliran listrik yang sempurna.

Ironis memang, pantai yang sudah mendapat hati masyarakat Indonesia itu ternyata belum pernah menikmati aliran listrik yang sempurna, layaknnya listrik yang dinikmati ralyat selama ini.

Advertisement

Entah mengapa keadaan itu hingga berlarut-larut sampai puluhan tahun. Padahal, komplek wisata ini sudah terkenal dan selalu dipromosikan hingga ke mancanegara.

Terletak di 62 kilometer dari Kota Malang, pantai wisata ini memiliki banyak obyek budaya yang selalu disuguhkan setiap tahun dalam penanggalan Jawa, yaitu tanggal 14, Maulud Nabi yang mereka sebut upacara Larung.

Kemudian, di sana juga ada Sendang Kamulyan,  Gunung Kombang tempat yang diyakini masyarakat setempat sebagai tempat yang disukai Nyi Roro Kidul bersemedi.

ngliyep1treJ6.jpg

Upacara ini sangat terbuka, dan kemudian menjadi daya tarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Ribuan orang biasanya memenuhi kawasan pantai Ngliyep saat upacara Larung ini berlangsung.

Larung ini adalah bentuk upacara rasa syukur penduduk setempat atas berkah yang mereka dapatkan dalam satu tahun.  Itulah sebabnya mereka kemudian menyembelih hewan ternak seperti kerbau, sapi, kambing, ayam dan sebagainya.

Kepala hewan ternak itulah yang kemudian dilarung, dibuang ke laut Selatan sebagai sesaji.

Tradisi ini menarik. Biasanya para wisatawan sudah mulai berdatangan beberapa hari sebelumnya. Mereka menginap. Tetapi tentu sebagian pasti kurang puas, karena kelistrikan disana tidak ada, kalaupun ada tidak sempurna,  karena setelah jam sembilan malam biasanya mati.

ngliyep2z6dV.jpg

"Tapi sekarang tidak lagi,  setidaknya mulai sebulan ini.  Kelistrikan sudah sempurna. Ada 58 tiang listrik sudah tertanam mulai dari desa Kedungsalam sampai pantai Ngliyep," kata Direktur Perusahaan Daerah Jasa Yasa, Faiz Wildan, kepada TIMES Indonesia, Selasa, (6/11/2017).

Sempurna yang dimaksud Wildan adalah sudah bisa digunakan untuk apa saja bagi masyarakat di sana. Bukan hanya untuk penerangan saja,  melainkan juga untuk keperluan rumah tangga penduduk Pantai Ngliyep.

Ini sesuatu yang baru dan tinggal pengembangan pantai Wisata itu. 

ngliyep3gb9vp.jpg

Pemangku adat Jamas Agung Sendang Kamulyan, Mbah Bedjo Padmodirjo menyambut baik masuknya listrik itu. 

Bahkan di Sendang Kamulyan sudah tampak kabel-kabel listrik menghiasi padepokan tempat bersemedi masyarakat yang ingin mencari inspirasi di sana.

 
Sendang Kamulyan adalah bagian dari kelebihan obyek wisata Ngliyep karena dari sinilah melewati upacara Mendhak Tirto,  upacara Larung itu dimulai.

 

Juru kunci gunung Kombangpun,  Santoso juga menyambut baik masuknya listrik di pantai Ngliyep. Dengan adanya aliran listrik yang sempurna, maka masyarakat yang berkunjung dan bersemedi di gunung Kombang tak perlu lagi khawatir gelap bila berjalan di malam hari.

ngliyep4kb1ED.jpg

Sebenarnya pantai Ngliyep ini memiliki keistimewaan lain.  Jaman Bung Karno masih menjadi Presiden RI,  dalam salah satu puisinya, AKU MELIHAT INDONESIA nama pantai ini disebut dua kali ketimbang tempat lain.

Inilah yang kemudian menginspirasi PD Jasa Yasa untuk memasang puisi itu di lokasi nantinya. 

"Jikalau aku berdiri di pantai Ngliyep, aku mendengar Lautan Hindia bergelora.

Membanting di pantai Ngliyep itu

Aku mendengar lagu, sajak Indonesia.

Jikalau aku melihat

Sawah-sawah yang menguning-menghijau.

Aku tidak melihat lagi batang-batang lagi yang menguning menghijau.

Aku melihat Indonesia.

Jikalau akau melihat gunung-gunung

Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Merbabu, Gunung Tangkubanperahu,  Gunung Kelebet, ... dan gunung-gunung yang lain.

ngliyep5zr8jo.jpg

Aku melihat Indonesia.

Jikalau aku mendengarkan.

Lagu-lagu yang merdu dari Batak

bukan lagi lagu Batak yang kudengarkan

Aku mendengarkan Indonesia

Jikalau aku mendengarkan Pangkur Palaran bukan lagi Pangkur Palaran yang kudengarkan

Aku mendengar Indonesia

Jikalau aku mendengarkan lagu Olesio dari Maluku

bukan lagi aku mendengarkan lagu Olesio

Aku mendengar Indonesia

Jikalau aku mendengarkan burung Perkutut menyanyi di pohon ditiup angin yang sepoi-sepoi

bukan lagi aku mendengarkan burung Perkutut

Aku mendengarkan Indonesia

ngliyep6KUdGP.jpg

Jikalau aku menghirup udara ini

Aku tidak lagi menghirup udara

Aku menghirup Indonesia

Jikalau aku melihat wajah anak-anak

di desa-desa dengan mata yang bersinar-sinar

“Pak Merdeka; Pak Merdeka; Pak Merdeka!”

Aku bukan lagi melihat mata manusia

Aku melihat Indonesia

(Baca: “Bung Karno dan Pemuda”, hlm. 68-107)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES